Raga hampir mati.
Setidaknya itulah yang dipikirkannya saat melompat dari lantai dua rumah Lita. Lagi-lagi kecenderungannya untuk mengambil keputusan spontan menguasai dirinya lagi. Kara pasti akan marah jika tahu Raga bertindak sembrono seperti ini. Ia juga tidak mau mati dalam keadaan perjakan karena mereka bahkan belum melakukan malam pertama setelah pernikahan mereka kemarin.
Raga menebas para kutukan dengan pedang terbuat dari kekuatan siluman saat terjatuh ke bawah. Ia mendarat di tanah dengan mudah dan melanjutkan pertarungan. Sesekali Raga melirik ke atas untuk melihat Nanda yang masih berdiri di dekat jendela untuk mencegah para kutukan masuk.
Menghabisi mereka bukanlah masalah karena kekuatan restu siluman membuat mereka kebal, tapi masalahnya adalah jumlah mereka terlalu bayak. Jika saja Raga dan Nanda tidak memiliki restu siluman, mereka mungkin sudah jatuh tak sadarkan diri kena serangan oleh kutukan.
Raga menatap langit yang sudah gelap, lampu-lampu di sekitar kediaman Ranggaditiya sudah dinyalakan. Kerumunan kutukan masih saja belum habis meski Raga sudah menghajar mereka. Para kutukan seperti terus kembali tanpa ada akhir.
Nanda masih mati-matian menghadang jendela agar para kutukan tidak masuk rumah. Ia terlihat berdiri di meja yang menempel pada jendela tempat Raga melompat keluar tadi. Selama beberapa detik yang menyeramkan, Raga sempat tidak fokus hingga sepasang mata tiba-tiba bertatapan dengannya dalam jarak yang dekat berniat untuk merasuki tubuhnya. Beruntung, sebuah cahaya putih menusuk makhluk itu dari belakang.
Kini Raga tidak sendiri, ia melihat dua orang membantunya bertarung dengan pedang transparan berwarna putih yang dibentuk dari kekuatan restu siluman. Meskipun Deka dan Ilyas belum lama menerima restu siluman, mereka berdua memiliki dasar bela diri yang cukup membantu mereka dalam pertarungan jarak dekat seperti ini.
"Nanda! tinggalkan ruangan dan bawa mereka ke tempat yang lebih aman. Segel jendela yang terbuka dengan kekuatanmu!"
Setelah mendengar perintah Raga, tanpa banyak bicara Nanda langsung memejamkan mata untuk mengumpulkan energi kekuatan siluman. Liana yang tersungkur di belakang Nanda sambil dipeluk kakaknya melepas cincinnya sekilas hingga mengetahui aura berwarna putih yang keluar dari tubuh Nanda seperti asap. Aura itu perlahan membentuk aliran udara berasap putih yang menyebar di sekeliling jendela yang pecah membentuk perlindungan sementara.
Kutukan paling besar yang tadinya berniat menyerang mereka kini hanya berdiam sambil terus memandang ke arah Liana. Begitu Nanda selesai menyegel kekuatan. Ia segera menggiring kakak beradik Ranggaditiya untuk meninggalkan ruangan.
"Kita mau ke mana?" Tanya Lita dengan suara panik.
Mereka bertiga segera berjalan menuruni tangga ketika Nanda menjawab, "Pokoknya kita berpindah ke tempat yang lebih aman."
Ketika mereka sudah di bawah, entah bagaimana para pekerja Ranggaditiya yang berkumpul di sekitar ruang istirahat tergeletak di lantai.
Nanda segera berjalan ke arah mereka untuk mengecek. Lelaki itu baru bisa menghembuskan napas lega ketika mengetahui kalau semua orang masih bernapas.
Liana memeluk kakaknya semakin erat. "Apa tujuan mereka? Kenapa mereka datang ke sini?" Gumam Liana dengan nada ketakutan.
"Aku juga tidak tahu ... prioritas kita sekarang adalah selamat dari serangan mereka."
Nanda segera berjalan ke ruang tamu, pemandangan di depannya cukup membuat seluruh badannya merinding. Jika di atas tadi penampakan yang dilihatnya sudah menakutkan, dari lantai bawah sini pemandangan lebih mencengkam.
Ruang tamu keluarga Ranggaditiya didominasi dengan jendela kaca besar. Banyak lampu yang menyala di bagian luar rumah sedangkan bagian dalam rumah masih gelap. Nanda bisa melihat kalau di luar sana tiga anggota timnya sedang bertarung melawan para kutukan. Nanda ingin keluar membantu, tapi Raga jelas menyuruhnya untuk melindungi dua anak perempuan Ranggaditiya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gate into the Unknown [END]
Fantasi[Fantasy: Nagaragung Universe] Hayu, harus menyembunyikan fakta bahwa dia bisa melihat yang tak terlihat. Ia hanya ingin menjalani kehidupan normal seperti anak-anak seumurannya, tetapi kemampuannya membuat Hayu menjadi target penculikan oleh kelom...