Part 11: Rencana Helena(✓)

3.5K 215 0
                                    


  "Sudahlah, aku lelah dengan semua drama ini!"

✨✨✨

✨✨✨

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


✨✨✨

Keesokan harinya, Bik Surti kembali masuk kerja, dia heran kenapa majikannya sama sekali belum terlihat. Padahal sudah jam tujuh pagi. Biasanya, jam segini Nisa sudah mondar-mandir ke dapur membantunya.

Buk Surti mencoba mengabaikan rasa herannya dan lanjut mengepel lantai. Ketika akan masuk ke dapur, langkahnya terhenti karena pembicaraan antara ibu dan anak. Dengan cepat ia berdiri di pembatas tembok antara meja makan dan ruang tamu. Buk Surti tau hal ini tidak baik, tetapi dia sangat penasaran.

"Ma," panggil Nathan kepada ibunya, "aku capek."

Helena dengan cekatan mendekati Nathan kemudian menyuruhnya kembali berbicara.

Nathan menggeleng, resah kembali merajainya. Helena menatap anak satu-satunya ini dengan sendu. Dia amat yakin jika Nathan tertekan saat ini. Rasanya, sudah lama sekali Nathan tidak pernah mengeluh. Mungkin baru kali ini.

"Apa ini karena istrimu?" tebaknya.

Nathan menegang, tak menyangka jika ibunya akan menebak dengan benar.

"Mama tahu sejak dahulu, kamu tidak pernah mencintai gadis itu. Kamu hanya terobsesi padanya." Tubuh Nathan langsung menegang. Tidak, dia tidak pernah terobsesi pada wanitanya. Malahan, Nathan sangat mencintainya.

"No! A-aku cin—"

"Cinta tak mungkin saling menyakiti, Nathan. Kamu pikir Mama selama ini menjahatinya untuk apa. Untuk apa Mama selalu saja menghasut kalian berdua?"

"Untuk membuat dia sadar bahwa kamu tidak akan pernah membahagiakannya. Kamu hanya akan membuatnya terluka Nathan!" Helena berkata dengan nada meninggi.

"Jadi ... selama ini Mama yang selalu membuat kami selalu bertengkar?"

Helena menatap tidak percaya. Setelah apa yang dikatakannya, apakah Nathan masih belum mengerti.

"Menikahlah dengan Hilda dan kamu akan bahagia."

"Bahagia seperti apa yang Mama maksud?" tanya Nathan menahan geram.

"Kamu harus melepaskan Nisa, Nak. Itu yang terbaik jika tak ingin membuatnya semakin terluka." Helena membujuk Nathan.

"AKU GAK BISA, MA! AKU CINTA SAMA NISA!" Nathan tetap kekeuh dengan pendapatnya. "Aku ... aku tidak akan bisa hidup tanpanya."

"Kalau begitu, kenapa kamu menyiksa dan mengurung dia di gudang bawah tanah? Bahkan sampai sekarang kamu belum melepaskannya."

Bagai disambar petir, Nathan membelalakkan matanya. "N-nisa," lirihnya.

A Way to Forget You (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang