Dinda merutuki nasib sialnya yang masih menjadi babu Rizky dan sangat menyebalkan sekali di hari Minggu yang sangat cerah ini Dinda harus meluangkan waktu berharganya hanya untuk melihat Rizky berlatih basket, oh mungkin lebih tepatnya, menemani.
"Ah! Ngacauin hari libur gue aja sih tu cowok rese!"
Dinda yang kini sudah berada di depan pagar sekolahnya hanya mendesah dan mengomel sedari tadi.
Ia membawa tas berisi bekal roti dan sebotol air mineral untuk Rizky."Yeeehh dasar nyusahin tu kecoak!" Omel Dinda.
Dinda terus melangkahkan kedua kakinya menuju ruang latihan basket, hari ini ia mengenakan baju kaos berwarna biru muda dengan jaket berwarna hitam dan mengenakan rok selutut berwana putih. Rambutnya hanya ia biarkan tergerai dan hanya menggunakan bedak seadanya.
Ngapain juga gue dandan cantik kalau cuma buat ngeliat si kecoak rese itu main basket! Hih! , omel Dinda dalam hati.
Well, bahkan di dalam hati saja Dinda masih mengomel, memang hari Minggunya benar-benar kacau karna Rizky.
Setelah melewati beberapa kelas akhirnya Dinda sampai di ruang latihan basket itu.
Ia mengatur nafasnya, "Gue pasti bisa ngelewatin hari buruk ini. Semangat Dinda!" Ucapnya menyemangati diri sendiri.
Ia membuka pintu tersebut dan melihat sudah ada beberapa manusia penyuka basket dan para pendukungnya. Yang ada di dalam ruangan itu tidak hanya para pemain tapi juga para penonton- bapak bapak ibu ibu semua yang ada disini- lah kok malah nyanyi? *abaikan*
Cukup banyak yang ikut menonton acara latihan basket tersebut, dan diantaranya memang karena beberapa para pemain basket mengajak pacar mereka untuk menonton dan memberi mereka semangat.
Tapi tidak dengan Dinda, ia kesini karena terpaksa. Perlu di garis bawahi terpaksa. Ia mendesah lagi dan memasuki ruangan luas tersebut.
Dinda memilih duduk di salah satu kursi penonton dan memutuskan untuk cuek dengan sekitarnya. Ia juga tidak berusaha mencari dimana keberadaan sang musuh bebuyutan itu.
Namun tak lama, sebuah langkah kaki mendekat ke arahnya dan Dinda langsung menoleh ke arah tersebut, ia hanya cuek saja melihat Rizky yang ada di depannya sambil tersenyum kecil.
"Ternyata lo dateng juga," ucap Rizky sebagai awal pembicaraan mereka.
"Kan gue terpaksa." Sahut Dinda malas.
"Yang penting sekarang lo dateng, dan menuhin satu hari lo sebagai babu gue." Ucap Rizky.
Dinda memutar bola matanya malas, "Sana gih lu latihan, makin panas kalau ada lu disini." Ucap Dinda, lebih tepatnya ia mengusir.
Rizky tertawa pelan dan melirik tas Dinda yang ia letakan di kursi sebelah, "Itu bekal sama minuman gue?" Tanya Rizky.
Dinda menoleh ke arah yang dilirik Rizky dan mengagguk pelan, "Kan lo yang nyuruh."
Rizky tersenyum kecil, "Tapi lo...
"Gue kasih selai nanas kok bukan kacang," Dinda memotong ucapan Rizky karena ia tau Rizky ingin menanyakan hal tersebut.
"Bagus deh," ucap Rizky ia sebentar menatap Dinda dan entah Dinda yang tak sengaja balik menatap Rizky hanya terdiam dan tidak tau apa arti dari tatapan Rizky tersebut.
Setelah 7 detik saling bertatapan, Dinda yang memutuskan kontak mata mereka dan setelahnya tanpa berkata apa-apa Rizky melesat pergi menuju ke tengah lapangan menghampiri teman-temannya.
Dinda melirik ke arah Rizky yang sudah berada di tengah lapangan.
Kenapa tadi dia natap gue kaya gitu? , pikir Dinda.
KAMU SEDANG MEMBACA
Musuh Tapi Menikah (RIZKYNDA)
Teen Fiction"apa-apaan gue nikah sama musuh bebuyutan?!" -Dinda. "ogah banget gue nikah sama musuh gue sendiri!" -Rizky. Publish : 03 agustus 2018 Republish : 11 mei 2020 don't copy-paste my story.