41 - Anomali [1]

403 64 4
                                    

a tidak seperti yang pernah ada

***

Araka menginjak gundukan bekas si monster yang sudah hancur. Dia mendecak pelan sambil menginjak-ijak sisa tubuh itu.

"Aku tidak menyangka dia masih terlalu lemah untuk melawan Yaksa. Yah, tapi setidaknya kekuatannya masih cukup untuk menidurkan seisi desa ini."

Araka melangkah mendekati Erfan, ia menoleh untuk melihat Hayu yang masih terduduk di tanah di belakang Erfan. "Keturunan manusia dan Yaksa. Sungguh di luar dugaan. Dan darahmu memanggil portal ini."

Lelaki itu masih memandang ke arah Hayu dengan pandangan yang rakus. Erfan melangkah di antara Araka dan Hayu, "Siapa kamu?"

Araka mendengus, "Orang yang mengirim ini." Jawab Araka sambil menendang gundukan bekas si makhluk yang tadi menyerang mereka.

"Seseorang datang dan menghancurkan hasil kerja kerasku beberapa hari lalu. Dan yah ... dia hanya menyisakan monster itu. Tentu saja aku tidak tinggal diam dan ingin meminta pertanggungjawaban dari si pelaku dengan mengirim si monster untuk memburu orang itu. Cukup mengejutkan juga monster itu mati di sini."

Araka kini berbalik memandangi Fero. Lalu memandang ke arah Erfan. "Kalian tentu tahu apa artinya itu kan? Orang yang ada di sini adalah pelaku yang menghancurkan kerja kerasku." Ucap Araka tersenyum pada mereka semua.

Ia lalu melirik ke arah lingkaran pipih yang ada di belakangnya. "Setidaknya aku bisa menemukan cara membuka portal dari sini."

Fero dan Erfan bertukar pandang sedangkan Araka masih tersenyum melihat lingkaran portal itu. Ia melihat ke dalam lingkaran sembari berjalan memutarinya. "Ratusan tahun aku mencoba membuka portal dari dunia ini, tapi hasilnya nihil. Tapi setetes darah dari anak itu cukup untuk membuka portalnya dari sini?!"

Araka tertawa keras.

Erfan berpikir keras. Ia tak pernah benar-benar memikirkan itu sebelumnya. Seperti dugaanya hampir mustahil untuk Yaksa memiliki keturunan bersama manusia. Tapi, Hayu adalah sebuah anomali. Jika Hayu bisa lahir dengan kekuatan Yaksa seutuhnya, gadis itu tentu tidak akan serapuh ini. Tapi darah Hayu bisa memanggil portal itu, sungguh suatu hal yang tidak pernah terpikirkan oleh Erfan. Anak ini bisa menjadi sumber petaka jika diketahui oleh yang tidak tepat. Sayangnya, orang itu sepertinya sudah berdiri di depannya.

"Awalnya aku berniat membunuh kalian, tapi sepertinya aku akan menundanya asal kalian menyerahkan anak itu padaku." Ucap Araka sambil menunjuk Hayu.

Baik Erfan maupun Fero tidak ada yang bergerak dari tempat mereka.

"Ah ... tidakkah kalian merindukan rumah kalian? Tenang, aku akan membiarkan kalian lewat."

Fero dan Erfan bertukar pandang sekilas tapi tidak menjawab. "Ah, sepertinya tidak ada alasan untuk kalian kembali ya? Bagaimana kalau aku memberikan alasan untuk kalian kembali?"

Araka menunda ucapannya untuk melihat reaksi Fero dan Erfan. Dia kemudian tersenyum penuh arti. "Ah, mungkin kalian mau menyusul teman siluman kalian? Hm siapa ya namanya, wanita bernama Vena? Ella? ah benar Vella dan satu siluman ular."

Ketika nama Vella disebut, Erfan langsung bereaksi, "Apa maksudmu Vella pergi melewati portal?!"

"Oh, tentu dia tidak pergi atas keinginannya sendiri. Para penegak hukum di dunia kita menangkapnya karena pelanggaran aturan berat. Kalau kalian kenal Vella, aku berasumsi kalian juga tahu alasan penangkapan Vella kan?"

Ekspresi Erfan mulai ketakutan, "Apa yang kamu lakukan padanya?" Gerutu Erfan sambil selangkah mendekati Araka.

"Oh, bukan aku yang melakukannya. Aku hanya tahu situasi di sana dan membagikan informasi saja. Kalian juga tahu kalau keluarga Vella ada yang datang ke sini kan? Kalian seharusnya mulai menanyakan kabar rumah kalian pada mereka." Ucap Araka.

Gate into the Unknown [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang