30. Plant

429 57 8
                                    

Musim telah berganti, yang tadinya jalanan terpenuhi oleh salju, kini tergantikan oleh bermekarannya bunga-bunga. Musim semi, musim ini adalah salah satu musim favorit Joohyun, dimana ia bisa melihat semua jenis bunga bermekaran, ia juga bisa menanam bunga di musim ini karena bunganya pasti akan mekar dengan cantik. Ah, sebenarnya Joohyun suka semua musim kok, gadis itu bersyukur akan semua musim yang Tuhan berikan, semuanya juga punya keindahannya masing-masing dan Joohyun tak pernah membenci musim apapun, kecuali saat musim hujan.

Musim hujan itu seperti menyimpan kenangan kelam saja bagi Joohyun, orang tuanya meninggal saat musim hujan yang membuat jalanan licin hingga mobil yang ditumpangi oleh kedua orang tuanya tergelincir, membuatnya harus hidup semenyedihkan ini, itulah kenapa ia  membenci musim hujan. Sebenarnya kalau dipikir-pikir ia tak sebegitu bencinya dengan musim hujan, kadang kala ia suka hujan kalau ia berada di kamar apartement-nya ditemani oleh secangkir cokelat hangat dan sebuah buku, atau kadang gadis itu hanya menatap ke luar jendela, menatap air yang membasahi bumi, dengan pikiran yang mulai bekelana kemana-mana.

Terkadang hujan juga membantunya menyembunyikan tangis, semua orang pasti akan setuju akan hal itu, 'kan? Hujan sangat membantu kalau seseorang ingin menangis, karena hujan akan menutupi air mata yang menetes pada pipi manusia, Joohyun suka menangis dibawah guyuran hujan maupun shower, rasanya seperti tak akan ada yang tahu bahwa ia sedang menangis.

Pagi ini Joohyun bangun di kamar tamu kediaman Sehun, seperti biasa, Sehun memaksanya tidur di rumahnya kembali, katanya karena Sehun rindu setelah pria itu pergi ke Jepang selama 2 hari untuk menghadiri sebuah event, jadi Joohyun menurut saja dan menginap di rumah pria itu karena Sehun memohon padanya. Pagi tadi juga Sehun dan Naeun sudah berangkat memenuhi jadwal mereka masing-masing, Sehun yang pergi ke tempat rekaman bersama membernya dan Naeun yang pergi ke sekolah setelah libur musim dingin usai.

Sore ini Joohyun menanam tanaman yang diam-diam sudah Sehun pesan dari sebuah toko tanaman, Joohyun dibantu dengan Runa di halaman belakang, menanam beberapa tanaman yang sudah Sehun pesan, ada beberapa tanaman bunga dan sisanya tanaman buah. Kalau tanya Aciel dan Naeun, kedua buntalan imut menggemaskan itu baru saja tidur setelah menolak untuk tidur siang tadi karena sibuk bermain.

"Kau suka berkebun juga?" Tanya Joohyun pada Runa yang sedang menggali tanah.

"Tidak juga, tapi ibuku dan nenekku suka, aku sering melihat mereka berkebun."

"Benarkah? Di rumahmu ada kebun?"

Runa mengangguk, "Seperti khas rumah pedesaan seperti biasanya, kami punya halaman luas yang biasanya digunakan sebagai kebun pribadi, kebun pribadi kami diisi dengan berbagai macam jenis tanaman buah dan sayuran, jadi kalau ingin memasak tinggal memetik saja."

Joohyun yang tertarik atas cerita Runa lantas berjongkok di sebelah pria itu dengan sebuah tanaman buah tomat dalam polybag di tangannya, "Enak sekali, aku bercita-cita punya rumah seperti itu juga. Terdengar menyenangkan sekali."

"Kau suka berkebun, ya?"

Joohyun mengangguk menanggapi pertanyaan Runa, "Aku dulu juga punya kebun pribadi di rumah orang tuaku, tapi kami menanam lebih banyak tanaman bunga daripada buah atau sayuran karena mendiang ibuku suka sekali bunga, terlebih bunga mawar putih, kami punya banyak sekali tanaman mawar di rumah."

"Jadi kau suka berkebun karena ibumu?" Tanya Runa sembari mengambil polybag berisikan tanaman tomat dari Joohyun.

Joohyun kembali mengangguk, "Kurang lebih begitu, aku sebenarnya kurang suka menanam, hanya suka merawat."

Runa mencibir, "Pantas saja kau meminta bantuanku."

Joohyun terkekeh sembari menepuk pundak Runa, "Kau 'kan lelaki."

InattenduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang