Part 33: Tentang Waktu yang Tak Mau Menunggu (✓)

13.1K 293 5
                                    

"Kehilangan ini membuatku mati rasa."

-Nisa-

***

"Kapan kamu sadarnya, Mas?" lirih seorang perempuan seraya menggenggam tangan pria yang masih tertidur setelah sekian lama.

Dia menghela napas panjang. Sampai kapan suaminya akan tidur? Apakah dia tak mau bangun dan menatap matanya lagi?

"Aku kangen kamu, Mas. Kangen banget. Kamu gak kangen, ya, sama aku? Masih betah banget di sana?" Dia bertanya, tetapi sama sekali tak mendapat jawaban.

"Tahu gak, selama kamu koma, Chyra belum pernah ke sini. Dia takut buat jenguk kamu. Dia merasa bersalah karena memaksa kamu kemarin. Padahal kita sudah bilang kalau itu bukan salah dia. Chyra sama seperti aku. Sangat suka menyalahkan diri sendiri." Nisa menghapus air mata yang meleleh di pipinya.

"Oh iya, apa kamu gak kangen juga sama Radit? Usianya sudah setahun sekarang, Mas. Dia tumbuh menjadi anak yang tampan, sama seperti kamu. Saat melihatnya, aku benar-benar melihat kamu di dalamnya . Kenapa kamu gak pernah sadar lagi, Mas?" Lama-kelamaan Nisa lelah untuk bercerita.

Padahal seminggu setelah perawatan, Mahes sempat membuka matanya selama beberapa detik. Namun, setelah itu dia kembali terpejam selama hampir satu tahun ini.

Nisa selalu setia menunggunya. Menceritakan perkembangan buah hati mereka. Menceritakan tentang seberapa sayangnya dia pada Mahes. Dia menceritakan banyak hal, mulai dari perkembangan buah hati mereka, rasa sayangnya yang begitu besar pada Mahes, dan apa pun yang ingin dia ceritakan pada sang suami.  Persis seperti yang wanita itu lakukan saat ini.

Tangisnya kemudian beralih menjadi menjadi isakan. Jika sudah lelah bercerita, Nisa akan kembali menjadi lemah

Tanpa disangka-sangka, perlahan jari jemari Mahes mulai bergerak. Nisa yang melihat hal itu merasakan detak jantungnya memompa lebih cepat. Dengan segera dia memanggil dokter untuk memeriksa keadaan Mahes. Dadanya terasa sangat sesak saat melihat Mahes seperti ini. Dia takut diberi harapan lagi. Dia takut jika Mahes akan pergi meninggalkannya secara tiba-tiba.

"Tolong segeralah sadar!" batin Nisa.

Setelah beberapa beberapa menit diperiksa, Mahes mengerjapkan kedua matanya dengan perlahan. Ruangan putih ini terasa asing di matanya.

"N-nisa ...," lirihnya.

Nisa bergegas menghampiri Mahes. Wanita itu memencet tombol interkom agar suster segera datang memeriksa keadaan Mahes.

"Kamu sudah sadar, Mas?" tanya Nisa dengan raut khawatir.

Melihat Mahes mengangguk kecil baginya seperti mimpi. Dia langsung memeluk Mahes dengan erat.

"Jangan pergi lagi, Mas! Aku takut sendiri, aku takut kehilangan kamu."

Mahes tersenyum. Walaupun suara Nisa terdengar samar di telinganya, lelaki tetap merasa bahagia.

Nisa mengelus seluruh permukaan wajah Mahes, kemudian mengecup keningnya. Dia tahu jika Mahes pasti masih lelah setelah setahun terbaring di sini.

"Lekaslah membaik. Aku menunggumu, Mas."

***

Keesokan harinya, Mahes sudah bisa dipindahkan ke ruang rawat inap. Ketika mendengar Mahes telah sadar, Chyra menangis sejadi-jadinya. Dia begitu bahagia, dia berjanji akan menemui Mahes dan meminta maaf kepada ayahnya. Nisa hanya bisa tersenyum melihat Chyra seperti itu.

Menurut dokter, keadaan Mahes sangat cepat membaik. Dokter itu sempat heran dengan perkembangan Mahes karena di hari sebelumnya, keadaan Mahes sudah sangat memburuk. Mungkin ini adalah jawaban dari doa Nisa selama ini. Dia yakin jika Mahes pasti tidak akan meninggalkannya sendirian lagi.

A Way to Forget You (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang