Part 3: Mimpi dan Perhatian(✓)

3.4K 253 28
                                    

"Senyummu indah. Saya suka!"

***

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Nathan tengah tertidur dengan lelap, sebelum indra pendengarannya mendegar sebuah suara memanggil namanya dengan lirih. Langsung saja Nathan membuka mata dan mengamati sekelilingnya.

Kosong.

Suara itu terdengar lagi, dengan nada yang membuat bulu kuduknya merinding.

"K-kakak ... tolong, tolongin aku." Suara ini, suara yang amat tak asing terdengar. Dengan perlahan dia bangkit dari tidurnya untuk mencari asal suara.

Di sana dia melihat sosok seorang gadis berbaju putih dengan rambut yang terurai panjang. Wajahnya tak nampak karena membelakangi. Namun, dia dengan jelas mengetahui siapa wanita tersebut.

"Zifa," panggilnya pelan, "kenapa kamu ada di sini? Pulang, Dek!"

Perlahan, gadis itu memutarkan tubuhnya. Di sana tampak wujudnya yang tak sempurna. Permukaan kulitnya dilumuri darah, tangan dan kakinya buntung, tetapi masih bisa melayang.

"Kenapa?!" tanyanya marah. "Kakak takut sama aku? Kakak udah gak peduli sama aku, iya?" Dia melayang mendekati pria itu.

"Pergi, Dek. Tempat kamu bukan di sini!"

"Kak Nathan, tolongin Zifa! Zifa sendirian di sana. Zifa ketakutan." Dia berkata dengan jujur.

Nathan membelalakkan matanya saat sosok itu mencekik lehernya dengan kuat. "Kalau misalnya Kakak gak mau temenin aku. Aku yang bakalan jemput buat pergi dari sini."

Ancaman itu membuat Nathan merinding. Tidak, dia yakin ini pasti mimpi. Adiknya tidak akan mungkin seperti ini. Nathan semakin lemas, tubuhnya tak sebanding dengan kekuatan makhluk di depannya.

"N-nisaaa," lirihnya, "m-maaf, t-tapi k-akak masih punya Nisa."

Sosok itu kelihatan semakin murka. Dia mulai menunjukkan wujud aslinya. Topeng yang digunakannya terlepas. Dia bukan Zifa.

"Hahahahahaha. Jadi ini yang buat kakak gak mau ikut aku?" Dia membelai wajah Nathan dengan lembut. "Terima kasih." Setelah mengucapkan kata itu, sosok tersebut hilang.

Ketika dirasa tak ada yang mengganjal di lehernya, Nathan mencoba membuka mata. Yang dia temukan adalah sosok sang istri yang tengah berada tepat di atas wajahnya. Dia menatap Nathan dengan aneh.

"Mas kenapa?" Nisa kembali duduk di tempat semula. Dia heran dari tadi suaminya ini bergerak tidak karuan. Sudah dibangunkan beberapa kali, masih tak sadar.

"Nissa ...," panggilnya dengan nafas terengah-engah. Nathan merengkuh tubuh kecil istrinya dengan erat.

Nisa yang merasa kaget kemudian mengelus rambut Nathan seperti anak bayi. "Kenapa, sih, Mas? Ada masalah? Ayo cerita!" ujar Nisa dengan bersemangat.

A Way to Forget You (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang