"Heh cowok rese! Kalau bicara yang bener dong. Gak lucu lo!" Dinda menatap tajam ke arah Rizky.
Menurut Dinda pertanggung jawaban yang Rizky minta itu hanyalah sebuah lelucon.
Yakali gue jadi babu. Batin Dinda.
Rizky mendekatkan wajahnya ke Dinda dan menatapnya serius, "Emang muka gue sekarang ada tampang ngelucu?"
Dinda tercekat, untuk sesaat mata mereka saling bertemu.
"Yang bener aja gue jadi babu lo?!" -Dinda.
"Ya emang benar, dan lo harus ngelakuin itu. Kalau nggak, tas lo bakal tetap ada di sana sampe besok atau mungkin... sampai nanti-nanti." -Rizky.
"Gue gak akan mau jadi babu lo, camkan tuh!" -Dinda.
"Yaudah, berarti tas lo bakal ada di sana terus." -Rizky.
"Lo pikir gue bego? gue bisa minta bantuan sama orang lain buat ngambil tas gue." -Dinda.
Rizky tersenyum licik, "lo pikir ada yang mau nolongin lo?"
"Ya pasti ada lah." -Dinda.
"Yaudah kalau gitu lo minta bantuan aja sana. Good luck deh."
Setelah mengatakan itu Rizky melangkahkan kakinya keluar dari ruang latihan basket diikuti teman-temannya. Meninggalkan Dinda yang menghembuskan napasnya kasar.
"Dasar cowok nyebelin! Lo pikir gue mau jadi babu lo? Mau seminggu kek sehari kek tetap aja gue ogah!" monolog Dinda.
Ia menatap tasnya yang sedang tergantung dengan tidak indahnya di atas ring.
"Gue minta bantuan sama siapa?" -Dinda
Dinda menggepalkan kedua tangannya, "Awas ya lo nanti gue balas."
Dinda masih saja mengomel sendiri sambil memaki Rizky.
Sampai ia tersadar bahwa ia hanya akan membuang-buang waktu saja mengomel sendiri di ruangan yang sepi.
Dinda segera keluar dari ruangan tersebut dan mencari bantuan.
Ia melihat ada beberapa cowok yang sedang mengobrol ria di koridor kelas, tanpa basa-basi Dinda langsung menghampiri segerombol cowok tersebut.
"Eh, kalian. Bisa tolongin gue gak?" -Dinda.
Cowok-cowok itu menghentikan aksi mengobrolnya dan menoleh ke arah Dinda.
"Tolongin apa?" tanya salah satu cowok tersebut.
"Tas gue kegantung di ring basket. Bisa tolong bantu ambilin?" -Dinda.
"Kok bisa ada di situ?"
"Ada orang rese yang naruh tas gue di situ. Kalian bisa tolongin gue kan?" -Dinda.
"Bisa sih... tapi ada syaratnya."
Dinda mengerutkan keningnya pertanda bingung, "apa syaratnya?"
Cowok-cowok tersebut tersenyum satu sama lain. Entah kenapa Dinda malah merasa tidak nyaman.
"Lo harus kencan bergilir sama kita."
Dinda ternganga, tidak menyangka bahwa syarat yang di ajukan sangatlah tidak wajar.
Yang benar saja Dinda harus kencan secara bergilir dengan cowok-cowok yang jika di hitung berjumlah delapan orang.
Dasar gila. Batin Dinda.
"Enak aja gue di suruh kencan bergilir. Emang gue cewek apaan?" Ucap Dinda kesal.
"Kalau lo mau kita tolongin sih lo harus mau sama syarat yang kita ajuin. Kalau nggak... maaf aja nih kita gak bisa tolongin lo." ucap salah satu cowok itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Musuh Tapi Menikah (RIZKYNDA)
Teen Fiction"apa-apaan gue nikah sama musuh bebuyutan?!" -Dinda. "ogah banget gue nikah sama musuh gue sendiri!" -Rizky. Publish : 03 agustus 2018 Republish : 11 mei 2020 don't copy-paste my story.