07 - New Chapter

5.6K 512 136
                                    

Siang terik menerangi dan memanasi Jakarta. Pemeran utama kita baru saja selesai dengan acara launching novelnya yang kedelapan di sebuah toko buku ternama. Aiden memiliki total sebelas judul buku, delapan di antaranya adalah novel dan dua sisanya adalah buku kumpulan puisi dan prosa. Karya pertama Aiden diterbitkan ketika usianya 21 tahun.

Ei Vanka adalah nama penanya. Banyak yang mengira 'Ei Vanka' adalah penulis perempuan, ternyata seorang pria elegan. Terkecoh dengan penyebutan yang hampir mirip 'Ivanka'. Faktanya, itu diambil dari nama panggilan pendek Aiden, Ei, dan nama belakangnya, Davanka.

Sejak kecil, Aiden kita memang sudah menggilai dunia sastra. Bahkan, sejak duduk di bangku sekolah dasar. Gemar sekali membaca, menulis jurnal, menulis kata-kata mutiara, puisi, cerpen, sampai novel. Pokoknya segala bentuk sastra, Aiden menyukainya. Sampai-sampai kebiasaan penuh sastranya terbawa ke dunia nyata.

Ya tahu sendiri kan, bagaimana lelaki berumur 29 tahun itu bicara? Bagai pujangga yang tak pernah off, selalu on.

Selain kehidupan yang dipenuhi prosa dan majas, Aiden pun sangat perfeksionis dan memiliki selera seni tinggi. Begitu hiperbolis akan kesempurnaan, sampai-sampai mantan istrinya tidak tahan lagi.

Aiden itu sebetulnya lelaki setia dan begitu logis, tapi kerap terjebak dalam pikirannya yang terlalu rumit dan idealis.

A beautiful complicated man.

Selain penulis, Aiden punya pekerjaan lain, yaitu seorang importir parfum. Itu adalah usaha warisan turun-temurun dari kakeknya, ayahnya, dan sekarang ia pun menggeluti bidang yang sama.

"Lama banget kamu, kering aku nungguin. Tadi katanya gak lama, tahu gini aku gak keluar duluan," omel seseorang.

Itu kakak lelaki Aiden, Aezar Maximillian Zovanka.

"Maaf, Kak, tadi yang minta tanda tangan dan foto lumayan banyak." Aiden menjawab sambil berlari kecil menghampiri tempat kakaknya berdiri.

"Gaya banget." Aezar hanya meledek. Ia tahu adiknya punya banyak penggemar.

Aiden tersenyum saja. Ia membuka pintu mobil, lalu masuk ke dalam. Aezar pun mengikuti, kemudian duduk di kursi pengemudi kanan.

"Rere masih di rumah kan, Kak? Belum ke rumah Bunda?" Aiden bertanya setelah duduk di kursi kiri depan.

"Iya, masih."

Namun, baru duduk beberapa detik, ponsel Aiden sudah bergetar meminta diangkat.

Kak Naffa is calling...

Itu kakak iparnya, istri Aezar. Aiden langsung menerima. "Halo, Kak Naffa."

"Halo. Maaf, Ei, acaranya belum selesai?"

"Sudah, Kak, barusan."

"Ini... Rere badannya panas banget, tadi sempat linglung bahkan. Mau aku bawa ke rumah sakit sekarang atau nunggu kamu dulu?"

"Hah?" Aiden kaget tentu saja. Regina memang agak hangat sejak tadi pagi, tapi tidak tahu kalau akan separah sekarang.

Aezar melirik ke kiri, penasaran dengan percakapan adik dan istrinya.

"Gak tau, Ei... ini udah panas banget."

"Ya sudah kalau Kak Naffa mau bawa ke rumah sakit, nanti kita langsung ke rumah sakit."

"Oke."

*pip

Aiden menghela napas setelahnya.

"Kenapa? Siapa yang sakit? Rere?" Aezar buru-buru bertanya.

"Iya," jawab Aiden pelan. Matanya memancarkan kekhawatiran.

DADDY ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang