Setelah diperintahkan Aiden untuk membeli minuman, akhirnya dua jam kemudian tepatnya pukul 11 malam, Vero Bastian sampai di kediaman sahabat sejak SMP-nya. Tentunya tak sendiri, melainkan ditemani dua botol anggur atau wine yang ia beli di salah satu toko wine terkenal Jakarta.
"Ey, Bos!" Vero memanggil kala Aiden menunjukkan diri ke ruang tamu.
"Masuk sini, di tengah." Aiden membalas.
Vero pun berdiri, menghampiri ruangan yang Aiden maksudkan, ruang tengah yang memiliki TV lebar, juga hiasan-hiasan keramik dan kaca pada rak estetik berbentuk kotak-kotak.
"Mana bawaanmu? Mau lihat, murah atau mahal." Aiden mengulurkan tangan, meminta isi paper bag yang Vero tenteng sejak tadi.
"Mahal yaelah." Vero memberikan bawaannya.
Aiden mengambil sebotol anggur dari dalam paper bag, kemudian ditengoknya lekat-lekat. "Hmm, lumayan," gumamnya.
"Kayak ngerti aja lo. Gue yang lebih ngerti kali," komentar Vero meremehkan.
Aiden tertawa karena Vero benar. Pria beranak satu itu hanya ingin sok-sokan saja.
"Berapa ini, Ver?" tanyanya kemudian.
"Tiga juta."
"Hm, nanti aku bayar."
Vero menyeringai menatap punggung Aiden yang berjalan di depannya.
"Tapi aku mau pesan, kalau aku sudah mabuk, tolong kamu siram kepalaku atau kamu dorong aku ke kolam renang, terserah," ujar Aiden sambil mendudukkan diri di karpet ruang tengah.
"Kenapa?" Vero ikut duduk.
"Supaya aku sadar. Aku tidak mau Rere sampai lihat. Aku tidak mau jadi contoh yang buruk, tidak mau ada trauma sedikit pun di ingatannya. Cukup aku saja yang punya banyak trauma, jangan anakku," jelas Aiden santai dan lugas.
Vero tersenyum sedikit getir. "Iya, Den," lalu mengambil sebotol wine dan alat pembukanya, "tapi ntar lo sakit, gimana?"
"Aku bukan bayi, Ver."
"Kalau lo sakit, yang jaga Rere siapa?"
Aiden jadi terdiam dan berpikir. "Ah, tidak. Aku tidak akan sakit cuma karena disiram," tukasnya yakin.
Vero tersenyum tipis, lalu menuang wine yang sudah ia buka ke dua buah gelas yang si tuan rumah telah siapkan.
"Cheers!" Lalu, mereka berdua bersulang dan meminum minuman masing-masing.
Vero menatap Aiden yang baru saja mencoba wine bawaannya. "Gimana, ma bro? Rasa mahal, kan?" Ia menaik-turunkan alis.
Aiden tersenyum miring. "Standarlah... kalau sepuluh juta ke atas, baru...."
Vero langsung menjeling sinis.
Si tuan rumah tergelak. "Bercanda. Ini juga sudah oke," katanya tersenyum.
....
Mereka pun tenggelam dalam cuap-cuap, minum-minum, ditemani musik-musik yang diputar dari perangkat pintar Vero. Satu jam berjalan ke depan. Kini, sudah jam 12 malam. Cuap-cuap pun lama-lama memudar.
KAMU SEDANG MEMBACA
DADDY ✔️
RomanceAiden, duda anak satu yang perfeksionis, seksi, dan puitis. Selalu mencintai mantan istrinya, Cassandra. Namun, ia tak terima saat wanita itu menyelingkuhinya. Suatu hari, hadir seorang wanita bernama Kasih Asmaralokaㅡsama perfeksionisnya dengan Aid...