40. Let Go

414 58 25
                                    

Menuruti permintaan Joohyun, Sehun akhirnya menuruni anak tangga setelah gadis itu memanggilnya dari bawah, Joohyun yang menyambut kedatangan Hana tadi, sedang Sehun membersihkan diri sebelum bertemu sang mantan istri. Selain karena menuruti permintaan Joohyun, Sehun juga ingin berbincang banyak hal dengan Hana, ada banyak sekali hal yang sudah lama ingin ia sampaikan pada Hana dan ia rasa hari ini adalah waktu yang tepat.

"Kurasa aku harus memberi kalian ruang, jadi aku akan masuk ke kamar selagi kalian berbicara berdua!" Kata Joohyun setelah meletakkan dua cangkir teh hangat diatas meja.

Perkataan Joohyun hanya disambut senyuman kecil dari Hana, membuat gadis itu segera berlalu dari ruang tamu, meninggalkan dua insan manusia yang masih terdiam satu sama lain walau waktu sudah berlalu 2 menit lamanya.

"Apa kabar?" Hana memulai pembicaraan dengan suara yang begitu kecil, memikirkan bagaimana Sehun masih begitu marah padanya semalam membuatnya jadi sedikit takut bertemu Sehun.

"Seperti yang kau lihat."

Sudah. Itu saja jawaban yang keluar dari bibir Sehun, Hana jadi menelan ludah sendiri, tampaknya Sehun sudah berubah banyak sejak terakhir kali mereka tinggal serumah.

Keduanya kembali terdiam selama kira-kira 20 detik sebelum Hana menarik napas dalam-dalam dan menghembuskannya pelan, memberanikan diri untuk memulai pembicaraan dengan Sehun, "Aku tahu kau masih membenciku dan aku tahu kalau aku sangat pantas dibenci, tapi-- aku hanya ingin minta maaf, Sehun."

Hana menelan ludahnya melihat Sehun yang masih diam tak bereaksi apapun akan kalimatnya, "Dimana anak-anak? Aku tak mendengar suara mereka?" Tanya Hana, mengitari pandangan ke segala penjuru arah rumah Sehun, sebenarnya ia sedikit mengalihkan pembicaraan dan suasana, serta memancing jawaban Sehun.

"Ibuku membawa mereka pergi."

Hana mengangguk kecil, sedikit kecewa, padahal ia berharap bisa bertemu putranya hari ini, tapi ternyata mereka berdua sedang dibawa ibu Sehun pergi. Ah, Hana jadi ingat tentang wanita tua yang agak ia benci itu, ibu Sehun itu sangat cerewet dan menyebalkan.

"Aku ingin bertemu anak-anak, Sehun. Aku merindukan mereka," Katanya, mengecilkan volume suaranya di akhir kalimat, "Aku juga-- merindukanmu," Lanjutnya, cukup membuat Sehun diam-diam menahan napas sesaat karena terkejut dan tak mengharapkan ini terjadi.

"Tak perlu bertele-tele, sebenarnya apa tujuanmu datang kemari setelah bertahun-tahun meninggalkan kami?" Tanya Sehun tanpa basa-basi, langsung menatap wanita itu tepat di mata, membuat Hana merasa sedikit terintimidasi.

Pandangan Hana menurun, ia memainkan jemarinya sendiri untuk mengurangi rasa gugup dalam dirinya, "Aku akan bercerai dengan suamiku, sidangnya bulan depan."

Sehun terdiam, masih menatap wajah rupawan sang mantan istri, tak tahu harus bereaksi apa. Di satu sisi ia senang, di sisi lain ia prihatin.

"Aku turut prihatin mendengarnya."

"Aku merasa begitu menyesal, Sehun. Banyak sekali rasa bersalah yang singgah dalam hidupku semenjak aku meninggalkan kalian, aku mengakui bahwa meninggalkan kau dan anak-anak adalah pilihan terbodoh yang pernah kulakukan dalam hidupku, aku-- benar-benar menyesal!"

Sehun masih setia menatap sang mantan istri sekaligus ibu dari kedua anaknya, wanita itu sudah mulai berurai air mata, masih dengan wajah menunduk dan jemari yang terus bergerak.

"Jujur saja, aku memilih pria itu dan meninggalkanmu hanya karena kupikir pria itu bisa memberikan kasih sayang yang tak bisa kudapatkan darimu, aku merasa senang dan bahagia bersamanya, aku merasa-- disayangi dan dicintai, karena itu aku jatuh cinta padanya dan memilih untuk meninggalkanmu demi pria itu. Tapi ia berbohong, ia hanya berlaku seperti itu selama 3 bulan menikah, di bulan selanjutnya, ia mulai suka pulang ke rumah dengan keadaan mabuk dan melakukan kekerasan rumah tangga padaku. Sebenarnya aku sudah tak tahan dan berniat menceraikannya di bulan itu juga, tapi ternyata aku hamil, aku tak bisa menceraikannya dan terpaksa meneruskan pernikahan yang sama sekali tak membuatku bahagia ini."

InattenduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang