"Heh, lo apain tas gue kecoak!" Dinda berteriak kesal.
Rizky masih tertawa, "Oh jadi itu tas lo? Kok bisa ada di situ sih? udah gak perlu lagi ya?"
"Lo gak usah sok gak tau deh. Ini pasti rencana licik lo kan?" -Dinda.
"Kalau iya kenapa?" Rizky mendekatkan wajahnya ke Dinda.
"Balikin sekarang tas gue!" -Dinda.
"Kalau gue gak mau gimana?" -Rizky.
Dinda semakin kesal dan menggepalkan tangannya.
"Lo apaan sih gak lucu tau!" -Dinda.
"Emang gak lucu, gue gak ngelawak." -Rizky.
Dinda melihat ke arah tasnya yang tergantung di ring. Sebenarnya ia bingung, bagaimana Rizky bisa menggantung tasnya di atas ring itu? Ring itu kan tinggi? Apa Rizky menggunakan tangga?
Hah, jika ia menggunakan tangga berarti lelaki itu niat sekali mengerjainya.
Dasar cowok kecoak rese nyebelin! Batin Dinda.
"Lo masih ingat kan waktu lo nginjak kaki gue tadi pagi? Dan ini balasan atas perbuatan lo." Rizky tersenyum licik ke arah Dinda.
"Lo cowok apa cewek? Di injak gitu doang udah balas dendam. Hih!" cibir Dinda.
"Heh, lo pikir kaki gue baik-baik aja setelah lo injak hah? Kaki gue sampe merah dan perih. Untung gue pake sepatu coba kalau nggak? Udah bonyok biru-biru ni kaki. Dan kalau itu sampai terjadi, lo bakal dapat balesan yang lebih dari ini." ucap Rizky.
Rizky menatap tajam ke arah Dinda.
Ngeri juga sih kalau kakinya Rizky sampai merah gitu.
Emang sekuat apa gue tadi nginjak kaki dia sampe merah? Batin Dinda.
Dinda memang hanya menginjak sebelah kaki Rizky tapi injakan Dinda gak main-main. Mungkin Dinda terlalu bersemangat dan kesal jadi dia melampiaskan itu dengan nginjak kuat kaki Rizky. Jelas saja sakit, Rizky sampe teriak kesakitan tadi.
Ah, masa bodo sama dia. Gue kesel banget. Batin Dinda.
"Kenapa lo diam? Ngerasa bersalah? Nyesal? Hah, telat!" -Rizky.
"Ih, apa sih, gak ada dalam kamus gue untuk merasa bersalah sama lo ya cowok sinting." ejek Dinda.
"Yaudah kalau gitu lo pantengin aja tuh lama-lama tas lo. Tapi kalau lo cuma mantengin doang sih tas lo gak bakal kemana-mana dan cuma ada di situ. Kalau lo mau tas lo balik, lo harus usaha sendiri." -Rizky.
"Heh tanggung jawab dong." -Dinda.
"Tanggung jawab? Emang gue ngehamilin lo?" -Rizky.
Dinda ingin sekali meninju muka menyebalkan dari Rizky.
"Maksud gue lo turunin tas gue. Dasar bego!" Maki Dinda.
Rizky menoleh ke arah teman-temannya yang hanya diam menyaksikan adu mulut antara Si cowok kecoak dan Si cewek remahan rengginang.
"Kalau lo mau gue turunin tas lo, lo juga harus tanggung jawab. Kaki gue sakit gara-gara lo." -Rizky.
"Ogah banget." -Dinda
"Yaudah gue juga ogah." -Rizky.
Dinda semakin kesal, "gue aduin lo ke kepsek tau rasa lo."
"Silahkan. Lo juga bakal gue aduin. Gue tinggal ngasih liat bukti kaki gue merah gara-gara di injak sama kaki lo. Dan lo bakal di hukum deh." -Rizky
Dinda berdecak, masalahnya ia tidak mau mendapat hukuman lagi. Dinda juga merasa bosan harus diceramahi guru dan orang tuanya.
Oke, untuk kali ini saja Dinda mengalah.
"Jadi lo mau gue tanggung jawab apa?" -Dinda.
Rizky terdiam sambil menatap Dinda. Sekilas ia tersenyum licik.
"Jadi babu gue selama seminggu," ucap Rizky tersenyum licik.
"What?!" Dinda membuka mulutnya lebar dan membelalakan matanya.
Tbc.
Haduh pertanggung jawaban macam apa itu bang iky. Wkwk
Kira-kira kak dinda mau gak ya jadi babu nya bang iky?
Tunggu kelanjutannya :)
Vote sama komen dong :)
KAMU SEDANG MEMBACA
Musuh Tapi Menikah (RIZKYNDA)
Fiksi Remaja"apa-apaan gue nikah sama musuh bebuyutan?!" -Dinda. "ogah banget gue nikah sama musuh gue sendiri!" -Rizky. Publish : 03 agustus 2018 Republish : 11 mei 2020 don't copy-paste my story.