02 - Aiden VS Cassandra

12.5K 840 298
                                        

Aiden Shaquille Davanka, pemilik nama itu sudah sampai di rumahnya lagi sejak pukul sebelas malam. Anaknya, Regina, sudah tertidur lelap. Sedangkan Aiden sendiri, kini tengah berkutat dengan pakaian-pakaian istrinya. Melipat-lipatnya dengan benar, lalu mengemas semuanya ke koper-koper tersedia. Sudah koper ketiga, hampir satu jam aktivitasnya berjalan.

Pukul dua belas malam sekarang.

Tiba-tiba, ada yang menekan bel rumah lumayan brutal, mendistraksi konsentrasi Aiden yang sibuk mengemas.

"Dad? Aiden? buka, Ei!" seru orang yang baru menekan-nekan bel.

Aiden menatap sinis arah suara, kemudian melempar kasar baju yang ada di tangan. Ia terpaksa berdiri, ke luar kamar, lalu mendatangi pintu utama untuk membukakan.

Kunci diputar, pintu terbuka. Wajah permohonan Cassandra tersuguh di depan mata. "Dad...."

"Aku sedang merapikan baju-bajumu." Aiden memotong dengan dingin.

Mata Cassandra melebar. "Aiden, no. Kasih aku kesempatan, aku gak mau pergi dari sini, aku gak mau pergi dari kamu dan Rere," ujarnya sambil menggeleng panik.

Aiden tak merespons, ia menarik pelan tangan Cassandra, memasukkan wanita itu ke dalam rumah, lalu menutup pintu dan menguncinya.

"Jangan ribut, tetangga sudah tidur."

Cassandra melipat bibir, ingin menangis menyaksikan tutur dingin sang suami. "Rere... Rere udah tidur?" tanyanya hati-hati.

"Oh, masih ingat punya anak?"

Cassandra kembali membisu, air mata semakin berkumpul di pelupuk. "Dad... maafin, aku...," lirihnya menyesal.

Aiden muak mendengar kata maaf lagi-lagi terlontar. "Sudah berapa lama, Sandra, sudah berapa lama?!" Ia menaikkan nada tiba-tiba.

Tangis wanita itu pun pecah. Ia tersedu lagi, tak mampu menatap suaminya.

Melihat itu, Aiden menahan napas, lalu menggamit tangan Cassandra, membawanya berjalan ke ruang keluarga.

"Duduk kamu!" titahnya dingin.

Cassandra tak punya alasan tuk membantah, ia pun duduk di sofa sesuai perintah. Aiden berdiri saja. Sedang membara, tak minat mendudukkan badan.

"Sudah berapa lama kamu selingkuhi aku? Dan sudah berapa kali kamu bersetubuh dengan laki-laki bajingan itu, hm?" Aiden memulai sidangnya. Sorot matanya tajam, tetapi mulai berair lantaran menahan sakit hati begitu besar.

Cassandra bungkam, belum berani mengeluarkan jawaban.

"Jawab, Cassandra Karenina!" Aiden menyentak tegas.

Ragu-ragu, Cassandra pun mengangkat kepala. Membesarkan nyali tuk menatap Aiden yang baru disakitinya.

"Empat... empat bulan," jawabnya bergetar.

"Hah...." Aiden tersenyum tak percaya, matanya semakin tergenang. Sungguh, sakit sekali hatinya.m

"Kenapa, Sandra?" tanya pria itu menahan sesak. "Aku kurang memuaskan kamu?" sambungnya pelan, begitu kecewa. Setetes air mata jatuh di pipi kanan.

Cassandra menggeleng lemah, kembali mengeluarkan air mata, bersamaan dengan Aiden yang menyeka air matanya sendiri, tak sudi menangisi keadaan ini.

"Lalu kenapa? Aku kurang kasih kamu uang? Aku kurang perhatian? Apa? Aku kurang apa?" Suaranya masih pelan dan rendah, tatapannya begitu sendu dan kecewa.

"Enggak, Ei... bukan itu." Akhirnya Cassandra bersuara. "Aku... aku capek aja sama kamu," lanjutnya bergetar.

Aiden memiringkan kepala. "Capek?"

DADDY ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang