Part 28: Cyra Sayang Ayah (✓)

6K 225 4
                                    


Setengah tahun sudah berlalu, keadaan Nisa saat ini berangsur pulih dan membaik. Wanita itu idak lagi berteriak-teriak, menjerit dan melukai dirinya sendiri. Itu juga berkat Mahes yang memaksakan ayah dari Nisa untuk merawat Nisa di rumahnya saja. Tentunya dengan perundingan yang lumayan lama, Ervan menyetujui hal itu.

Krek!

Pintu kamar Nisa terbuka lebar, terlihat anak kecil di temani oleh seorang laki-laki yang tak asing di mata Nisa. Mungkin dia pernah melihatnya, tetapi ingatannya semakin hari semakin berkurang.

"Mama," sapa anak itu meski tidak ada jawaban.

"Perkenalkan dia Om Mahes," ucap Crya. "Dia yang menemani Chrya selama Mama di sini. Dia baik. Chrya memanggilnya dengan sebutan Ayah, karena Chrya ingin punya Ayah."

Tidak ada respons dari Nisa, dia hanya diam tidak memberikan senyuman dan jawaban. Mahes mengerti, tetapi dia lebih terkejut ketika mendengar apa yang Crya katakan.

"Cepat sembuh, Mama cantik. Chyra sayang Mama."

***

Malam datang lagi, Nisa tengah terlelap di alam mimpi. Tetapi mengapa laki-laki itu datang kembali? Apakah dia akan melukai hatinya lagi?

Rasa sesak di dadanya kembali menyusup ke dalam tubuh, membuatnya sesak tak karuan. Nisa menggeledah lemari di samping tempat tidur guna mencari obat itu, tapi entah ke mana. Dadanya semakin bergemuruh dan sulit bernafas.

Karena semakin sesak dan tak kuat menahannya, Nisa mengambil sebilah pisau. Niatnya dia akan menggoreskan pisau itu pada lengannya. Akan tetapi, belum saja beberapa detik, lengannya seperti melayang ditarik oleh seseorang. Untunglah rencana Nisa untuk melukai dirinya sendiri dapat di cegah oleh Mahes yang kebetulan tengah melintas melewati ruangan itu.

"Astagfirullah, Nisa!"

Segera Mahes menarik pisau itu dan menjauhkannya dari Nisa. Pisau itu tetap tergores ke lengan Nisa. Tidak dalam memang, tetapi cukup mengeluarkan darah yang membuat Mahes kaget. Dengan sigap Mahes mengobati lengan yang terluka akibat goresan.

"M-mas Nathan," lirih Nisa.

Pertama kalinya Mahes mendengar suara yang terlontar dari mulut mungil Nisa. Suara yang sarat akan ketakutan. Siapa Nathan? Seberapa pentingnya laki-laki yang bernama Nathan itu hingga dalam keadaan seperti ini Nisa masih memanggil namanya.

"Kamu kalau butuh apa-apa pencet bell yang ada di samping sini, Nisa."

"Jangan melukai dirimu sendiri, saya mohon," pinta Mahes. "Apa kamu juga tidak kasihan dengan Cyra. Dia masih sangat kecil dan membutuhkan perhatian dari kamu."

Seusai memerban luka yang ternyata mengeluarkan banyak darah itu, Mahes menarik sofa itu untuk mengajak Nisa berbicara.

"M-mas Nathan, aku rindu."

Mahes mulai mengerti siapa Nathan. Pastilah dia adalah salah seorang yang paling penting di dalam hidup gadis ini. Mahes tebak, seseorang bernama Nathan tadi adalah suami yang telah menyakiti Nisa hingga membuatnya menjadi seperti ini.

"Kamu tidak merindukannya, Nisa. Kamu hanya rindu di cintai, kamu hanya rindu di dambakan, kamu hanya rindu menjadi favorit seseorang dan di sayangi, kamu hanya rindu cinta," ucap Mahes.

"Saya ambilkan obat, kamu minum. Habis itu kamu tidur, sudah ya tidak usah di pikirkan."

Mahes memberikan beberapa kapsul obat dan satu gelas air putih, Nisa meminumnya hingga tandas dan tertidur pulas.

"Teruslah maju, ada sesuatu yang berharga untuk hidupmu, sesuatu yang lebih baik dari masa lalumu. Selamat malam," bisik Mahes.

****

A Way to Forget You (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang