Part 10: He's bastard! (✓)

4K 229 6
                                    

"Apakah kau bisa menjaga lisan yang selalu menyakiti perasaan?"

✨✨✨

✨✨✨

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

✨✨✨

Ketika merasa sakit di punggungnya mulai reda, Nisa memutuskan untuk turun di bawah. Namun, baru saja dia keluar dari dalam kamar, secara bersamaan Nathan juga ingin masuk ke dalam. Netra mereka saling menatap selama beberapa menit.

Tak ingin berdiam terlalu lama, Nisa mengakhiri sesi pandang-pandangan itu dan mempersilahkan Nathan untuk lewat.

Nisa mengingat suatu hal bahwa ini adalah hari weekend. Pantas saja Nathan libur, dan itu tandanya Bik Surti tidak masuk bekerja. Biasanya Nisa yang akan menggantikan membereskan rumah dan seisinya. Setelah itu, Nathan dan Nisa pergi untuk membeli jajanan di luar.

Namun, saat keadaan begini Nisa tak lagi berharap terlalu tinggi, naif saja rasanya. Nisa tengah berpikir sambil menuruni tangga untuk meminta tolong kepada mertuanya untuk membereskan rumah. Dia tak tahu hal ini akan disambut baik atau tidak, tetapi ini adalah jalan satu-satunya.

"Mama," panggil Nisa ketika melihat Helena yang sedang memasak, "bisa bantuin aku gak?"

Helena menoleh dan langsung menatap Nisa ingin mencela. Andai saja dia tak sedang memasak, pasti sekarang dia telah menjambak rambut Nisa serta membuat Nisa menyesal telah berkata hal tadi.

"Kamu tidak melihat saya sedang memasak?" tanya Helena dengan nada tinggi.

"Ya tapi, Ma—"

"Apa? Oh saya tahu kamu ingin bersantai ria, 'kan!"

"E-enggak, Ma. Kepala aku terasa sedikit pusing dan mual. Punggung aku juga terasa perih."

Nisa berharap sekali mertuanya ini mampu mengerti keadaannya. "Aku tahu Mama pasti masih punya hati untuk nolongin Nisa," sarkas Nisa dengan sengaja.

"Dasar perempuan lemah!"

"Bodoh!"

"Tidak tahu diri!"

"Anak dari perempuan mur—" Helena terus memaki Nisa, tangannya siap-siap melayang di udara dan sebentar lagi akan mendarat di pipi Nisa, tetapi Nisa segera mencegahnya.

"Apa, Ma! Tampar aku ayo! Aku tahu aku anak dari perempuan murahan. Tetapi, Ibu aku lebih suci di banding tukang korupsi!" bentak Nisa dengan berani.

"Lepaskan tangan kotor kamu dari saya, sialan!" Helena menggeram. Dia memelintir tangan Nisa hingga ke belakang. "Jangan mencari gara-gara dengan saya, jika kamu tidak mau tersiksa!" ancamnya lagi.

Nisa melepaskan tangannya dan dengan tidak sopan dia balik menatap Helena dengan sinis.

"Dasar mertua tidak punya hati!" umpatnya kasar.

A Way to Forget You (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang