Dinda merapikan buku tulis Sejarah Rizky dan membereskan bekal bawaannya.
"Huh, gue udah bikin bekal buat dia tapi bekal buatan gue malah gak di habisin, di muntahin pula!" gerutu Dinda.
Ia pun pergi dari balkon berniat ke kantin namun sebelum itu Dinda ke kelas dulu menaruh buku Sejarah Rizky.
Di kantin, Dinda bertemu dengan temannya namun ia tidak melihat Rizky di kelas pun juga tidak.
"Kemana tu anak rese?" tanya Dinda pelan.
Nadya yang ada di sebelah Dinda mendengar ucapan Dinda, "Nyariin Rizky?"
"Ih siapa yang nyari dia." jawab Dinda.
"Dia ada di UKS tuh." ucap Nadya.
Seketika Dinda terkejut, "kok bisa?" tanya Dinda.
"Gak tau, tadi temen gengnya itu di telpon gitu sama Rizky, dan yang gue dengar dia ada di UKS. Eh tapi bukannya tadi Rizky sama lo ke balkon kan?" ucap Nadya.
"Iya, tapi gue juga gak tau masa tadi dia muntahin bekal yang gue buat? gila gak sih, gak sopan banget tu cowok." omel Dinda.
"Kenapa bekal lo di muntahin? wah lo kasih racun, ya Din?" tanya Silvia sambil terkekeh.
"Niatnya sih mau gitu padahal cuma gue kasih selai kacang dikit doang tapi dia malah muntahin dan dia marah-marah sama gue." sahut Dinda.
"Kok bisa gitu?" tanya Aurel.
"Dia bilang sih gak suka selai kacang." jawab Dinda.
"Tapi apa hubungannya dia gak suka selai kacang, dan dia tiba-tiba masuk UKS?" tanya Mila.
Dinda berfikir sejenak, "hm... atau dia alergi selai kacang? soalnya dia kaya kegatelan badan gitu sampe kaya kesakitan."
Teman-teman Dinda menoleh kearah Dinda serempak.
"Bisa jadi Din." ucap Silvia.
"Itu sih udah pasti dia alergi, Din. Dia gatel-gatel habis makan bekal lo kan?" Tanya Nadya dan Dinda mengangguk.
"Lo gak mau jengukin dia Din?" tanya Mila.
"Heh? jengukin tu cowok rese? Hih ogah banget." sahut Dinda.
Mila, Nadya, Aurel dan Silvia melirik kearah Dinda.
"Kenapa lo pada ngeliat gue kaya gitu?" tanya Dinda.
"Masa lo gak mau liat kondisinya sih Din?" -Nadya.
"Kan ini gara-gara ulah lo juga." -Aurel.
"Lo sih jahil banget Din." -Silvia.
"Hadeh... lo sama Rizky tu sama aja jahilnya keterlaluan." -Mila.
Dinda meminum jus jeruk miliknya, "Gak ah, gue tuh masih kesal banget sama dia."
Mendengar jawaban Dinda, teman-temannya hanya menggelengkan kepala.
Bell tanda masuk kelas baru saja berbunyi, Dinda dan teman-temannya meninggalkan kantin segera berjalan menuju kelas.
"Tau gak sih gue pikir awalnya tu dia gak mandi jadinya gatelan gitu hahaha." ucap Dinda.
"Wah parah lo Din masa ngira dia gak mandi, haha." sahut Mila.
"Tapi serius deh Din lo itu orang paling berani buat ngerjain dia." sambung Nadya.
"Gak ada dalam kamus gue buat takut sama cowok kaya dia." ucap Dinda.
Sesampai mereka di kelas, semua murid mulai berdatangan satu per satu, namun Rizky tidak ada dan yang mengherankan lagi, tas Rizky juga tidak ada di kelas bahkan buku Sejarah yang Dinda letakan di meja Rizky juga sudah tidak ada dan membuat heran Dinda dan teman-temannya.
"Tas Rizky kemana?" Tanya Mila
"Tau, di sembunyiin goblin kali." celetuk Dinda.
"Ada-ada aja lo Din yakali di sembunyiin goblin." ucap Silvia.
Tak lama, teman-teman Rizky sudah sampai di kelas dan duduk di tempat mereka masing-masing. Namun Rizky masih tidak terlihat.
Silvia yang punya jiwa 'kekepoan' segera memanggil Devan yang kebetulan teman sebangku Rizky dan duduk di bangku depan Silvia.
"Van, Rizky mana?" tanya Silvia.
Dinda melirik sedikit namun ia memilih untuk tidak peduli dan membuka buka Matematikanya.
"Rizky baru aja ijin pulang." sahut Devan.
Seketika itu, Dinda langsung menoleh ke arah Devan dan Silvia tapi ia memilih untuk diam dan mendengarkan pembicaraan Devan dan Silvia.
"Kenapa dia pulang? eh tadi gue denger kalau dia masuk UKS kan? dia kenapa?" tanya Silvia, padahal ia tahu kalau Rizky pasti memang alergi selai kacang namun ia hanya ingin memastikan langsung dari Devan.
"Rizky punya alergi, dan salah satunya alergi selai kacang. Dan tadi alerginya kambuh dia kegatelan banget sampai-sampai kulitnya memerah dan luka gara-gara kegores kukunya makanya tadi gue dan yang lain nyuruh dia buat pulang." ucap Devan.
Silvia terngaga dan tanpa sadar Dinda juga yang mendengar itu terngaga.
Parah banget sih? Batin Dinda.
"Yampun, sampe segitunya ya?" tanya Silvia.
"Rizky kalau udah alerginya kambuh, emang parah banget deh biasanya bakal sakit berhari-hari, dia bisa sembuh cepat kalau dia minum obatnya tapi kalau Rizky sih susah banget disuruh minum obat." jelas Devan.
"Waduh kasian banget." sahut Silvia.
Devan dan Silvia secara bersamaan melirik ke arah Dinda.
Dinda yang melihat arah mata Devan dan Silvia ke arahnya langsung tersentak, "Kenapa lo bedua ngeliat gue kaya gitu?"
"Alerginya Rizky kambuh karena lo ngolesin selai kacang ke rotinya kan?" tanya Devan.
"Dikit doang kok." sahut Dinda.
Devan terkekeh, "Biar dikit, tapi itu bisa fatal buat Rizky."
"Tapi dia gak kenapa-kenapa juga kan? paling juga besok sembuh tu bocah." ucap Dinda.
Devan dan Silvia hanya tersenyum dan mereka sudah sangat biasa melihat kejadian seperti ini. Kejahilan-kejahilan Dinda dan Rizky.
Dinda terdiam sejenak,
Ia menatap lurus kearah meja dan bangku kosong Rizky.
Apa gue jengukin dia pas pulang sekolah? Batin Dinda.
Tbc.
Part ini agak pendek dari part sebelumnya cuma sekitar 800+ words aja hehehe.
Bang iky parah tuh sakitnya dan ternyata emang alergi sama selai kacang, hmm... kira kira kak dinda bakal jengukin bang iky gak ya???
Hayooo vote sama komen kalian. Aku suka banget tau ngebacain komen kalian^^ kalian bisa kasih kritik atau saran apapun di komen. Jangan sungkan yaa.
Dan terima kasih untuk 5K pembaca!!! ^^ seneng banget udah nyampe segini ^^
Terus pantengin cerita ini yaaa.
See you next chapter!
KAMU SEDANG MEMBACA
Musuh Tapi Menikah (RIZKYNDA)
Dla nastolatków"apa-apaan gue nikah sama musuh bebuyutan?!" -Dinda. "ogah banget gue nikah sama musuh gue sendiri!" -Rizky. Publish : 03 agustus 2018 Republish : 11 mei 2020 don't copy-paste my story.