"Terkadang, omongan pedas orang terdekatlah yang sangat amat terasa sakitnya saat kamu dengar."
***
***
Siang ini cuaca terasa begitu terik, Nathan dan Nisa tengah sibuk membersihkan rumah baru mereka. Ya, mereka telah meninggalkan apartemen dan mulai mengisi rumah baru yang telah mereka beli sebelum menikah.
Mereka dibantu oleh beberapa orang suruhan mama Nathan, tidak heran Nathan adalah anak semata wayang, jadi wajar saja sang mama sangat begitu memanjakannya.
"Capek, Mas?" tanya Nisa seraya membawa minuman untuk Nathan. Suaminya itu baru saja selesai memasang foto pernikahan mereka.
"Sedikit," jawab Nathan yang sedang menengguk air minum itu.
"Dari tadi ponsel kamu bunyi terus entah siapa yang telepon," ucap Nisa menyodorkan ponsel milik Nathan.
Nathan mengambil telepon itu. Dilihatnya nama sang penelpon. "Dari mama sayang," jawab Nathan. Dia menjauh dari Nisa untuk mengangkat telpon itu.
"Di ajak menjenguk sepupuku, katanya ia telah melahirkan."
"Kapan?" tanya Nisa.
"Hari ini, Sayang," jawab Nathan, "segera siap-siap sana."
***
Pukul dua siang, Nathan dan Nisa sudah berada di salah satu rumah sakit untuk menjenguk sepupunya yang telah melahirkan.
Nathan menggandeng tangan kedua wanita yang ada di sampingnya. Yaitu sang mama dan istri yang amat ia cintai.
Mereka berjalan menuju ruangan dimana sepupunya di rawat, banyak pasang mata yang melirik ke arah Nathan. Mungkin, sebagian besar orang mengira mereka adalah kedua istri Nathan. Karena wajah sang Mama yang tidak terlalu terlihat tua.
"Ga sabarnya pengen liat bayi, meski bukan cucu sendiri," sindir sang mama. "Ayo dong Nathan, cepat bikin cucu untuk mama."
"Ma, membuat cucu itu tidak semudah yang mama pikir," ujar Nathan menenangkan. "Lagi pula kami baru tiga bulan menikah, Ma. Masih banyak waktu. Jadi, untuk saat ini sabar terlebih dahulu ya."
"Pokoknya mama tidak menerima apapun alasannya, paling lambat satu tahun menikah kamu harus mempunyai anak!"
"Iya, Ma. Nanti Nisa dan Mas Nathan usahakan, ya. Mohon doa dan kesabarannya saja," kata Nisa ramah.
"Jangan nanti-nanti saja, Nisa. Saya sangat menunggu kehadiran cucu pertama saya dari anak semata wayang saya," ujar sang mama.
Mama Nathan menghentikan langkah kakinya sejenak. "Jadi ketika nanti kamu tidak bisa memberikan keturunan, konsekuensinya kamu siap di buang dari keluarga permana."
KAMU SEDANG MEMBACA
A Way to Forget You (Completed)
RomansaNathan & Nisa Story _________ Awalnya, pernikahan kami berjalan sebagaimana pasangan lainnya. Nathan-suamiku memperlakukan diriku layaknya seorang ratu. Aku dapat merasakan bahagia yang seutuhnya. Namun, semuanya berubah ketika aku di diagnosa tidak...