Dirga merasa canggung. Ia duduk di kursi ruang tamu sambil memandang ke arah lampu minyak. Meskipun dia sudah berada di sana, rasanya aneh. Dirga sudah mulai menduga kalau portal itu berbahaya, tapi dia tidak menyangka sampai seperti ini. Semua ini di luar dugaannya. Pikirannya masih berkecamuk sehingga Dirga memutuskan untuk menenangkan diri dan memikirkan solusi dulu.
Ia memandang ke arah tirai yang menuju bagian dalam rumah. Pasangan pemilik rumah sedang masuk ke dalam sambil berdebat pelan. Dirga sebenarnya tidak ingin menguping, tapi apa daya indranya menangkap semua pembicaraan pasangan itu.
"Kenapa kamu membawa tamu di saat seperti ini? Wisnu masih sakit dan butuh perawatan. Tidak sopan kalau kita membiarkan tamu sendirian." Gerutu si Istri.
Mendengar ucapan itu Dirga membuat Dirga semakin bingung. Jelas-jelas dia mendengar pemimpin prajurit memanggil lelaki tadi dengan panggilan Wisnu. Tetapi, kenapa anak mereka dipanggil Wisnu juga?
"Aku mengajaknya ikut karena kasihan. Dia dirampok di tengah perjalanan mencari kerabatnya, dan luntang-lantung mengikuti prajurit." Gumam si suami.
"Ya sudah, mana obatnya? Persediaan makanan kita juga hampir habis." Jawab si istri.
"Aku akan pinjam beras ke tetangga, saat pagi tiba. Sekarang siapkan saja obatnya, aku akan jaga Wisnu."
Dirga membuka matanya setelah mendengar percakapan itu. Pasangan suami istri itu akhirnya berpisah. Dirga berdiri dan berjalan menuju jendela. Ia membuka jendela sedikit dan hanya melihat jalanan desa yang sudah diselimuti keheningan malam. Sudah tidak ada obor yang menyinari, sehingga suasana jalanan gelap mencekam.
Dirga menoleh ketika mendengar suara langkah kaki. Istri pak Wisnu keluar sambil membawakan teh hangat di sebuah nampan kecil. "Maaf karena sudah malam, tidak banyak yang bisa kami suguhkan."
Dirga segera menutup jendela. "Tidak apa-apa bu, kedatangan saya yang merepotkan anda sekalian."
Dirga akhirnya ikut beranjak duduk, karena si istri duduk di kursi setelah meletakkan segelas minuman hangat untuk Dirga. Ia tersenyum pada Dirga.
"Kamu masih terlihat muda untuk perjalanan jauh." Komentar si istri saat memandang Dirga.
"Ah, umur saya jauh lebih tua daripada tampang saya."
"Pasti menyenangkan menjadi awet muda."
Dirga hanya tersenyum mendengar itu. Ia tidak tahu harus membicarakan apa ketika dia sendiri tidak mengerti situasi. Akhirnya Dirga memutuskan suatu hal saja. "Saya dengar anak ibu sedang sakit. Kalau boleh tahu sakit apa?"
Wanita itu jelas-jelas tidak terlalu senang ditanya mengenai penyakit anaknya. Dirga yang memahami ekspresi si wanita buru-buru menambahkan, "Maaf bu, jika tidak nyaman tidak perlu dijawab. Saya hanya bertanya siapa tahu bisa saya bantu."
Wanita itu memandang ke arah Dirga, "Membantu? kamu dokter?"
Dirga terdiam saat ditanya itu. Sejujurnya dia belum pernah belajar tentang pengobatan seumur hidupnya, tapi kekuatan barunya adalah penyembuhan sehingga Dirga dengan ragu menjawab, "Hampir mirip seperti itu."
Wanita itu segera beranjak berdiri, "Pak, bapak ...." lalu menghilang dibalik tirai.
"Tamu yang kamu bawa sepertinya seorang yang bisa mengobati. Apa kita minta tolong saja padanya untuk menolong Wisnu?"
"Benarkah?"
Tidak ada jawaban yang terdengar, sehingga Dirga hanya berasumsi kalau si istri menganggukkan kepala. Kedua orangtua itu akhirnya muncul lagi ke ruang tamu sambil memandang Dirga dengan penuh harap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gate into the Unknown [END]
Fantasy[Fantasy: Nagaragung Universe] Hayu, harus menyembunyikan fakta bahwa dia bisa melihat yang tak terlihat. Ia hanya ingin menjalani kehidupan normal seperti anak-anak seumurannya, tetapi kemampuannya membuat Hayu menjadi target penculikan oleh kelom...