Salah satu reaksi paling umum yang terjadi pada manusia saat ketakukan adalah terdiam tidak bisa bergerak atau berbicara. Singkatnya karena terlalu takut, otak bahkan tidak bisa berpikir bagaimana harus bereaksi. Liana dan Hayu sudah merapat ke tembok, dengan kondisi badan sudah lemas dan jantung berdetak melihat sosok Dirga terbangun dari ranjang.
Jika teman mereka terbangun dengan cara normal mungkin mereka tidak akan ketakutan, tetapi Dirga terbangun dengan mata menyala biru dan badannya dikelilingi aura berwarna biru. Suasana mendadak menjadi sesak dan bahkan meskipun Liana ataupun Hayu ingin kabur, mereka tidak bisa karena kaki mereka terlalu lemas.
Dirga memandang ke arah kedua gadis itu dengan tatapan kosong. Tubuhnya kemudian turun dari ranjang dengan cara yang tidak wajar. Ia hampir seperti setengah melayang dan mendarat di lantai dengan ringan. Seragam sekolahnya sudah tidak karuan dan anak itu berdiri di ruangan dengan gerak-gerik kebingungan. Ia sempat sekilas menatap ke arah dua anak perempuan yang ketakutan lalu mengamati kedua tangannya.
Liana dan Hayu sudah mulai bisa berpikir. Mereka berdua masih belum bisa kabur karena kedua kaki mereka masih lemas.
"Ap... pa, kita .... ha...rus kabur?" bisik Liana di telinga Hayu.
Hayu menggelengkan kepala dengan pandangan masih fokus pada Dirga. "A...aku tidak ... tahu." balasnya berbisik juga.
Sebelum mereka sempat berdiskusi lebih lanjut, tiba-tiba dari tubuh Dirga suatu energi seakan meledak keluar dari tubuhnya. Ledakan energi itu memancarkan kilatan cahaya warna biru memenuhi seisi ruangan. Ketika energi itu mengenai mereka, Hayu merasakan tubuhnya lebih segar dengan tenaga penuh. Liana juga mulai bisa bergerak tanpa gemetar. "Aku sudah tidak merasa takut lagi ... ini aneh. Dan badanku rasanya segar ..." Gumam Liana sambil mengamati badannya.
Sayangnya Dirga yang melepaskan kilatan energi jatuh ke depan dengan lutut yang menyangga badannya. Matanya terpejam.
"Sepertinya dia sudah membaik." Komentar Hayu saat melihat Dirga yang kini sudah tidak menyala biru.
"Kamu tidak apa-apa kan?" tanya Liana memastikan kondisi Hayu yang dibalas dengan anggukan. "Seperti ucapanmu, setelah terkena kilatan cahaya itu aku merasa lebih segar dan bisa berpikir jernih."
Dirga yang tadinya terduduk dengan lutut sebagai penyangga akhirnya jatuh terjerembab ke depan. Liana dan Hayu terkejut, mereka berdua saling berpandangan lalu mengangguk. Keduanya kemudian berdiri dari tempat mereka dan perlahan mendekati sosok Dirga yang terbaring lemas.
Mereka berdua mendapati kalau Dirga tidak pingsan, tetapi kesadarannya sudah diambang batas ketika mereka berjalan mendekat. Akhirnya tanpa pikir panjang, Hayu berjalan cepat menuju tubuh Dirga dengan Liana yang mengekor di belakangnya.
Mereka berdua langsung menempatkan diri di kanan kiri Dirga sambil menarik lengan pemuda itu untuk memposisikan Dirga agar duduk. Setelah berkutat cukup lama untuk membangunkan badan Dirga, kedua anak itu akhirnya berhasil mendudukkan Dirga. Liana segera memposisikan kaki Dirga agar lurus ke depan sedangkan Hayu menyangga badan Dirga dengan kaki dan lengan kirinya.
Dirga memandang lemas ke arah Hayu, lalu melirik sekilas ke arah Liana di kirinya. "Syukurlah ... kalian selamat ..."Gumamnya dengan nada bicara lemas.
Tubuh Dirga terasa panas. Hayu mencoba sebisa mungkin untuk menyangga badan Dirga. "Kamu tidak apa-apa?" Tanya Hayu cemas.
"Mereka ... menyuntikku dengan sesuatu ... Yustas ... dia .... juga ada di ... sini ... tolong cari ... dia ...." Jelas Dirga di sela-sela napasnya.
Sebelum sempat bertanya lebih detail, Dirga akhirnya kehilangan kesadaran lagi.
Mereka merasakana getaran pelan mengendap ke dalam ruangan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gate into the Unknown [END]
Fantasía[Fantasy: Nagaragung Universe] Hayu, harus menyembunyikan fakta bahwa dia bisa melihat yang tak terlihat. Ia hanya ingin menjalani kehidupan normal seperti anak-anak seumurannya, tetapi kemampuannya membuat Hayu menjadi target penculikan oleh kelom...