Relate - (Solgem)

2.9K 172 21
                                    

Hari ini Gempa sangat senang. Ia sudah memasak makan siang spesial untuk Solar, suami tercintanya. Hari ini Solar pulang cepat jadi ia bisa menghabiskan waktu lebih banyak dengan Solar.

Selain itu ada kabar gembira yang harus ia beritahukan pada Solar. Ia sudah memeriksakan diri ke dokter dan rupanya ia positif hamil. Ia tidak sabar ingin menunjukkan surat pemeriksaan dokter pada Solar.

Jam dua siang Solar pulang ke rumah namun entah kenapa wajahnya tampak begitu lelah padahal Solar jarang menunjukkan kelelahannya sehabis bekerja. Namun meskipun begitu ia tetap berlaku mesra pada istrinya.

Ia tetap memeluk dan mencium Gempa setelah masuk seperti biasa namun ekspresinya tetap mengkhawatirkan. Gempa yang tadinya sangat bersemangat untuk memberitahunya menjadi khawatir.

"Sayang, kamu kenapa? Kok mukanya kusut begitu?" Tanya Gempa sambil membukakan kancing kemeja Solar.

"Aku ngantuk banget, sayang. Aku juga nggak tahu kenapa. Kamu tahu kan biasanya aku nggak pernah ngantuk kalo siang-siang." Solar mengecup kening Gempa. "Maaf ya, sayang. Aku tahu kamu udah masak buat aku. Tapi boleh nggak aku nanti dulu makannya? Aku mau tidur bentar aja."

Solar yang tidak pernah melewatkan mandi sepulang bekerja bahkan memilih tidur. Gempa sadar bahwa ia pasti benar-benar mengantuk. Dibelainya pipi Solar dengan penuh kasih sayang.

"Nggak apa-apa, sayang. Ya udah. Kamu tidur aja. Nanti baru kita makan bareng. Oke?"

"Oke, sayangku." Solar mencium Gempa sekilas. "Em, tapi boleh nggak kamu temenin aku? Entah kenapa aku mau tidur di pangkuan kamu."

"Boleh banget! Aku seneng kok setelah sekitar seperempat abad kamu idup kamu mau tidur siang. Di pangkuan aku juga." Gempa tersenyum.

"Makasih ya, sayang. Kalo kamu pegel kamu bisa singkirin aku ke bantal."

"Nggak akan. Aku selalu menikmati apapun yang kamu lakuin." Gempa memutuskan mengurungkan niatnya untuk memberitahu Solar.

Ia akan memberitahu Solar setelah Solar bangun saja. Bukannya bermaksud memendam atau menyembunyikannya tapi melihat Solar yang tampak begitu kelelahan membuatnya tidak tega. Lagipula jika ia memberitahu Solar sekarang pasti Solar tidak akan jadi tidur siang karena terlalu gembira.

Meskipun Solar memiliki pribadi yang tenang tapi jika menyangkut tentangnya ia bisa menjadi impulsif. Selama ini Solar sudah banyak berkorban. Ia tahu Solar paling mementingkannya lebih dari apapun termasuk dirinya sendiri tapi untuk kali ini saja Gempa ingin Solar mementingkan dirinya sendiri dulu.

🍈

Setelah Solar berbaring di pangkuan Gempa ia memegang pinggang Gempa sambil memejamkan mata.

"Kamu ... Wangi banget."

"Ah, kamu ini. Mau tidur masih sempet aja ngerayu aku." Gempa memainkan rambut Solar seraya terkekeh geli.

Tiba-tiba Solar menelungkup dengan mata yang masih tertutup lalu mengecup perut Gempa beberapa kali. Gempa terkejut namun ia masih mengontrol keterkejutannya. Rasanya Solar seperti sedang menyapa janin yang dikandungnya.

"Kamu kenapa tiba-tiba nyiumin perut aku? Hahahaha." Gempa kegelian karena kecupan Solar namun tangannya masih setia mengusap kepala Solar.

"Aku tahu aku ini bucin, lengket, dan napsuan tapi kali ini aku ngelakuin ini bukan karena tiga perkara itu. Hati kecilku yang nyuruh aku buat ngelakuin ini." Solar menyibak kaus lengan panjang yang dikenakan Gempa. "Sebentar lagi aja. Aku masih mau nyiumin tempat calon dari anak-anak aku ini."

Lagi-lagi Solar mengejutkan Gempa namun Gempa tetap berusaha tenang. Apa Solar sudah tahu tentang kehamilannya?

"Ah, aku nggak sabar pengen punya anak." Celetuk Solar yang membuat Gempa lega karena masih belum mengetahuinya. "Btw, Gempa." Panggil Solar yang masih asyik mengecupi perut Gempa yang terekspos sambil sesekali mengusapnya.

"Iya?"

"Bagian dalem kamu lebih anget dari biasanya."

"Mungkin karena aku pake baju lengan panjang."

"Kamu kan emang suka pake baju lengan panjang. Em, kamu ... Ada ngerasa nggak enak badan nggak hari ini?"

"Nggak."

Gempa tersenyum geli. Ia tahu Solar sedang menganalisisnya jadi tidak mungkin ia menjawab dengan jujur.

Lagi-lagi ia dibuat kagum oleh pemikiran suaminya. Bahkan saat mengantuk saja otak Solar masih berjalan dengan lancar.

Ia harus berhati-hati agar tidak membuat rencana tidur siang Solar batal karena ketahuan.

Namun ia senang karena meskipun belum memberitahu Solar tapi Solar sudah hampir menyadari sepenuhnya.

Itu menunjukkan bahwa ikatan batin mereka kuat. Baik Solar dengan dirinya maupun Solar dengan buah hati mereka.

Selain itu dalam kondisi apapun cinta Solar padanya tidak pernah berkurang. Begitu juga cintanya sendiri.

Setelah Solar puas mengecup perutnya ia mengubah posisinya menjadi menyamping seperti semula.

Tangan kirinya menopang kepalanya sedangkan tangan kanannya memegang tangan Gempa.

"Selamat tidur, sayang." Gempa mengusap lengan Solar.

"Selamat tidur. Bangunin aku jam empat." Balas Solar dengan suara parau karena sudah tidak bisa menahan kantuk dan akhirnya tertidur dengan kabar gembira yang menantinya begitu ia bangun.

END

CosmosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang