Lips Curiosity - (Halice)

4.4K 220 65
                                    

Halilintar sedang menonton on the spot sambil makan pilus di sofa namun tak lama kemudian Ice duduk di sebelahnya dan ikut menonton. Setelah Ice duduk ia menyodorkan pilusnya dan Ice mengambilnya.

Setelah hampir 20 menit mereka menonton sambil makan tiba-tiba Ice memanggil. "Hali."

"Ya?"

"Kamu kan udah pernah pacaran sama Fang." Wajah Ice memerah.

"Ya, terus?" Halilintar mengangkat sebelah alisnya.

"Gimana rasanya ... Ciuman?"

Halilintar terkesiap dengan pertanyaan Ice namun juga tertegun karena menyadari keluguan Ice.

"Rasanya udah basi karena aku ngelakuin sama orang yang endingnya juga jadi mantan." Halilintar tersenyum hambar.

"Dia lugu banget." Batin Halilintar.

"Ah, maaf. Aku cuman penasaran." Ice menunduk.

"Nggak apa-apa sih. Toh udah lama juga."

"Apa harus pacaran dulu baru bisa ciuman?"

"Nggak juga sih. Kayak aktor atau aktris. Kan itu dipakai buat latihan akting juga."

"Gitu ya." Ice mengangguk-angguk. "Kalo gitu apa aku boleh cium kamu?"

"Ka ... Kamu bercanda kan, Ice?" Halilintar terkejut kemudian menaruh pilusnya di meja.

"Em ... Apa aku aneh kalo aku minta hal semacam ini ke kamu?"

"Gimana ya ... Karena kamu tiba-tiba minta itu aku jadi yah ... Agak ...." Halilintar menggaruk kepalanya yang tak gatal dengan wajah memerah.

Wajah Ice menjadi sedih. Ia pun menunduk.

"Hali ... Apa kamu nggak suka ciuman sama aku?"

"Bukan gitu sih. Tapi ...." Halilintar memalingkan pandangannya.

"Kalo kamu nggak mau aku bakal minta ke yang lain aja deh."

"Siapa?" Perasaan Halilintar mulai tidak enak.

"Siapa aja di rumah ini. Aku coba dari Blaze dulu aja yang sekamar sama aku." Ice pun beranjak.

"Kalo orang semesum Blaze diminta sama Ice buat ngelakuin itu ...." Halilintar sudah membayangkan banyak hal buruk jika Ice meminta hal semacam itu pada Blaze.

Pasti nafsu Blaze akan tersulut berhubung kemesumannya tidak bisa dikondisikan lalu ia akan menerkam Ice hingga membuat keduanya berakhir dengan bermandikan keringat dan cairan putih.

"Kamu nggak bisa mintain itu ke dia!" Halilintar menarik bahu Ice hingga menghadapnya. "Aku yang bakal ngelakuin itu sama kamu."

Ice yang tertegun menatap Halilintar dalam diam. Tak lama kemudian ia mengangguk mengerti.

🍈

Akhirnya Halilintar membawa Ice ke kamar Blice. Kebetulan Taufan, Blaze, dan Thorn sedang bermain di taman jadi tidak ada orang lagi selain mereka di kamar itu.

"Baiklah, aku akan mulai." Ice memegang bahu Halilintar.

"Hm."

Cup

Ice menutup matanya saat mencium Halilintar sedangkan Halilintar menerimanya dengan tenang sambil membuka matanya. Setelah mencium Halilintar Ice memegang bibirnya dengan wajah memerah.

"Satu lagi." Ice mencium Halilintar lagi yang diterima Halilintar dengan senang hati.

Cup

Namun kali ini bibir Ice menempel lebih lama. Selagi bibir mereka masih menempel Ice mulai hanyut dalam pikirannya.

"Rasanya kayak jeli. Lembab dan lembut." Batin Ice.

"Mph?" Ice terbelalak begitu Halilintar memegang pipinya lalu membalas ciumannya.

Bibir Ice yang sedari tadi hanya menempel kini sudah dilumat oleh Halilintar. Ia melenguh begitu lidah Halilintar memasuki mulutnya dan bermain dengan lidahnya. Ia juga menaruh kagum pada Halilintar yang mahir berciuman. Setelah berciuman Halilintar mengusap bibir Ice kemudian mencium Ice lagi sekilas.

"Karena kamu begitu imut ... Aku jadi nggak tahan buat ngebales." Halilintar tersenyum.

Ice menunduk dengan wajah memerah kemudian memainkan jari telunjuknya.

"Jadi gimana rasanya?"

"Kayak jeli."

"Jeli?" Halilintar mengernyitkan dahinya.

"Lembab-lembab gitu. Tapi lembut." Ice tersenyum manis. "Enak."

"Kayaknya abis ini aku harus cek gula ke dokter." Batin Halilintar yang terlihat tenang di luar tapi sekarat di dalam hanya karena senyum Ice.

"Jangan minta-minta cium ke Blaze ya. Inget." Halilintar menatap Ice lekat-lekat.

"Kenapa?" Ice menatap Halilintar bingung.

"Pokoknya nggak boleh!"

Ice mengangguk meskipun sebenarnya ia masih penasaran dengan alasan Halilintar melarangnya. Ia merasa Halilintar sulit dimengerti.

"Em, btw ... Kamu kan udah pro. Kenapa nggak dari awal aja kamu yang nyium?"

"Pro atau nggaknya mah nggak penting. Yang penting sama-sama pake hati." Halilintar memegang pipi Ice.

Ice tersenyum seraya memegang tangan Halilintar yang berada di pipinya namun tak lama kemudian pintu kamar terbuka menampakkan Blaze yang langsung menjatuhkan pai apel di tangannya.

"Gledek kardus!! Berani-beraninya ngerdus sama gebetan orang! Ayo gelod!" Teriak Blaze dengan berangnya.

END

CosmosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang