"Egois dan suka menyalahkan satu sama lain menang sifat alamiah manusia, bukan?"
✨✨✨
✨✨✨
"Perempuan sialan!"
"Bodoh!"
"Murahan!"
Kata-kata yang diucapkan Nathan semalam, berhasil membuat Nisa tak tidur semalaman. Dia meringkuk di samping kasur yang berada di samping gudang. Dengan menarik-narik rambut, Nisa berusaha melenyapkan semua perkataan itu.
Sampai akhirnya, seseorang mengetuk pintu dari arah luar. Tanpa seizin pemilik kamar, orang menerobos masuk dan memeluk Nisa dengan kuat. Bahunya bergetar menandakan dia sedang menangis.
"Maaf Nisa. Maafin Mas, semua yang Mas katakan tadi malam itu tidak benar." Nathan berusaha menjelaskan semuanya.
Sedangkan di sanaNisa—dengan wajah pucat serta pandangan kosong—tak merespons apa pun. Dia masih merasa bahwa semua ini adalah khayalan belaka.
Nathan menyeka air mata yang mengering di mata Nisa. Yang dikatakannya, pasti sangat menyakiti hati Nisa. Kemarin malam dia sedang di bawah pengaruh alkohol, jadi Nathan benar-benar tak sadar sepenuhnya. Dia juga tak sadar telah melakukan sesuatu yang membuat keadaan Nisa menjadi seperti ini.
Merasa masih tak ada respons, Nathan melumat bibir Nisa dengan lembut. Nisa sempat terbuai sampai akhirnya dia tersadar dan menjauhkan diri dari Nathan.
Nisa memang lemah, perempuan murahan. Ya, dia mengakui itu, bahkan hanya dengan sedikit sentuhan Nathan saja sudah membuatnya melayang. Ditelungkupkannya lagi kepalanya di atas lipatan tangan. Kemudian dia menutup telinganya saat mengingat adegan demi adegan yang terus berputar di kepalanya. Nisa memang sangat mencintai Nathan, tetapi yang pria itu lakukan padanya tadi malam sama sekali tidakkah benar.
Melihat itu semua membuat hati Nathan serasa dicabik-cabik. Dia yang dulu berjanji tak akan mengecewakan Nisa, kini malah menjadi alasan dari keadaan Nisa saat ini.
Nathan mendekat lagi ke arah Nisa, kemudian berkata, "Hei, ini mas, Sayang. Kamu tidak rindu dengan saya?"
Semakin Nathan mencoba mendekat, semakin jauh jarak yang Nisa ciptakan. Sampai pada akhirnya dia menabrak dinding karena terus saja mundur. Nisa merasa terintimidasi oleh tatapan Nathan.
"Jangan ...." Nisa menggeleng, dia takut melihat Nathan di sini.
Nathan tersenyum pedih. Apakah sebegitu takutnya Nisa pada dirinya? Dia mengulurkan tangan, tetapi Nisa tidak bisa melihatnya.
"Putri Raqilla An-Nisa, Saya tahu kesalahan saya sangat besar, tetapi saya mohon ... tolong maafkan saya. Saya tak bisa membiarkanmu seperti ini. Saya ..." Nathan dengan sengaja menggantung ucapannya. "Saya sangat mencintai kamu Nisa."
KAMU SEDANG MEMBACA
A Way to Forget You (Completed)
RomansaNathan & Nisa Story _________ Awalnya, pernikahan kami berjalan sebagaimana pasangan lainnya. Nathan-suamiku memperlakukan diriku layaknya seorang ratu. Aku dapat merasakan bahagia yang seutuhnya. Namun, semuanya berubah ketika aku di diagnosa tidak...