13 - Kasih's Chance

4.7K 465 123
                                    


[Sebelumnya] "Oh ya, Mbak Kasih sudah makan siang?

"Belum, Pak." Kasih tersenyum agak canggung.

Aiden melihat arloji Versace-nya yang menunjukkan jam 2 siang. Santai, tak tampak kikuk seperti Kasih yang habis kedapatan memandangi Aiden lumayan dalam.

"Saya juga belum. Kita makan siang sama-sama, Mbak Kasih?" tawar Aiden dengan kesejukan aiden's smile.

Yang ditanya gugup seketika. Kenapa juga pria itu mengajaknya makan siang berdua? Kalau istrinya tahu, bisa salah paham. Tapi... ah, sepertinya itu berlebihan. Ini kan cuma makan siang biasa.

Kasih pun menaturalkan ekspresinya. "Oh ya, boleh, Pak."


"Di dekat sini ada CFC kalau Mbak Kasih mau, tapi kalau tidak mau nanti kita cari tempat makan lain. Atau mau gofood juga boleh." Aiden tersenyum lagi, dengan aiden's smile yang begitu berbahaya bagi kaum hawa.

"Jangan repot-repot, Pak Aiden. Di CFC oke, kok. Yang di samping bank itu, ya?" Kasih bertanya.

Aiden mengangguk saja.

Kasih tersenyum menandaskan. Mereka pun bergegas, bergerak ke luar ruangan Aiden menuju CFC yang tak jauh dari bangunan kantor. Tidak lupa, Aiden mengajak anaknya ikut. Namun, bocah itu tidak mau, sedang sibuk main ular tangga dengan Nuri, salah satu pekerja di bagian pengemasan barang.

Akhirnya, Aiden dan Kasih berdua saja. Menjalankan kaki secara beriringan, tapi tentu tak berdempetan. Dari lantai dua kantor ke halaman, kemudian melintasi beberapa ruko, hingga sampai di gedung restoran cepat saji tujuan.

Tiba di CFC, mereka mulai mengantre, hendak memesan apa yang ingin dipesan. Aiden memesan menu dengan nasi sementara Kasih hanya memesan burger ukuran agak besar, tentunya dengan minuman.

"Ini bayarnya disatukan atau dipisah?" tanya mas kasir.

"Disatukan." "Dipisah." Mereka berucap bersama, tapi bunyinya berbeda.

Keduanya saling tatap sebelum tersenyum agak kikuk—yang kikuk tentu saja Kasih. Aiden, biasa saja.

"Disatukan saja, Mbak." Pria itu mengulangi. Setelah itu, ia membayar semua orderan.

"Nanti pesanannya diantar ya, Pak. Mohon menunggu. Terima kasih."

Aiden hanya tersenyum sambil menerima uang kembalian dan nomor meja. Lalu setelah tiba di meja, mereka pun duduk berhadapan.


"Pak, pesanan saya berapa totalnya?" Kasih langsung bertanya.

"Jangan, jangan diganti. Kan saya yang ajak, berarti harus saya yang bayar." Aiden tersenyum.

Kasih meringis tidak enak, tapi tetap menurut dan menghargai kebaikan sang pria. "Ya sudah. Terima kasih ya, Pak."

Aiden hanya tersenyum ringan sebagai balasan.

Menunggu beberapa menit, pesanan mereka pun tiba di meja. Disajikan satu-satu oleh sang pramusaji restoran.

DADDY ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang