MTM (27)

854 64 26
                                    

Alice tersenyum miring, Rizky terdiam.

"Gak bisa jawab?" -Alice

Rizky masih diam dan menunduk tiba-tiba ia merasa bingung untuk menjawab.

"Lo gak usah belain Dinda, Ky. Kalau lo aja gak bisa ngeliat sisi baik dia. Karna selama ini yang lo liat cuma hal-hal menyebalkan dari dia kan? Makanya lo ngebenci dia." -Alice

Rizky menatap Alice, ia ingin membalas ucapan Alice namun entah mengapa rasanya lidahnya susah sekali untuk berbicara dan hatinya pun merasa ragu.

Tiba-tiba Dinda memasuki kelas dengan tergesa-gesa dan ketika ia tak sengaja melihat Rizky bersama Alice, ia pun terhenti seketika.

Rizky sama Alice ngapain berduaan di kelas? Apa yang mereka omongin? Batin Dinda bertanya-tanya.

Rizky dan Alice secara bersamaan menoleh kearah Dinda yang berdiri mematung di tempat.

Mereka menjadi terlihat canggung dan Dinda memutuskan untuk tidak perduli saja dan ia segera mengambil seragam olahraganya.

Alice yang melihat Dinda ingin keluar dari kelas segera menghampirinya dan langsung memasang wajah bersalah, "Din maafin gue ya.. tadi gue gak sengaja."

Rizky yang mendengar dan melihat Alice yang sedang berpura-pura merasa bersalah itu hanya mendengus.

Diem-diem ternyata drama juga ni cewek. Batin Rizky.

Dinda tersenyum menatap Alice dan sebelah tangannya menepuk pelan pundak Alice, "Gakpapa kok Al, gue tau kok lo tadi gak sengaja, lagian... gak mungkin juga kan lo sengaja? hahaha."

Emang dia sengaja kali. Batin Rizky menyahut.

"Tapi baju sama rok lo jadinya kotor deh..." Alice menunduk.

"Udah...gakpapa kan gue masih bisa pake seragam olahraga, nanti di cuci juga bersih lagi kok." Sahut Dinda.

Lo tuh mau aja sih di bohongin? Sekali lagi batin Rizky berbicara.

Alice mengangguk, Dinda menepuk pelan pundak Alice dan setelahnya ia pergi ke toilet untuk mengganti pakaiannya karna seragam putih abu-abunya tidak mungkin bisa bersih dan masih berbau coklat.

Ketika Dinda sudah keluar kelas, Rizky menghampiri Alice, "Sekarang gue tau watak asli lo kaya gimana."

Alice menatap Rizky, "Gue bakal jahat sama orang yang juga jahatin gue! Kalau Dinda bisa sok baik sama gue, gue pun juga bisa!"

Rizky menghela napas, "asal lo tau, Dinda malah baik sama lo walaupun lo yang udah jahatin dan pura-pura merasa bersalah gini ke dia."

Alice menatap Rizky kesal, ia hanya heran kenapa Rizky masih saja terus membela Dinda dan menyalahkannya.

"Dan satu lagi, tentang pertanyaan lo yang tadi, gue rasa gak perlu lo tau karna menurut gue itu gak penting buat gue jelaskan, gue cuma bakal bilang benar kalau itu benar dan salah kalau itu salah." -Rizky

Setelah mengatakan itu, Rizky keluar kelas berniat ke kantin karna teman-temannya masih ada di sana. Tinggal Alice yang terdiam di tempatnya, ia merasa kesal, sedih, marah, bingung bercampur aduk. Tiba-tiba air matanya menetes dan ia menggepalkan kedua tangannya.

"Kenapa sih Ky... lo gak pernah sadar? Kalau gue suka sama lo dari dulu."

.
.
.

Dinda berada di ruang latihan basket, ia berniat memulai latihan. Kebetulan juga Dinda mengenakan seragam olahraga sehingga memudahkannya untuk berlatih basket.

Ia memegang bola berwarna oren tersebut dan matanya menatap lurus kearah ring.

Dinda mendesah, tak menyangka ia akan berlatih basket, sesuatu yang Dinda tidak sukai, tentu saja tidak suka, selain karna basket termasuk dalam olahraga, basket juga berhubungan dengan Rizky. Sesuatu hal yang berhubungan dengan Rizky Dinda tidak suka.

"Dih! Kenapa gue jadi mikirin tu cowok rese sih?" Monolog Dinda.

Dinda menghirup udara sebanyak-banyaknya dan perlahan menghembuskannya.

Ia mulai memantul-mantulkan bola basket itu.

Baru dua kali pantulan bola itu terlepas dari tangan Dinda dan menggelinding, dengan cepat Dinda menangkapnya.

"Ginian aja gue gak bisa! Payah banget sih!" Omel Dinda pada dirinya sendiri.

Dinda mensejajarkan arah ring dan mulai melempar bola basket tersebut namun bola itu tidak masuk kedalam ring.

Dinda berlari mengambil bola yang terpantul-pantul tersebut.

Ia mendribble kembali, dan melemparkan bola itu namun meleset lagi.

Sudah beberapa kali Dinda mencoba namun ia selalu gagal untuk memasukan bola basket itu ke dalam ring.

Dinda mendesah, "Susah banget sih! Sekali... aja gitu gue berhasil masuknya."

Ia kembali melempar bola itu namun bolanya hanya mengenai luar ring dan malah memantulkan bola itu kembali ke arah Dinda.

Dinda yang terkejut hanya bisa melindungi wajahnya menggunakan kedua tangannya.

Namun di waktu yang hampir saja bola itu mengenai wajah Dinda, ada sebuah tangan yang dengan cepat menangkap bola basket tersebut.

Dinda yang spontan menutup kedua matanya, merasa bahwa tidak terjadi apa-apa pada dirinya, padahal ia pikir harusnya bola itu sudah seharusnya mengenainya. Ia pun perlahan membuka kedua matanya dan menurunkan tangannya yang tadi ia gunakan untuk melindungi wajahnya.

Mata Dinda membola disaat ia melihat bola basket itu sudah berada sangat dekat dengan wajahnya dan ada sebuah tangan yang memegang bola itu. Dan lebih terkejut lagi disaat ia menoleh dan melihat siapa pemilik dari tangan tersebut.

Rizky, orang yang baru saja menyelamatkan Dinda dari bola basket tersebut.

Dinda dan Rizky saling bertatapan dalam jarak yang dekat.

Dinda tersadar dan ia mundur selangkah, "kok lo bisa ada di sini?"

Rizky menurunkan bola basket tersebut dan mendribblenya, "ya bisalah"

Dinda mendengus, "sejak kapan lo ada di sini?"

Rizky melempar bola basket tersebut dan bola itu berhasil masuk ke dalam ring walau jarak Rizky cukup jauh dari ring.

Melihat hal tersebut membuat Dinda menganga takjub, ia yang sedari tadi berlatih bahkan sampai mensejajarkan jarak dan arahnya ke ring itu namun lemparannya selalu gagal sedangkan Rizky yang bahkan seperti asal-asalan namun ia berhasil.

Namun setelahnya Dinda tersadar kalau Rizky itu adalah pemain basket dan jelas saja ia sudah pro.

"Sejak lo berkali-kali ngelempar ni bola tapi gak pernah masuk." Jawab Rizky santai.

Dinda berdecak, "ya wajar kali gue gak bisa."

"Udah sembuh?" Tanya Rizky tiba-tiba.

Dinda terdiam sejenak.

Serius nih cowok nanyain keadaan gue?

"Cuma nanya, gak usah geer! bukan perhatian." Ucap Rizky cepat.

"Udah," sahut Dinda ketus

Rizky hanya melihat Dinda sebentar kemudian ia mendribble kembali bolanya dan langsung menshoot bola itu hingga masuk ke dalam ring.

Dinda menghampiri Rizky dengan wajah kesalnya, "kalau mau latihan mending nanti deh setelah gue, lo gak liat gue lagi latihan buat pengambilan nilai nanti?"

Rizky yang sedang mendribble bola menghentikan aksinya dan menatap Dinda.

"Kenapa lo natap gue gitu? Gak suka kalau gue pinjem ni bola sama ruangan ini buat gue latihan?" Ucap Dinda dengan nada ketus.

Rizky semakin menatap dalam Dinda.

"Mau gue ajarin sampe bisa?"

Ajakan dari Rizky sontak membuat Dinda tercengang.


Tbc

Hiyaaa bakal mau gak ya kak dinda di ajarin sama bang iky? :)

See youu💖

Musuh Tapi Menikah (RIZKYNDA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang