29 - Not Tonight

4.7K 397 110
                                    

Sambil mengunyah, Aiden tiba-tiba datang ke dapur, membawa-bawa satu cup besar jasuke yang tinggal setengah. Kedatangannya tak ayal menjadi sebuah interupsi pada obrolan Kasih dan Christina.

"Loh, kok berhenti? Berarti sedang membicarakan aku." Aiden tersenyum usil, sebab obrolan kedua wanita itu langsung terhenti saat dirinya datang.

"Dih, geer." Kasih menyeletuk.

"Halah," balas Aiden terdengar menyebalkan.

Christina terkekeh saja, sebab kecurigaan anaknya benar. Memang dialah yang jadi topik pembicaraan.

Beberapa saat kemudian, Regina yang sudah tidak merajuk datang ke dapur juga, lantas menghampiri Kasih. "Tante Kasih." Ia menarik baju Kasih sedikit, membuat empunya pun menunduk menatap si anak.

"Iya? Kenapa, Re?"

"Rere mau bobok sama Eyang sama Aunty Chelia ya, Tante Kasih. Tante Kasih gak takut bobok sendiri?" Regina bertanya dengan wajah khawatir yang sangat lucu.

Kasih sedikit membungkuk. "Iya, gak apa-apa. Tante Kasih gak takut, kok," senyumnya halus.

Sekadar informasi, selama dua hari di Puncak, Regina selalu tidur malam dengan Kasih. Si calon Mama sering mengajak Regina menonton film-film Disney sebelum tidur, makanya Regina menyukai tidur dengan Kasih. Tapi untuk malam terakhir ini, Regina ingin tidur dengan Chelia dan Christina. Chelia yang membujuk keponakannya itu dengan berbagai macam bujukan agar mau tidur dengannya.

....

Kini waktu telah menunjukkan pukul delapan malam. Keluarga itu sedang menyantap makan malam mereka di meja makan vila.

"Jadi, Kasih... kalau bulan depan, bagaimana? Sudah siap?"

Kasih langsung tersedak nasi mendengar pertanyaan tiba-tiba dari Aiden, untung tidak tersedak tulang ayam.

"Minum, minum." Christina yang duduk di samping Kasih langsung menyodorkan segelas air putih untuk perempuan yang sedang terbatuk-batuk itu.

Aiden menatap Kasih dengan gerakan yang ter-pause, tak menyangka wanitanya sampai harus tersedak hanya karena pertanyaan simpelnya.

"Pelan-pelan saja memikirkannya, Kasih. Supaya tidak kaget sampai-sampai melambatkan kerja gerak peristaltik kamu, makanya sampai tersedak." Aiden berujar begitu santai dengan wajah tanpa dosanya.

Terserah Aiden, terserah!

Kasih berdeham seolah baik-baik saja. "Iya, Aiden. Aku... siap-siap aja, kok," katanya terus terang.

Aiden tersenyum puas mendengarnya, kemudian memindahkan tatapan ke arah sang bunda. "Bagaimana, Bun?"

"Bunda mah terserah kalian aja. Kan, kalian yang mau nikah. Lebih cepat, lebih baik karena kalian udah sama-sama dewasa juga." Christina tersenyum santai, lalu menyuapkan sesendok nasi lagi ke dalam mulutnya.

"Rere." Ini Aiden lagi, mulai memanggil anaknya sekarang.

Regina yang sibuk menikmati kulit ayam goreng itu pun menatap daddy-nya.

"Rere mau kan tinggal sama Tante Kasih? Nanti diajarin make-up sama Tante Kasih." Aiden melanjutkan.

Anak itu lekas menatap Kasih, membuat yang ditatap pun seketika jadi berdebar, namun tetap menyunggingkan senyuman lembutnya pada Regina agar tak mati gaya.

Regina kembali menatap Aiden. "Tapi sama Daddy juga, kan?" tanyanya dengan suara manja imutnya.

"Oh, iya maaf, Daddy kurang lengkap bilangnya, ya? Iya, maksudnya Rere tinggal sama Daddy, sama Tante Kasih juga." Aiden menjelaskan sambil melebarkan senyuman.

DADDY ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang