28 - Dunia yang tersembunyi (2)

454 72 8
                                    

Liana terbangun dari tidurnya dalam posisi terbaring di tanah. Hal pertama yang dilihat Liana adalah rimbunnya dedaunan pohon dengan cahaya matahari yang mulai terasa hangat di badannya. Liana terduduk dan sedikit kaget saat mendapati satu saya besar menutupi badan dan kakinya. Tak jauh dari sana Yustas bersandar di sisi pohon dengan mata terpejam dan satu sayap lainnya menutupi badannya sendiri.

Liana menyentuh sayap hitam Yustas dengan hati-hati. Seperti dugaannya, sentuhan itu perlahan membangunkan si empunya. Sayap itu terasa sepertu bulu burung biasanya, ukurannya yang besar cukup membuat menyadari kalau itu bukanlah hal yang normal. Ingatan semalam segera memasuki kepalanya. Liana memandang ke arah Yustas dengan pandangan yang berbeda sekarang.

Lelaki itu akhirnya membuka mata dan suasana di antara mereka mendadak canggung. Yusta berdiri. Ia melebarkan sayapnya sebentar sebelum melipatnya cepat hingga sayap itu hilang. 

"Sudah pagi ya?" Adalah kalimat pertama yang keluar dari mulut Liana. Bahkan ia sendiri merasa ucapannya terdengar bodoh. Matahari jelas sudah bersinar dan tentu saja itu artinya pagi sudah datang. Yustas hanya mengangguk tapi pandangannya masih mengamati sekitar dengan waspada.

"Di mana kita?" Tanya Liana yang lebih masuk akal.

"Kita tidak jauh dari tempat kemarin. Aku tidak bisa terbang jauh karena lapar." Jawan Yustas cepat.

"Aku menduga, kamu juga tidak tahu di mana kita berada kan?"

Yustas mengangguk. "Saat aku terbang kemarin, aku tidak melihat sumber cahaya sama sekali, jadi aku mengasumsikan tempat ini jauh dari pedesaan dan berada jauh di tengah hutan."

Liana berdiri lalu mengamati keadaan sekitar. Ia lalu teringat hal mendasar. Ia segera berjongkok dan menggaruk tanah hingga ia bisa melihat warna tanah dengan jelas. Tanah kemerahan. "Sepertinya kita di daerah barat. Tanahnya merah." Ucap Liana.

"Tapi tetap sulit bagi kita untuk keluar dari sendiri. Apa kamu mau coba mendatangi tempat itu lagi untuk mengecek? atau setidaknya mencari petunjuk?"

Liana terlihat ragu.

"Bagaimana kalau mereka masih ada?"

"Siapa mereka?" Tanya Yustas.

"Makhluk hitam dan dua orang misterius yang menyerang mereka?" Yustas terlihat bingung saat mendengar Liana. 

"Apa maksudmu? kemarin hanya ada makhluk himat yang berkumpul saja tidak ada dua orang yang menyerang mereka!" Sergah Yustas.

Kali ini Liana yang terkejut. "Yustas, kamu melupakan detail kejadian kemarin?" Tanya Liana hati-hati.

"Tidak, aku ingat dengan jelas. Kita diculik, kamu dan Hayu menyelamatkan kami dan sandera lain. Lalu kita semua kabur. Kamu tahu kalau ada siluman. Aku menggendongmu saat kabur karena kamu ketakutan lalu di luar makhluk hitam bertama merah besar terbang di atas kita, dan setelah itu aku terbang kabur."

"Bukannya kamu melihat dua orang lain yang menyerang makhluk hitam kemarin?" Tanya Liana masih mencoba mengingatkan Yustas detail yang terlewat olehya.

Lelaki itu menggelengkan kepala, "Tidak ada orang yang menyerang makhluk hitam itu Liana." Jawabnya tegas.

"Lalu, kenapa makhluk hitam itu tidak menyerang kita jika tidak ada yang menyerangnya ...?" Debat Liana.

Yustas baru saja akan menjawab, tapi ia bahkan merasa jawabannya konyol. Dia ingat kalau terjadi banyak ledakan kemarin yang memberi mereka semua celah untuk kabur. Tapi, ada potongan cerita yang seakan hilang dari ingatannya.

"Aku tidak ingat ada dua orang yang menyerang makhluk hitam itu." Jawab Yustas akhirnya.

"Mungkin kamu terhipnotis atau apapun itu, karena tepat saat kita melangkah keluar, kamu bertatapan dengan si wanita dan pandanganmu berubah kosong. Aku sempat menutup matamu saat itu dan saat kamu sadar, kita langsung terbang menjauh." Jelas Liana.

Gate into the Unknown [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang