30 - Sandra's White Flag

4.5K 371 89
                                    

Cassandra baru saja pulang bekerja. Memasuki rumah, lantas mendapati sebuah undangan pernikahan berwarna oranye muda bercampur krem yang modelnya begitu kekinian, tergeletak di atas meja kaca ruang tamunya.

Ia menyipitkan mata sejenak, kemudian mengambil undangan itu dengan gerakan perlahan. Di sampul depan undangan, tertulis nama Cassandra sebagai tamu yang diundang. Lalu, ia membuka undangan tersebut, ditemukannya nama seorang yang sungguh tak asing, tercetak dengan tinta keemasan.

Nama seseorang yang masih terpatri di lubuk hati Cassandra. Dan dengan menyesal, nama itu kini harus bersanding dengan nama orang lain, bukan lagi namanya.

_____________

Kasih Asmaraloka, S.Mb.
dengan
Aiden Shaquille Davanka, S.S., M.E.

_____________

Begitu menyenangkan membaca dua nama tersebut tercetak bersamaan. Namun, tidak untuk Cassandra dan hatinya yang merasa terintimidasi sekarang.

Tangan Cassandra mulai gemetar, undangan itu pun ikut bergetar. Sebelah telapak menutup mulut, sementara kedua mata mulai menghasilkan kumpulan air bening yang selanjutnya berjatuhan setetes demi setetes.

"Aiden...," lirihnya pelan sekali, mulai terisak menahan perasaan sesak.

Seorang ART baru saja ingin menghampiri, ingin memberi tahu bahwa makan malam sudah siap. Namun, melihat sang majikan sedang menangis, ia langsung mengurungkan niat.

Entah sudah ke berapa kali wanita itu menangisi Aiden karena mengingat kesalahan-kesalahannya yang tak pernah bisa diperbaiki lagi.

Cassandra sadar diri, ia pantas mendapatkan karma ini. Melukai seseorang yang sebenarnya ia sayangi, namun perasaan sayang yang ia miliki pada Aiden tak mampu mencegah dirinya dari berbuat khianat yang keji.

Tapi bukannya memang seperti itu? Sesuatu, apa pun itu, akan terasa biasa-biasa saja sampai sesuatu itu akhirnya hilang. Kita baru merasakan begitu berharganya sesuatu itu ketika sesuatu itu tak lagi menjadi milik kita, tak lagi bersama kita.

Itulah mengapa Cassandra selalu menangis, karena dirinya sendiri. Aiden hilang, karena salah Cassandra sendiri. Aiden tak lagi ingin mendampingi, karena telah tersakiti.

Saat pria itu masih bersamanya setiap hari, Cassandra tak menghargai keadaan itu. Yang ia pusingkan hanya kekurangan-kekurangan Aiden, menganggap kelebihan Aiden hanya sesuatu yang sekadar, tak terlalu penting. Lalu setelah Aiden pergi, yang tertinggal dalam hati dan memori justru kebaikan dan kelebihan Aiden saja. Alhasil... tersiksalah Cassandra.

Namun, Cassandra sudah mengikhlaskan Aiden, meski hampir dua tahun ini masih belum mampu melupakan cintanya untuk si pria.... Ya, mungkin belum, karena masih tenggelam dalam rasa bersalah yang menggebu.

Cassandra kembali meletakkan undangan itu di atas meja, lantas meraih ponselnya, menuliskan sesuatu di dalam kolom obrolan sambil menyeka air matanya.

__________________________

Cassandra
Congratulations, Ei..
undangannya udh sampai.

Semoga lancar sampai hari H, ya😊
Semoga kamu dan Kasih selalu bahagia dan diberkati Tuhan. I wish nothing but the best for both of you😊 God bless

DADDY ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang