14 - Old Pages

4.6K 456 110
                                    

Seorang anak lelaki mendesis lirih, lalu tersengal menahan perih di dalam kamar mandi. Berdiri di bawah guyuran shower dengan kaki yang terasa lemah dan gemetar sesekali.

Lalu, anak itu mulai terisak dengan bibir terkunci. Tidak kuasa lagi menahan sakit pada luka yang semakin pedih tersiram air, bersamaan dengan pedih hati yang tidak mau hilang andil. Air mata jatuh deras di pipi, lantas hanyut terbawa air yang terus menyirami.

Anak kecil itu harus menahan tangis demi tak membuat orang-orang mendengar lalu mengkhawatirkan, demi tak membuat seseorang yang jahat itu semakin menghajarnya.

"Aiden..."

Anak itu langsung menghentikan isakan. Menelan pedih sakit dan tangisan, membuat napas kembali terengah dan sedikit sesenggukan. Kembali berusaha mencegah suara-suara mencurigakan keluar dari mulutnya.

"Iya...?" Tapi tak bisa. Suara gemetar itu tak bisa ia sembunyikan. Pada akhirnya, Aiden hanya anak sepuluh tahun yang belum lihai menyembunyikan lara.

Wanita berusia 35 tahun di luar kamar mandi menipiskan bibirnya, menyentuh daun pintu kamar mandi dari luar, menahan-nahan perasaan lebur dalam nurani keibuannya. "Kalau sakit, gak usah mandi, Sayang," sarannya lembut kemudian.

"Kalau gak mandi... nanti Papa... marah lagi, Bun." Sayup-sayup suara anak lelakinya terdengar, ditemani gemericik air yang mengiringi sesak ucapan.

"Jangan lama-lama, Ei...," balas sang bunda. Dua bola matanya semakin panas. Lebih baik sakiti saja dirinya, jangan anaknya yang belum punya dosa.

Lalu tiba-tiba, seorang pria bertubuh kekar berjalan dengan langkah cepat dan juga lebar.

*BRAK!

"Aiden!! Jangan lama-lama! Kayak banci aja! Ingat habis ini kamu harus belajar!" Bentakkan yang begitu menggema, ditambah bunyi pintu kamar mandi yang digebrak begitu kasar, membuat si bocah terlonjak kaget dengan degup jantung yang menggila sebab mulai kembali ketakutan.

"Aiden, nyahut! Punya mulut atau enggak kamu, hah?!"

"Pa, udah...." Ibu bernama Christina itu mulai menangis, menarik suaminya menjauh dari pintu kamar mandi. Namun, tidak berhasil.

"Berhenti belain anak gak berguna kayak gitu!"

"Kamu yang berhenti siksa anak sendiri!!" pekik Christina.

"Diam kamu!"

"Pukul aku aja, jangan anakku! Kamu mau melampiaskan apa pun, kamu lampiasin ke aku, jangan ke anakku!!"

"Diam, Christina!!"

Tak berani mengeluarkan balasan, mulut Aiden terkunci rapat. Setiap bentakan papanya membuat diri semakin ketakutan, membuat dada semakin kehilangan udara.

"Aiden, woy! Cepetan! Papa tunggu kamu di ruang tamu!!"

Aiden semakin gemetar. Terhenyak berkali-kali dibuat ayah kandungnya.

Belasan detik kemudian, tak dapat lagi ia menahan bobot badan. Kakinya kian lemas. Bocah itu terduduk di lantai kamar mandi, melipat kaki, lalu menutup telinga dengan napas makin sesak tercekat.

DADDY ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang