Strawberry Kisses - (Blagem)

4.9K 235 45
                                    

Dua hari yang lalu adalah hari ulang tahun Gempa. Elemental lain, kakek Aba, dan yang lain sudah memberikan hadiah padanya. Hadiahnya bermacam-macam.

Tapi ada satu hadiah yang masih belum digunakannya yaitu lip gloss pemberian Shielda. Ia yang notabenenya laki-laki merasa aneh sendiri tapi ia tetap menerimanya.

Tidak baik jika tidak menghargai pemberian orang lain bukan? Setelah dua hari ini ia memikirkan lip gloss itu akhirnya hari ini ia memutuskan untuk memakainya.

Perlahan dibukanya tutup lip gloss berwarna pink dengan perisa stroberi yang imut itu lalu dioleskannya ke bibirnya di depan cermin dengan telaten.

Setelah ia selesai mengoleskannya warna bibirnya berubah menjadi lebih merona dan berkilau dilengkapi aroma stroberi yang manis. Ia sedikit kagum dengan perubahan bibirnya.

"Waah ... Bagus juga." Gempa menyatukan kedua belah bibirnya beberapa kali. "Tapi apa terlalu mencolok ya? Warnanya jadi makin pink."

"Gempaaaa!" Saat Gempa masih memperhatikan bibirnya di cermin tiba-tiba Blaze memeluknya dari belakang.

Gempa pun menutup lip glossnya lalu menaruhnya di meja rias dan menoleh. "Kenapa, Blaze?

Saat Gempa berbicara sambil menoleh ke arah Blaze aroma stroberi menyapa indra penciuman Blaze.

"Mmm ... Kamu pake parfum baru ya? Wanginya manis banget. Aku suka." Blaze mendadak lupa apa yang ingin dimintanya dari Gempa.

"Ah, bukan. Ini lip gloss yang kak Shielda kasih kemarin. Aku coba-coba pakai aja. Menurut kamu gimana bibir aku?"

Pandangan Blaze kini tertuju pada bibir Gempa. Bibir pink merekah yang berkilau dan beraroma stroberi milik Gempa terlihat sangat menggoda.

Cup

"Mmh?" Gempa terbelalak seraya meremat dada Blaze dengan wajah memerah.

Bibir Gempa terlalu menggoda sampai Blaze tidak tahan untuk tidak mencium Gempa. Saat ia menyatukan bibir mereka ia bisa merasakan perisa dan aroma stroberi yang kian menguat. Ia melumat dan menghisap bibir Gempa seperti lolipop lalu menggigitnya pelan.

Saat Gempa mendesah malu-malu karena bibirnya digigit ia langsung memasukkan lidahnya. Menjelajahi rongga mulutnya, mengabsen deretan giginya, dan bermain dengan lidahnya. Ciuman mereka dipenuhi dengan lenguhan Gempa juga suara decakan mulut dan lidah yang basah.

Tidak ada satu pun area yang terlewatkan dari jangkauan bibir Blaze. Bibirnya bagaikan candu bagi Blaze. Setelah Blaze menyudahi ciumannya benang saliva terjuntai dari bibir mereka. Gempa menatap Blaze yang kini telah membuka matanya.

Netra nyala apinya yang diselimuti gelora nafsu membuat Gempa sedikit tertegun. Ia akui Blaze memang paling seksi dari elemental yang lain. Ia selalu mengenakan baju yang terbuka hingga memperlihatkan tubuhnya yang terbentuk seperti Halilintar.

Ia juga berdarah panas dan paling agresif dari elemental yang lain. Seperti yang dilakukan pada Gempa tadi. Jujur saja. Gempa tidak keberatan dicium oleh Blaze. Bagaimanapun mereka berasal dari jiwa yang sama. Hanya saja dengan kepribadian yang berbeda.

Ia rasa Blaze menciumnya hanya karena tergoda dengan aroma stroberi lip glossnya namun sebenarnya lebih dari itu. Blaze memang sudah lama mengincar Gempa. Meskipun ia sudah memiliki pasangan elemental yaitu Ice tapi ia lebih tertarik pada Gempa.

"Kamu manis, Gempa." Blaze mengusap bibir Gempa yang semakin lembab karena ciumannya.

"Lip gloss ini emang bau stroberi. Wajar aja." Gempa tersenyum malu-malu.

"Nggak, bibir kamu emang manis." Blaze mencium Gempa sekilas. "Bahkan meski tanpa lip gloss aku tetep suka sama bibir kamu. Aku emang udah ngincer bibir manis ini sejak lama tapi aku rasa satu kali aja nggak cukup buat aku. Siap-siap aja kalo bibir kamu aku curi lagi nanti."

Gempa langsung menutupi wajahnya karena malu mendengar rayuan Blaze. Blaze pun memeluknya seraya mengecup pucuk kepalanya.

"Aku sayang kamu, Gempa."

Gempa masih tidak berani menatap Blaze namun ia tetap menjawab. "Aku ... Aku juga sayang kamu."

END

CosmosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang