Kabar Perselingkuhan

417 20 0
                                    

"Ketika hati terlampau sakit, dan bertahan dirasa sulit, maka perpisahan akan menjadi pilihan. Bukan jalan yang terbaik, mungkin. Akan tetapi, lebih baik, daripada saling menyakiti."

...

Sebulan kemudian.

Malamnya, ketika aku tengah duduk di ruang keluarga bersama keluarga kecil kami, tiba-tiba saja ponselku berdering. Aku menatap nama kontak yang tertera di layar.

Tumben, batinku.

"Siapa, Sayang?" tanya suamiku.

"Ini, Mas. Adikku—Arinta."

Aku pun menekan tombol jawab. "Halo, assalamualaikum?"

"Halo, Mbak. Waalaikumsalam."

Mas Yudis duduk di sebelahku. Sementara kedua putriku tengah asyik mengerjakan tugas sekolah—mereka duduk lesehan di lantai sembari menggarap buku tugas di atas meja.

"Mbak." Suara Arinta terdengar parau.

Perasaanku menjadi was-was. Ya, Tuhan. Ada apa ini? Apa jangan-jangan sakit papa kambuh? Atau ada kabar menyedihkan lainnya?

"Iya, Arinta. Kamu baik-baik saja, kan?"

Bukannya menjawabku, Arinta malah  terisak. Aku menjadi semakin cemas.

"Arinta? Halo?"

Mas Yudis mentoel lenganku sembari bertanya lirih, "Ada apa?"

Aku menggeleng. Kemudian menekan tombol loudspeaker agar suamiku juga bisa mendengar suara adikku di seberang panggilan.

"Arinta? Kamu bisa mendengarku?"

"Mbak."

"Iya, Arinta. Kamu kenapa nangis? Papa baik-baik saja, kan?" tanyaku dilanda kekhawatiran.

"Papa baik-baik saja, Mbak," jawabnya.

"Kalau begitu kenapa kamu menangis? Kamu tidak sedang bertengkar sama suamimu, kan?"

"Bukan aku, Mbak. Tapi ... Mbak Kinanti."

"Apa?"

Aku belum mengerti sepenuhnya maksud dari perkataan adikku. Sebenarnya apa yang telah terjadi? Ada apa dengan Mbak Kinanti?

"Arinta, coba kamu tenangkan diri terlebih dahulu. Setelah itu, kamu bisa bercerita sama Mbak."

Setelah Arinta tenang, barulah dia memberitahuku sebuah kabar. Kabar yang tidak hanya memilukan, tetapi juga sangat mencengangkan.

"Mbak Kinanti mencoba bunuh diri setelah mengetahui Mas Surya berselingkuh," bebernya.

"Astaghfirullahaladzim ...." Aku dan Mas Yudis yang terkejut bersamaan.

Arinta pun bercerita tentang Kinanti—kakak kami. Awalnya, Kinanti memang lumayan sering memergoki gelagat mencurigakan dari suaminya. Mulai dari pesan, daftar panggilan terakhir yang masuk di ponsel suaminya itu, dan dari jadwal kesibukan suaminya yang seringkali menyita waktu malamnya.

Hingga beberapa hari yang lalu, Mas Surya berpamitan kepada Mbak Kinanti untuk pergi ke Bali karena urusan pekerjaan.

Akan tetapi, setelah seminggu tidak pulang, kakakku dilanda gelisah dan curiga. Pasalnya, Mbak Kinanti sempat menghubungi nomor suaminya, tetapi yang mengangkatnya adalah seorang perempuan.

Yang lebih mengagetkan, perempuan yang mengangkat telepon kakakku itu mengaku sebagai calon istri keduanya Mas Surya. Dan saat ini, mereka sedang berlibur di pulau Dewata.

Rumah Idaman (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang