"Dan juara pertama lomba calistung tingkat Sekolah Dasar tingkat kabupaten di menangkan oleh Chyra Anzaela Permana!" ucap pembawa acara itu.
Dengan bangganya Chrya maju menuju meja podium dengan sendirinya, ditemani oleh suara tepuk tangan. Dia mengambil piala yang di berikan pembawa acara, kemudian Chyra menoleh ke arah Mahes dan Nisa sembari tersenyum.
"Assalamualaikum teman-teman, ibu dan bapak guru, dewan juri, serta para tamu undangan yang telah menyaksikan pengumuman ini." Chyra mulai berbicara.
"Terima kasih untuk Tuhan, Mama dan Ayah Chyra," ucap Chyra sembari menunjuk ke arah Mahes dan Nisa.
"Seharusnya piala ini juga Chyra persembahkan untuk kakek Chyra, tetapi beliau sudah tidak di sini. Tapi Chyra percaya, saat ini kakek tengah tersenyum bangga dari atas sana." Chyra berbicara menahan tangis.
"Tapi Chyra enggak mau sedih! Piala ini Chyra berikan untuk mama dan ayah di sana."
Riuh tepuk tangan mulai terdengar memenuhi ruangan gedung itu, semua orang lantas berdiri. Nisa dan Mahes menangis terharu saat Chyra menghampiri mereka.
"Hebat anak ayah!"
Mahes memeluk tubuh mungil Chyra, begitu pun Nisa dia menangis haru melihatnya. Tidak menyangka bahwa anak yang dia lahirkan menjadi gadis yang pintar.
"Selamat ya, Nak! Mama sangat bangga," ucap Nisa.
***
"Pukul terus kodoknya, Yah!"
Saat ini mereka tengah berada di arena bermain yang tepatnya terletak di salah satu pusat perbelanjaan ternama.
"Yah tiketnya cuma dapat empat," ucap Cara bersedih, "enggak bisa di tukar sama bando itu. "
"Chyra jangan sedih, kita main basket aja yuk!" ajak Mahes.
Mahes menarik pelan pergelangan tangan anak serta istrinya itu, saat tiba dimana letak mesin basket itu ternyata banyak orang yang mengantri.
"Yah antri, Ma." Chyra merengek kepada Nisa sembari menarik pelan bawah baju Nisa.
"Ayo kita main capit boneka aja ya?"
"Ayok!"
Mereka berjalan menuju mesin capit boneka itu, Mahes mulai menggesekkan kartunya agar bisa memulai permainan. Tangannya menggerakan tombol itu agar mesinnya tepat jatuh pada boneka yang menjadi target.
Satu, dua, tiga kali tidak berhasil. Akan tetapi, Mahes tidak mau menyerah demi Cyra sang buah hatinya. Dan, capitan ke empat Mahes berhasil memenangkan boneka besar itu.
"Yeay! Ayah hebat."
"Cium dulu dong Ayahnya," kata Mahes.
Cup!
Kecupan dari bibir Nisa dan Cyra mendarat di pipi kanan dan kiri milik Mahes. Jantungnya berdegup sangat kencang, ketika bibir kenyal milik Nisa mendarat di pipinya.
"Lihat, ayahmu merona sekali pipinya."
"Ayah pake lipstik?" tanya Cyra dengan polosnya.
"Sudah-sudah ayo pulang!" ajak Mahes sembari menahan malu.
***
Mereka telah tiba di rumah sedari tadi, saat ini Chyra tengah bersantai ria menonton televisi di temani oleh Nisa. Tiba-tiba Mahes datang memeluk Nisa.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Way to Forget You (Completed)
RomanceNathan & Nisa Story _________ Awalnya, pernikahan kami berjalan sebagaimana pasangan lainnya. Nathan-suamiku memperlakukan diriku layaknya seorang ratu. Aku dapat merasakan bahagia yang seutuhnya. Namun, semuanya berubah ketika aku di diagnosa tidak...