16 - The Silence is...

4.5K 479 149
                                    

[Sebelumnya] Aiden cuma diam menatap. Kasih semakin tidak paham.

Beberapa sekon kemudian, Aiden tersadar dan mengerjap-ngerjap setelah sejak tadi hanya menatap Kasih tanpa mengedipkan mata. "M-maaf, Kasih."

"Kamu kenapa? Maaf kalau saya salah bicara." Kasih serius berujar.

Aiden menurunkan pandangan. "Tidak apa-apa. Tadi saya agak pusing."

Kasih mengernyit, merasa sedikit aneh. Tapi entahlah, mungkin benar lelaki itu sedang pusing?

Aiden berdiri dari bangku santai tepi kolam, lalu memanggil Regina untuk menyudahi kegiatan sebab sudah satu jam anaknya berenang. Kasih masih memandangi Aiden dengan bimbang, tetapi membiarkan. Tak ingin bertanya-tanya lebih jauh, takutnya Aiden malah menjadi kesal.

....

Selesai berenang, Regina langsung ditangani Bu Sesa sang pengasuh, menyisakan Aiden dan Kasih yang kini duduk berdua di ruang tamu.

Bermenit-menit terlewat, tiada yang membuat obrolan. Hanya hening yang jadi dominan. Aiden cuma diam, memandangi jendela yang sedikit basah karena tempias hujan mengenai kaca-kaca rumah.

Tak ayal, Kasih jadi canggung sendiri. Ia heran mengapa Aiden tiba-tiba diam begini. Rasanya jadi tak nyaman bertamu kalau si tuan rumah seperti ini.

Apa Aiden tersinggung pada Kasih yang cemberut dengan ledekannya? Atau Aiden tidak suka saat Kasih menyuruhnya untuk selalu bahagia?

"Aiden?" Kasih memanggil hati-hati.

Aiden menoleh ke kiri setelah sejak tadi terus-terusan menatap arah kanan. "Ya?"

"Kok... diem aja?" Kasih tersenyum, masih hati-hati.

Aiden kembali memberikan sorot yang tak Kasih mengerti. "Tidak apa-apa, saya cuma sedang menikmati hujan. Sudah lama tidak hujan," jawabnya sekadar, lalu tersenyum tipis.

Kasih menggaruk belakang telinganya yang tak gatal. Jawaban itu tidak membuat keadaan jadi lebih tenang. Kasih pun berpikir sebaiknya ia pulang sebab Aiden tampak tak bersemangat.

"Eum... saya mau pamit pulang dulu ya, Aiden. Rere mana?" Kasih berujar ramah.

Aiden langsung berdiri dari sofa. "Sebentar, saya panggilkan dulu. Mungkin dia di kamar, langsung menonton TV," jawabnya tanpa basa-basi mencegah tamunya pergi. Ia tersenyum sekenanya, kemudian berjalan menuju kamar pribadi.

Aiden tidak ketus, tapi sedikit lebih dingin dan senyumnya terlihat agak dipaksakan. Kenapa? Kasih sungguh heran. Apa gerangan yang sudah ia perbuat hingga mood Aiden berubah cepat?

Tak lama kemudian, ayah dan anak itu pun muncul lagi di ruang tamu.

"Tante Kasih udah mau pulang?" Regina berlari kecil menghampiri Kasih.

Kasih sedikit membungkuk. "Iya," katanya tersenyum.

"Nanti ke sini lagi ya, Tante, suapin Rere," balas Regina manis.

Aiden berdiri dua meter di belakang Regina. Kasih melirik sekilas, Aiden tak menatapnya balik melainkan menatap punggung Regina saja.

"Siap deh, Sayang." Kasih tersenyum sebelum mencium pipi Regina sekilas.

Kemudian, Kasih menegakkan posisi lagi dan menghampiri Aiden untuk pamit. "Saya pulang dulu, Aiden. Terima kasih makan siangnya, masakan Bi Tini enak," pujinya tulus.

DADDY ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang