Part 30: Dia kembali? (✓)

6.7K 248 1
                                    


"Assalamualaikum warahmatullah."

Mahes menolehkan kepalanya ke kanan dan ke kiri sebagai salam terakhir dari sholatnya. Namun, ketika menoleh sebentar, dia melihat bayangan seorang wanita. Ah, mungkin hanya firasatnya saja. Lelaki itu kembali memanjatkan doa kepada sang pencipta untuk keberkahan rumah tangganya. Dia juga selalu berdoa agar Nisa diberikan kesembuhan lahir dan juga batin.

"Amiin."

Selesai berdoa Mahes berbalik. Betapa terkejutnya ketika yang dia temui adalah Nisa. Terlihat sebuah mukena terpasang rapi di wajahnya serta sebuah senyuman menyejukkan hati. Mahes merasakan getaran yang amat kuat dari dalam dadanya.

"Nisa?" panggilnya setengah tidak percaya.

Nisa mengambil tangan suaminya kemudian menciumnya dengan lembut. Sontak hal tersebut membuat Mahes membeku sejenak.

"Iya, Mas. Ini aku, Nisa."

Sejenak Mahes berpikir. Apakah ini adalah jawaban dari setiap doanya? Artinya, semua usahanya selama ini tidak sia-sia. Tanpa aba-aba pria itu memeluk Nisa dengan erat.

"Maaf selama ini aku selalu bertindak acuh tak acuh sama kamu, Mas. Aku bukanlah istri yang baik untukmu."

Mahes menggeleng. Dia menangkup wajah Nisa.

"Aku ...." Seketika Mahes lupa akan berkata apa. Dia terlalu bahagia saat ini. Wajah berseri serta senyuman secerah mentari ini sudah cukup untuk mengungkapkan semuanya.

"Kenapa kamu masih mau menerima aku, Mas? Aku telah banyak menyusahkanmu selama ini. Aku hanyalah beban di sini."

Mahes menutup mulut Nisa menggunakan sebelah tangannya.

"Kamu bukanlah beban untukmu. Kamu adalah salah salah satu anugerah yang Allah beri. Aku mengerti kamu sedang melalui proses untuk sembuh, kamu tahu? Matahari bisa menumbuhkan tamanan layu tapi tidak dengan tanaman mati. Tidak apa, jika kamu masih belum bisa melupakan masa lalu kamu--" ucapan Mahes tertahan karena Nisa meletakkan jari di tengah bibirnya.

"Mas aku mengerti. Tapi aku percaya, masing-masing dari setiap orang memiliki satu orang yang di sebut rumah dan suatu hari nanti pasti akan bertemu. Mungkin rumah itu kamu. Sudah, Mas, biarkan yang kemarin menjadi pengalaman sekaligus pelajaran untuk aku. Kita mulai dari awal, ya?"

Mahes mengangguk mantap. Usahanya tak sia-sia meyakinkan Nisa. Dia memeluk Nisa yang kembali menangis hebat dalam dekapan Mahes.

"Terima kasih, Sayang," ucap Mahes sambil menahan tangis.

"Sama-sama, Mas. Ayo kita tidur, besok kamu ke bandara, kan?"

"Iya sayang, ayo!"

***

Pagi ini, aroma masakan tercium jelas di indera penciuman Mahes. Laki-laki itu rela terbangun dari tidurnya demi mencicipi masakan sang istri.

"Pagi, Sayang," sapa Mahes. "Pagi juga Chrya anak Ayah."

"Pagi, Mas." Nisa tersenyum malu kala ciuman hangat mendarat di pipinya dan juga Chyra.

Nisa menyiapkan peralatan untuk Mahes makan. Meskipun sudah bertahun-tahun tidak menyentuh dapur, tetapi instingnya sebagai seorang istri tak akan pernah pudar.

"Ma, besok Chyra ulang tahun!"

"Hm, beneran?" Astaga, ulang tahun Cyra saja dia melupakannya.

Terlihat guratan sedih di wajah Chyra, tetapi langsung ditutupi dengan tawa bahagia. "Chyra besok udah 6 tahun, Ma."

A Way to Forget You (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang