Imperfect - (Halice)

3.1K 149 18
                                    

"Halilintar mamen!" Fang merangkul Halilintar seraya menjitak kepalanya.

"Sakit, bulu babi." Halilintar memiringkan kepalanya untuk melepaskan diri dari rangkulan Fang lalu mengunci leher Fang.

Setelah pertubiran unfaedah itu mereka duduk lalu makan bersama. 

"Enak ya." Ujar Fang sambil menatap Halilintar.

"Makanannya?" Tanya Halilintar seraya membuka kaleng pepsinya.

"Bukan, lintah. Setelah aku pikir-pikir kamu ini hoki banget."

"Hoki apanya?"

"Tinggal serumah sama sodara-sodara yang mayoritasnya uke populer di sekolah. Meski masih ada Blaze sama Thorn sebenernya kamu ini seme paling shipable tahu."

"Shipable?" Halilintar mengernyitkan dahinya.

"Paling gampang dishipin." Jawab Gopal yang tiba-tiba saja muncul kemudian duduk di samping mereka. "Jadi Halisol lah, Haligem lah, Halitau lah ...."

"Kalo sama Ice? Halice?" Tanya Fang.

"Aku nggak ngeliat ada bau-bau spesial dari dia sama Ice jadi kayaknya feelnya nggak terlalu dapet. Lagian kalo ngomongin uke populer Ice emangnya termasuk?" Tanya Gopal.

"Yah, dia emang agak gemuk sih. Tapi kayaknya dia tipe-tipe uke yang manis." Komentar Fang.

"Iya sih. Toh nggak gendut-gendut banget. Dulu dia kan emang pernah diet tapi abis itu melar lagi. Tapi nggak separah dulu sih. Lumayan imut sebenernya." Gopal mengusap dagunya.

"Coba ngomong jelek sekali lagi." Halilintar menatap mereka tajam seraya meremukkan kaleng pepsinya yang sudah kosong. "Kalo mau mati."

Mungkin bagi orang lain perkataan mereka tidak terlalu terdengar seperti ejekan tapi tetap saja mereka sudah mengatakan hal buruk tentang Ice yang berstatus saudara teman mereka yang berada di samping mereka sendiri.

"Ma ... Maaf, Hali." Gopal dan Fang langsung menunduk takut karena reaksi Halilintar.

🍈

"Hali." Panggil Ice.

"Hm?" Halilintar yang sedang membaca komik di sofa menoleh.

"Boleh aku duduk di samping kamu?"

"Ya duduk aja. Emangnya ada yang ngelarang?" Halilintar mengernyitkan dahinya.

"Em, oke." Ice pun duduk di sebelah Halilintar.

Dua puluh menit berlalu dengan tenang. Di tengah aktivitas masing-masing tiba-tiba Halilintar bertanya. "Kamu pingin tiduran?"

"Nggak, emangnya kenapa?"

"Kalo gitu aku yang tiduran." Halilintar berbaring di pangkuan Ice lalu kembali membaca komiknya.

Ice sedikit tertegun. Ia menatap Halilintar sejenak lalu kembali meminum es coklatnya. Setelah hampir 15 menit tiba-tiba komik Halilintar terjatuh ke wajahnya diikuti tangannya sendiri ke sofa.

Ice melihat Halilintar beberapa saat. Karena Halilintar hanya diam saja ia menjadi curiga dan mengambil komik Halilintar dari wajahnya. Seperti dugaannya. Halilintar tertidur.

Ia pun menaruh komik Halilintar di meja lalu membiarkan Halilintar tertidur di pangkuannya. Namun setelah hampir 1 jam Halilintar tertidur ia merasakan air hangat menetes di pipinya.

Saat ia membuka matanya ia kaget begitu mendapati Ice sedang menangis. Sontak ia buru-buru bangkit lalu mengusap air mata Ice.

"Ah, maaf ... Aku ... Hiks ... Bangunin kamu ...."

"Itu nggak penting." Halilintar menggeleng. "Kenapa nangis?"

"Soal yang pas istirahat."

"Kamu denger omongan bulu babi sama batok kelapa itu?"

"Iya ... Hiks ... Dan kamu juga nggak perlu belain aku, Hali ... Hiks ... Itu emang bener ... Kamu nggak perlu ngerusak pertemanan kamu cuma karena aku ...."

"Mana mungkin aku biarin temen aku ngejelekin saudara aku sendiri?! Ditambah lagi kamu juga nangis gara-gara itu."

"Aku bukan nangis gara-gara mereka ngejek aku ... Hiks ... Tapi karena aku sadar ... Hiks ... Posisi aku ...."

"Maksud kamu?" Halilintar mengernyitkan dahinya.

"Aku nggak secantik Solar ... Hiks ... Aku juga nggak semanis Gempa ... Aku juga nggak seimut Taufan ... Hiks ... Aku juga nggak jenius kayak Solar ... Aku juga nggak terampil kayak gempa ... Aku juga nggak energik kayak Taufan ... Hiks ... Dengan semua kekurangan yang numpuk ini apa yang bisa aku tunjukin ke kamu? Nggak ada ... Hiks ... Aku cuma pecundang yang berharap bisa dilirik kamu barang sekali aja ... Hiks ... Tapi nyatanya aku nggak bisa, Hali ... Hiks ... Aku nggak sesempurna yang lain ... Hiks ... Hiks ... Yang lebih cocok dan pantes disandingin sama kamu ...."

Ice yang selama ini selalu tenang untuk pertama kalinya Halilintar melihatnya menangis. Halilintar mendecak lalu memeluk Ice erat-erat.

"Udah berapa lama?" Halilintar mengusap kepala Ice. "Udah berapa lama kamu mikir kayak gini?"

Ice tidak menjawab dan terus menangis hingga membuat hati Halilintar semakin teriris lalu mengeratkan pelukannya.

"Dengerin aku, Ice. Kamu emang berbeda sama Gempa, Solar, ataupun Taufan. Jauh berbeda."

Ice yang merasa Halilintar semakin tidak menyukainya menangis semakin keras. Menyadari reaksinya Halilintar langsung memegang pipi Ice.

"Dan aku menyukai semua perbedaan kamu dengan mereka. Aku suka badan berisi kamu. Aku suka kamu yang doyan makan. Aku suka kamu yang tidurnya pelor. Aku suka muka cemberut kamu waktu timbangan kamu naik. Semuanya." Halilintar membelai pipi Ice. "Jadi jangan ngebanding-bandingin diri kamu sama yang lain apalagi nganggep kamu nggak pantes buat aku. Karena aku suka Ice yang seperti ini. Bukan yang lain.

"Kamu ... Serius?" Ice masih tidak percaya dengan apa yang didengarnya.

"Iya, Ice." Halilintar tersenyum. "Aku suka kamu."

Ice menunduk. Tak lama kemudian ia kembali menatap Halilintar nanar.

"Apa kamu nggak malu, Hali?"

"Kenapa aku harus malu?" Halilintar mengernyitkan dahinya.

"Kamu kan populer. Gimana kalo kamu dijudge orang kalo milih sama aku? Popularitas kamu juga bisa terancam."

"Aku nggak peduli sama tanggepan orang. Apalagi popularitas. Tapi kalo mereka sampe macem-macem sama kamu kuhabisin nanti. Liat aja."

"Ya ampun, Hali." Ice menatap Halilintar khawatir.

Halilintar menyatukan dahi mereka.

"Aku suka kamu apa adanya, Ice. Jadi jangan pernah biarin hidup kamu bergantung sama standar orang lain. Ngerti?"

"Makasih ya, Hali." Ice tersenyum kemudian memeluk Halilintar.

Halilintar tersenyum seraya membalas pelukan Ice. Setelah cukup lama berpelukan tiba-tiba Ice meremat baju Halilintar dengan tatapan sendu.

"Hali."

"Ah, iya?"

"Jangan pernah tinggalin aku ya? Aku sayang banget sama kamu."

Halilintar menghembuskan napas seraya mengeratkan pelukannya dengan mata tertutup dan senyum tulusnya.

"Aku nggak akan ninggalin kamu kok."

"Jelas aja. Kamu orang yang paling aku sayang. Dasar." Halilintar mencubit-cubit pipi Ice gemas kemudian keduanya cekikikan setelahnya.

END

CosmosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang