17 - First Problem

4.6K 429 139
                                    

Jadi, keterdiaman Aiden yang tiba-tiba terjadi di rumahnya tempo hari dikarenakan pria itu menyadari perasaannya terhadap Kasih. Semakin dipikirkan, semakin Aiden sadar dirinya telah menyukai. Mendiamkan Kasih adalah usaha untuk meredam hati. Juga, agar tak membuat Kasih risi.

Ternyata, Aiden salah seribu kali salah. Malah, di sinilah mereka. Berciuman di ruangan kantor Aiden yang tak terkunci pintunya, karena ternyata Kasih juga menyukainya!

Tok tok tok

Pintu terketuk. Aktivitas bibir Aiden dan Kasih yang sudah berlangsung dua menit itu terpaksa dihentikan dulu.

"Aiden," Kasih memanggil sambil terengah, "bibir kamu belepotan lipstik."

Aiden berdiri, buru-buru mengambil tisu dari atas mejanya. "Iya, tunggu!" serunya.

Kasih menutup mulut, menahan tawa. Aiden pun mulai sibuk mengelap area bibir dan sekitarnya, lalu kembali ke kursi kerja.

Sama, Kasih juga membersihkan area bibir guna menghilangkan lipstik yang belepotan. Sayang, hari ini tidak menggunakan lip cream mate waterproof-nya. Ya siapa juga yang mengira akan berciuman di siang hari macam sekarang? Itu tak terdaftar dalam agenda.

Setelah selesai, Aiden berseru lagi, "Ya, masuk!"

Kasih tersenyum kecil sambil melirik. Pria itu pun balas tersenyum, tampak malu-malu sedikit. Kemudian, karyawan Aiden itu membuka pintu yang cuma tertutup, tidak terkunci.

Kasih masih duduk di sofa sementara Aiden sudah duduk di kursi kerjanya. Si karyawan menatap Kasih lalu tersenyum ramah. Kasih mengangguk, membalas senyuman sang karyawan seolah tak habis terjadi apa-apa.

Tapi sungguh, baik Kasih maupun Aiden sama-sama belum percaya dengan apa yang baru saja terjadi antara mereka. Rasanya seperti mimpi di siang bolong, seperti angan semu yang kosong, namun itulah kenyataan yang terjadi baru saja.

Setelah si karyawan selesai dengan urusannya, ia meninggalkan ruangan. Aiden bangkit, kembali duduk di sofa bersama Kasih.

"Kasih." Aiden memanggil lembut.

Kasih tak menyahut, hanya menatapi Aiden dengan perasaan begitu bermekaran.

"Maaf, saya—"

"Jangan minta maaf terus, Aiden. Kenapa kamu sedikit-sedikit minta maaf?"

Aiden tersenyum malu, menggaruk tengkuknya sebentar. Lalu, ada lengang sejenak di antara mereka.

"Saya mau tanya sesuatu." Aiden membuka suara.

Kasih tersenyum. "Silakan," balasnya halus.

"Saya masih kaget, kenapa bisa kamu suka sama saya, padahal saya kan... ya kamu tau sendiri." Aiden tersenyum menahan malu. Iya, sejak tadi memang Aiden-lah yang malu-malu terus.

Kasih tersenyum lembut. "Karena menurut saya kamu unik, kamu beda...."

Tatapan Aiden terangkat pelan, mencari mata Kasih tuk bertatapan.

"Kamu gak seperti laki-laki kebanyakan. Mereka biasa aja, gak ada yang unik seperti kamu." Kasih berkomentar.

Aiden terkekeh kecil. "Tapi itu sangat subjektif. Kamu kan belum pernah berkeliling dunia. Siapa tahu ada yang lebih unik dari saya?" balasnya ringan.

"Buat apa keliling dunia kalau sudah ada orangnya di deket saya?" Kasih menyahut tanpa beban.

Mata mereka berpautan, bersambungan. Diam dalam indah. Rasanya Aiden ingin kembali mencium Kasih, tapi itu agaknya terlalu beringas.

"Okay...," Aiden berdeham menghilangkan rasa meleleh di hatinya, "jadi, saya ini seperti barang antik menurut kamu?" tanyanya setengah bergurau.

"Kind of...." Lalu Kasih takekeh. "Gak, aku bercanda. Mana mungkin kamu saya samakan sama barang?"

DADDY ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang