MTM (24)

1K 75 60
                                    

Dinda menghembuskan napas berat, "Syarat apa kak?"

Dinda hanya berharap syarat yang diminta Anggie tidak akan membuatnya malu atau hal-hal yang aneh.

Anggie tersenyum licik melihat Dinda, "Kalau lo mau jaket ini balik, lo harus....

Lari keliling lapangan sampe 20 kali tanpa stop!"

Dinda melebarkan kedua bola matanya dan mulutnya terbuka lebar.

"Kenapa? Gak sanggup ya? Gakpapa sih tapi jaketnya gak bakal gue kasih ke elo." Ucap Anggie.

"Apa gak ada syarat yang lain kak?"

Dinda mencoba menawar kepada Anggie, yang benar saja dia lari lapangan sebanyak 20 kali, jangankan 20, sekali aja Dinda ogah.

"Gak ada cuma itu! Kalau lo gak mau yaudah..." jawab Anggie.

Dinda dilema.

Gimana bisa dia nerima syarat dari Anggie? Dinda payah dalam semua hal olahraga apalagi lari.

Melihat Dinda yang hanya diam namun gelisah, membuat Anggie tersenyum puas, ia sangat tahu bagaimana cara mengerjai Dinda.

"Lo diem gue anggep lo gak bisa! Bye."

Anggie melangkah meninggalkan Dinda di ikuti kedua temannya.

Dinda meremas kedua tangannya, ia sangat dilema.

Di satu sisi, Dinda ingin jaket itu kembali namun di sisi lain ia tidak bisa menerima syarat tersebut karena lari adalah kelemahan dan hal yg gak di sukai oleh Dinda.

Anggie sudah sampai di ambang pintu, tangannya terarah ingin membuka gagang pintu tersebut.

Sebelum pintu itu benar-benar terbuka Dinda segera mengejar Anggie dan berdiri di sebelahnya dengan perasaan bimbang.

"A-aku setuju kak,"

Anggie menatap Dinda dengan pandangan seolah-olah ia tidak percaya padahal itu hanya pura-pura saja, ia tahu Dinda pasti setuju untuk melakukan syarat yg diajukan tersebut.

"Serius? Lari keliling lapangan 20 kali loh, emang sanggup?" Tanya Anggie.

Dinda mengangguk, "Tapi kakak janji bakal balikin jaket itu."

Anggie tersenyum, "gue itu bukan orang yang ingkar janji jadi lo tenang aja."

Dinda hanya mengangguk.

Anggie segera membuka pintu gudang tersebut, "oke, sekarang lo ikut gue ke lapangan."

Anggie dan kedua temannya jalan di depan terlebih dahulu dan Dinda mengikuti di belakang dengan perasaan tidak nyaman.

Di balkon, Rizky menutup bekal dari Dinda. Ia baru saja menyelesaikan bekalnya.

Rizky akui bekal itu memang sangat enak dan ia juga bingung kenapa Dinda bisa memasak se enak itu. Padahal tidak terpikir sama sekali jika Dinda bisa memasak.

Itu jika dilihat dari sudut pandang Rizky yg hanya tau dari perkataan Dinda, padahal masakan itu adalah buatan ibu Dinda.

(Sabar ya bang iky dibohongin sama kak din😂)

Rizky menatap langit yang biru nan cerah, ia memang sengaja tidak meminta Dinda untuk makan bersamanya di balkon seperti biasanya. Ia hanya ingin menikmati hari ini sendirian di balkon karna jika bersama Dinda sudah dipastikan balkon itu penuh dengan kegaduhan dan adu bacot mereka. Biarkan untuk hari ini Rizky merasa lebih tenang.

Setelah dirasa cukup lama untuk menenangkan diri, Rizky turun dari balkon dan memutuskan untuk ke kelas.

Sesampai di kelas, Rizky langsung meletakan kotak bekal tersebut di laci meja Dinda dan langsung duduk di bangkunya.

Musuh Tapi Menikah (RIZKYNDA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang