"Sejauh apa pun kamu berlari, aku akan tetap ada di sini."
🔥🔥🔥
Seorang wanita berjalan sendirian di kegelapan malam. Jalannya patah-patah, napasnya terengah-engah. Sesosok hitam di belakang terus mengikutinya dengan mengacungkan sebuah benda. Wanita itu sudah akan menyerah, demi apa pun dirinya sudah tak tahan lagi.
Namun, jika dia menyerah, dia akan mati saat ini juga. Tidak, dia tak boleh mati. Masih ada sesosok malaikat kecil yang menunggunya di rumah. Diseretnya lagi kaki yang sudah hampir mati rasa itu.
Sret!
"Argghhh!"
Sesosok hitam di belakang tadi berhasil menangkap gadis malang itu. Sebuah pisau yang dibawanya berhasil merobek tangan mulus itu, darah kental kemerahan mulai mengucur membasahi kemeja yang sedang dipakainya. Sosok itu menyunggingkan senyum miring, pertanda puas dengan apa yang telah dibuatnya.
Diambilnya sebilah silet dari kantong bajunya, matanya menajam saat mendapat penolakan dari wanita itu. Apa daya, tenaganya lebih kuat, wanita itu kalah olehnya.
Perlahan, jemarinya mulai bergerak memainkan silet itu, menggoreskan sebuah goresan yang indah. Sebuah nama yang sangat disayangi olehnya. Sementara wanita tadi berteriak kesakitan, suaranya menggelegar hingga ke penjuru hutan. Teriakan itu malah menjadi kesenangan dan penyemangatnya untuk melalukan hal yang lebih lagi. Hasrat membunuhnya kembali muncul karena wanita ini. Di hutan gelap ini tak akan ada siapa pun yang bisa mengganggunya.
"Ke-kenapa ... kenapa kamu lakuin ini sama aku?" Sosok itu tak menjawab, dadanya dipenuhi sesak yang amat sangat, sehingga dia malah menggoreskan pisau itu lebih dalam agar wanita ini berhenti bertanya dan berteriak kesakitan.
Dia membencinya, wanita yang telah menghancurkan hidupnya. Andai saja, andai saja kala itu wanita ini tidak datang, dia pasti masih bersama adik kecilnya.
"T-tolong, ja-jangan begini ... argghhh!" Semakin dia ingin menjelaskan, semakin kuat orang itu untuk menghancurkan. "Kita bisa bicarakan ini baik-baik."
Baik-baik katanya, huh! Andai saja dia bisa mengembalikan nyawa yang telah hilang, sosok itu tidak akan membawanya sampai kesini. Nyawa harus dibayar dengan nyawa, itulah hukum alam yang setimpal untuknya.
Nafas wanita itu memburu saat melihat orang itu mulai mengambil lagi pisau yang sempat ditaruhnya. Diacungkannya pisau itu ke atas. Jika dihunuskan, pisau itu akan menembus ke arah jantungnya. Sedetik lagi nyawanya akan melayang dan tiba-tiba saja terdengar sebuah suara.
"Mamaaaaaa ..." Dirinya sontak membuka mata dan mengamati keadaan di sekelilingnya. Di depannya nampak seorang gadis kecil yang tengah memanyunkan bibirnya. Dengan nafas yang masih memburu, wanita tadi memeluk gadis kecil itu.
"Mama kenapa? Cira udah teriak dari tadi, tapi Mama gak bangun-bangun," ujarnya kesal. Sang Mama menggelengkan kepala tanda tak ingin memberi tahu.
"It's okey, girl," ujarnya kalem. Gadis kecil itu melebarkan senyuman indah. Dia yang melihatnya juga ikutan tersenyum.
"Cira sayang Mama," ungkapnya malu-malu. Mendengar itu, Nisa menggendong putri mungilnya ke dalam dekapan hangat nan menyenangkan.
Hidupnya sudah hampir lebih baik. Lantas, mengapa mimpi itu kembali hadir? Apakah ini pertanda bahwa dia akan datang lagi? Hidup gadis itu baru saja tenang, dia belum sembuh seutuhnya.
Orang itu, orang yang sudah mengambil separuh hati dan jiwanya, kemudian dibuang begitu saja seakan tak memiliki rasa. Jika dia benar-benar kembali, Nisa yakin, dia tak akan bisa hidup lebih lama lagi.
🔥🔥🔥
Bagaimana dengan prolog kali ini?
Seru tidak?
Jika iya jangan lupa di tambahkan ke libray ya💗.
See you next part guys🌻.
Salam hangat.
Natasya Abdillah.
Siti Raudhatul Jannah.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Way to Forget You (Completed)
RomansaNathan & Nisa Story _________ Awalnya, pernikahan kami berjalan sebagaimana pasangan lainnya. Nathan-suamiku memperlakukan diriku layaknya seorang ratu. Aku dapat merasakan bahagia yang seutuhnya. Namun, semuanya berubah ketika aku di diagnosa tidak...