"Kak, minta tanda tangannya dong." Ice menyodorkan buku dan pulpennya pada Taufan, sekretaris OSIS.
"Kalo mau tanda tangan kakak kamu harus bertingkah imut dulu."
Ice pun menaruh buku dan pulpennya di saku kemudian menangkup pipinya sambil menunjukkan puppy eyesnya.
"Kaak, mau tanda tangaaaan~"
"Aduh, my kokoro terserang keuwuan yang haqiqi." Taufan meremat dadanya sambil berusaha tetap kuat.
"Nice." Taufan pun memberikan tanda tangannya sambil tersenyum manis meskipun hatinya sudah kacau balau karena keimutan Ice.
"Makasih, kak."
"Apa kamu cuma pengen tanda tangan aku doang? Nggak pengen aku buat ... Jadi topping kamu misalnya?" Taufan tersenyum simpul.
"Topping? Maksudnya?" Ice menatap Taufan bingung.
"Es krim! Maksudnya es krim!" Gempa, ketua OSIS buru-buru menutup mulut Taufan sebelum Taufan sempat menjawab lalu menatap Taufan dengan tatapan membunuh dan senyum evilnya. "Kasih tanda tangan kamu dan jaga mulut kamu kalo nggak mau mati. Oke?"
Taufan hanya bisa mengangguk pasrah. Ia pun memberikan tanda tangannya. Ice senang karena ia juga mendapat bonus tanda tangan dari Gempa. Setelah itu ia mendatangi Gopal, bendahara OSIS.
"Kak, mau minta tanda tangan." Ice menyodorkan buku dan pulpennya.
"Oh. Nggak semudah itu, juniorku. Kamu harus godain sekbid 1 dulu baru aku kasih. Aku nggak mau kalo cuma kata-kata ya. Kamu harus pake skinship juga."
Ice tidak punya pilihan selain menurut. Ia pun mendatangi Halilintar, sekbid 5 yang sudah ia mintai tanda tangan.
"Kak, sekbid satunya namanya siapa sih?"
"Blaze."
"Orangnya kayak gimana, kak?"
"Yang pake topi merah oren melenceng ke atas dikit."
"Orangnya dimana, kak?"
"Kantin."
"Makasih, kak."
Ice pun pergi ke kantin. Perkataan Halilintar benar. Tampak Blaze sedang makan risol ayam di salah satu bangku. Ia pun menghampiri Blaze.
"Kak, aku disuruh kak Gopal ngelakuin sesuatu ke kakak tapi boleh nggak kakak janji jangan marah?"
"Wow, calon adek kelas yang mau ngelakuin sesuatu ke kakak kelasnya. Berani juga." Blaze tersenyum miring. "Sini kakak liat apa yang mau kamu lakuin."
"Kakak janji dulu nggak bakal marah." Ice menaruh buku dan pulpennya di meja.
"Hahahahahaha. Ya ampun. Takutan amet sih. Iya iya, kakak janji. Buru." Blaze menyilangkan kakinya seraya menyunggingkan gummy smilenya.
Sruk
Dengan sedikit ragu Ice menaiki bangku yang Blaze duduki dengan posisi berlutut di atas Blaze. Kaki Blaze yang bersilang kini berada di antara kakinya.
Blaze hanya diam memperhatikan Ice. Dari perlakuan Ice terhadapnya ia sudah mengetahui seperti apa arahan Gopal pada Ice.
Namun ia tidak menyalahkan Gopal maupun Ice. Selain hiperaktif ia juga easy going. Dibiarkannya Ice meneruskan perbuatannya.
Dari awal netra oranye itu terus mengikuti pergerakan Ice. Kini ia juga harus mendongak untuk menatap Ice karena posisi Ice lebih tinggi darinya.
Ice memegang bahu Blaze. Meskipun ia hanya memegangnya tapi ia bisa merasakan betapa kekar dan kokohnya bahu Blaze.
Tangan kanannya merambat turun ke lengan atas Blaze. Ia juga bisa merasakan otot lengan Blaze yang sama kekarnya dengan bahunya.
"Kak Blaze kayaknya suka olahraga. Otot kakak padet banget." Ice tersenyum malu-malu.
Dengan ini syarat dari Gopal sudah terpenuhi jadi ia bisa mendapatkan tanda tangan Gopal dan juga Blaze.
"Aku emang rajin ngegym sih." Tiba-tiba Blaze mengalungkan tangannya di pinggang Ice hingga membuat Ice sedikit tertarik ke arahnya seraya tersenyum nakal. "Tapi badan ramping begini juga bagus."
Wajah Ice memerah. Ia mencondongkan tubuh bagian atasnya ke belakang agar tubuh mereka tidak berdempetan.
"Em, kak. Maaf, kak Gopal yang nyuruh aku godain kakak."
"Nggak masalah."
"Em. Bisa tolong lepasin, kak? Aku mau minta tanda tangan kakak juga."
"Kalo gitu syarat buat minta tanda tangan aku adalah kamu harus aku pangku sampe setengah jam." Blaze mengedipkan matanya.
Lagi-lagi Ice hanya bisa menurut. Karena kakinya mulai pegal ia menurunkan tubuhnya perlahan hendak duduk di pangkuan Blaze tapi pergerakannya terhenti saat tangan Blaze tidak sengaja mengenai bokongnya.
"Hehehe. Kenapa berenti? Duduk aja." Blaze menarik pinggang Ice ke bawah hingga Ice hilang keseimbangan dan terduduk di pangkuannya. "Kamu pasti pegel kan."
Ice kian meremat lengan Blaze sambil menatapnya sendu seperti anak domba yang berada dalam terkaman serigala namun tatapannya itu justru membuat Blaze semakin tertarik. Blaze pun memeluknya.
Ia membenamkan wajahnya ke dada Ice. Ice kaget namun juga tertegun karena dipeluk kakak kelasnya. Tubuhnya yang sedikit kaku mulai melemas. Sepertinya ia mulai menerima perlakuan kakak kelasnya ini.
"Kamu baunya enak." Blaze memejamkan matanya menikmati aroma mint dari tubuh Ice.
Melihat Blaze yang begitu nyaman memeluknya membuat tangan Ice terulur perlahan membalas pelukannya. Namun belum 3 detik ia memeluk Blaze ia sudah dikejutkan oleh suara tangan yang bergemeletuk. Ternyata itu Gempa yang tengah menatap Blaze yang masih belum menyadari keberadaannya dan menikmati memeluk adik kelasnya ini.
"Blaze."
Panggilan lembut Gempa membuat Blaze membeku dan menoleh takut-takut. Padahal saat Gempa membunyikan tangannya ia tidak mendengarnya tapi suara Gempa yang lebih pelan justru terdengar olehnya.
"Hari ini aku ketemu dua parasit. Yang satu puyuh penggoda adkel dan yang kedua arang peleceh adkel." Gempa mendekati mereka sambil tersenyum evil. "Udah gitu nyosor adek kelas yang sama lagi." Kemudian mengambil Ice dari Blaze terlebih dahulu.
"Selamatkan aku." Batin Blaze sebagai pesan terakhirnya sebelum tangan Gempa yang menjadi lima kali lipat ukuran semula dengan kekerasan ekstra menggapainya.
END
KAMU SEDANG MEMBACA
Cosmos
FanfictionCerita Boboiboy dengan aneka pairing BxB yang kusuka P.S: Maaf kalau ada kesalahan atau hal-hal yang tidak berkenan dari cerita ini. Terima kasih 🙏❤️