03 - Pergi

1K 157 7
                                    

Perasaan Raga campur aduk. Begitu dia melompat keluar dari jendela kamar Kara, Ia segera berjalan menuju kamar pribadinya. Raga memanggil tiga rekan penjaga kandidat putri mahkota yang pernah bertugas bersamanya dulu, Deka, Nanda dan Ilyas.

Sejak seleksi putri mahkota selesai, Raga secara pribadi mengajak mereka untuk menjadi bagian dari timnya. Mereka bertiga setuju untuk menjadi bagian tim Raga dan kini sudah mendapat restu dari pelindung keluarga keraton bernama Vella. Tentu saja mereka tahu identitas asli Raga yang merupakan Pangeran Kedua kerajaan, tapi karena dia belum diperkenalkan secara resmi, tiga orang tadi tidak harus menjaga formalitas untuk memperlakukan Raga sebagai keluarga Keraton.

Raga senang karena ketiga orang itu memiliki umur yang dekat dengannya. Ilyas paling tua dengan umur dua puluh empat yaitu setahun lebih tua dari Raga. Sedangkan Deka dan Nanda sama-sama masih berumur dua puluh dua tahun. Begitu Raga memanggil mereka, dalam kurun waktu sepuluh menit, semua orang sudah berkumpul di kamar Raga.

Ilyas menempatkan diri berdiri tegak saat sudah masuk ruangan sedangkan Deka dan Nanda langsung melompat ke sofa empuk yang ada di ruangan Raga. Sayangnya ekspresi Raga terlihat murung saat teman-temannya datang.

"Taruhan, mas Raga barusan diputusin Mbak Kara." Komentar Deka sambil mengamati ekspresi Raga.

"Menurutku sih lebih ke cinta ditolak lagi." Imbuh Nanda.

Raga melempar bantal sofa kepada dua orang itu yang malah membuat mereka berdua tertawa. Ilyas yang melihat situasi akhirnya memilih untuk duduk juga.

"Jadi, ada apa sampai kamu memanggil kami berempat?" Tanya Ilyas menghentikan candaan dua orang lainnya.

Raga menghembuskan napas. "Sepertinya kalian harus ikut aku bersiap menjalankan misi."

Nanda dan Deka bertukar pandang, kemudian menatap ke arah Ilyas. "Bukannya kamu biasanya menjalankan misi dengan penjaga pribadimu?"

Raga menggelengkan kepala. "Itu benar. Tapi misi yang aku jalankan bersama mereka hanya yang berhubumgan dengan manusia." Jawab Raga dengan ekspresi penuh arti.

"Jadi maksudnya mas Raga akan menjalankan misi melawan selain manusia?" Celetuk Deka.

Raga mengangguk. "Iya, misi ini adalah perintah langsung nyonya Vella."

Ilyas menelan ludah. "Tapi kami belum ada pengalaman melawan hal-hal seperti itu. Ini saja kami masih membiasakan, karena setelah mendapat restu, kami mulai melihat mereka yang tidak terlihat." Jawab Ilyas dan didukung anggukan antusias dari Nanda dan Deka.

"Kalau kita pergi lebih awal dan meminta latihan dari nyonya, bagaimana?" Celetuk Raga.

"Memangnya kami bisa menolak?" Tanya Deka.

Raga hanya menaikkan kedua pundaknya, "Yah, kalaupun kalian tidak kuajak atau menolak, pada akhirnya kalian akan dikirim oleh pangeran sendiri ... jadi yah .. kalian tidak punya pilihan." Jawab Raga.

"Tuh kan .. sama aja ..." respon Nanda.

Raga menepuk tangan, "Baiklah, persiapkan barang-barang kalian. Pagi-pagi nanti kita berangkat. Kita berkumpul di depan ruang kerja Gusti Pangeran pukul lima pagi."

Deka dan Nanda berdiri dan langsung berjalan keluar ruangan. Hanya Ilyas yang tinggal di sana. "Aku punya satu pertanyaan."

Raga memberi isyarat agar Ilyas melanjutkan ucapannya. "Apa misi ini berbahaya? Jika Iya, dengan segala hormat aku ingin mundur saja. Aku masih punya banyak tanggungan."

Raga merenung sejenak. "Aku tidak bisa bilang kalau misi ini tidak bahaya. Tapi yang pasti kita akan meminimalisir interaksi manusia, karena kita akan banyak mencari hantu." Jawab Raga.

Gate into the Unknown [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang