"Bwaze, swakiiit ...." Keluh Ice karena Blaze mencubit pipinya sampai pipinya terasa mau robek.
"Ih!" Blaze berhenti mencubit pipi Ice lalu menyambungnya dengan menguyel-uyel pipi Ice. "Gemes banget sih!"
"Aduuh ...." Ice semakin kesakitan karena pipinya yang sudah bengkak itu diuyel-uyel oleh Blaze.
"Blaze, jangan nyiksa anak orang dong." Tegur Halilintar.
"Aduh, Hali. Orang yang nggak punya hati kayak kamu tuh mana ngerti hal-hal berbau uwu gini."
"Sialan ... Btw uwu sebelah mananya?"
"Masa-masa libur sekolah inilah peluang terbesar Ice buat menggemuk dengan santai. Liat nih! Kurang gemoy apa lemak-lemak bayinya?!" Blaze menguyel pipi chubby Ice sambil menunjukkannya pada Halilintar kemudian raut wajahnya menjadi sedih. "Kalo Ice menggemuk pas hari biasa pasti Gempa langsung nyuruh diet. Padahal sejak musim 3 dia udah nggak pernah menggemuk sampe setambun itu. Paling chubby-chubby doang. Nggak sampe kayak karung. Harusnya bisa diterima sama Gempa cuma yang namanya emak-emak ya gitulah. Sebelum masa-masa Ice yang lagi gemoy-gemoynya terbuang aku harus menikmatinya selagi sempat! Hahaha!" Ia pun mencubit pipi Ice lagi.
"Aaah ... Swakit, Bwaaaaze ...."
"Udah, cukup. Ntar sobek lagi." Halilintar langsung menghentikan kegiatan Blaze.
🍈
Meskipun Halilintar tidak suka dengan pelampiasan kegemasan Blaze yang berlebihan tapi perkataan Blaze berhasil mempengaruhinya. Ia menjadi sering memperhatikan pipi chubby Ice. Tubuh Ice memang tidak berlipat-lipat seperti dulu.
Berisi namun tidak membuatnya terlihat buruk. Justru ia terlihat lebih imut. Saat ini Halilintar masih memperhatikannya. Mereka sedang menonton tv bersama di sofa karena kebetulan acara yang ingin mereka tonton sama.
Namun perhatian Halilintar tidak sepenuhnya terpusat pada acaranya karena pipi Ice yang bergerak-gerak saat sedang makan hello panda kerap mencuri perhatiannya. Selain membuatnya tidak fokus pipi chubby itu juga membuatnya gemas.
Ia mencengkram sofa seraya menggigit bibirnya karena terlampau gemas dengan pipi Ice. Ia berusaha mengendalikan dirinya dan fokus pada acaranya tapi pipi sialan itu membuat pertahanannya runtuh.
"Icee ...."
"Ya?" Ice menoleh dan sedikit kaget karena wajah Halilintar yang kusut ditambah nada bicara Halilintar juga aneh. "Em, kenapa?"
"Duduk di pangkuan aku."
"Eh? Ah, iya." Meskipun sedikit ragu Ice tetap menuruti Halilintar.
Ia pun duduk di pangkuan Halilintar pelan-pelan. Setelah itu Halilintar memeluk perutnya. Ice sedikit kaget dengan wajah memerah. Ia pun melanjutkan memakan hello pandanya dengan hati yang masih tidak tenang. Mata Halilintar menyipit saat melihat pipi Ice yang bergerak-gerak dalam jarak sedekat ini. Ia merapatkan bibirnya sebelum mendekatkan wajahnya lalu menjilat pipi Ice.
"Ah!" Ice refleks menjauh sambil memegang pipinya. Ia menatap Halilintar tak percaya. "Kamu ngapain?"
"Diam sebentar." Halilintar menarik Ice ke arahnya lalu kembali menjilati pipi Ice.
"Ukh ... Jangan, Hali." Ice memegang tangan Halilintar yang memeluk perutnya sedangkan tangan yang satunya masih memegang bungkus hello panda.
"Ah ...." Ice menjatuhkan hello pandanya sambil menggeliat tak nyaman saat Halilintar berganti mengemut pipinya seperti permen yang tak ada habisnya. "Hali, cukuup ...."
Pelukan Halilintar yang teramat erat benar-benar membatasi pergerakannya sampai hanya untuk mengangkat bokongnya sedikit saja ia tidak bisa.
"Woi, Hali!" Bentak Blaze yang kemudian langsung menghampiri mereka. "Dia punyaku. Jangan ambil mochiku seenaknya ya!" Ia merebut Ice dari Halilintar namun Halilintar masih menahan tangan Ice hingga membuat Ice terkekang di antara mereka.
"Nggak, dia squishyku."
"A ... Aku bukan mochi atau squishy." Ice menatap mereka bingung.
"Kamu mochiku!" Blaze langsung mengigiti pipi kiri Ice layaknya jeli.
"Akh! Blaze, sakiiit ...." Ice meremat lengan Blaze dan paha Halilintar sebagai pelampiasan.
Halilintar ikut mengambil alih pipi kanan Ice dengan mengemutnya lagi. Ice hanya bisa menutup matanya sambil terus meminta mereka untuk menghentikan perbuatannya di sela rintihannya. Entah bagaimana pipinya bisa menjadi santapan mereka yang tadinya hanya berawal dari kegemasan semata.
Mereka asyik menikmati pipi Ice yang semakin membengkak karena kegemasan mereka yang kian membrutal. Bibir Halilintar serta gigi Blaze tidak henti-hentinya menyusuri kulit Ice yang lembut dan kenyal oleh lemak imutnya. Ice tidak mengerti dengan jalan pikiran mereka.
Jika mereka memang ingin mochi atau squishy kenapa tidak membelinya saja? Kenapa harus menjadikan pipi chubbynya sebagai korban kanibalisme? Ia benar-benar tidak mengerti. Tidak ada ejekan namun yang ada malah terkaman. Apa salah pipi chubbynya hingga harus tersakiti seperti ini?
"Jangan makan pipiku ... Huhuhu ... Sakit ... Pipiku bukan makanan ...." Entah apa yang harus dikatakan Ice nanti pada orang yang melihat bekas gigitan dan hisapan di pipinya.
END
KAMU SEDANG MEMBACA
Cosmos
FanficCerita Boboiboy dengan aneka pairing BxB yang kusuka P.S: Maaf kalau ada kesalahan atau hal-hal yang tidak berkenan dari cerita ini. Terima kasih 🙏❤️