Setelah menutup telepon dengan Cassandra, Aiden menangis juga akhirnya. Kali ini tak mampu diseka karena yang datang terlalu deras. Wajahnya ia tutup dengan sebelah tangan, bahu bergetar, isakan terdengar sesak terpendam, kemudian duduk menangis di tepi ranjang.
Betapa sakit mendengar wanita itu memohon sambil menangis. Ingin rasanya menerima kembali. Namun, bayangan pengkhianatan yang Cassandra lakukan membuat Aiden tak bisa memaafkan lagi.
"Daddy?"
Tangis asyiknya tersendat. Aiden kaget, lantas mengangkat kepala dengan cepat. Buru-buru menyeka mata dan wajah ketika putrinya berjalan mendekat.
Regina mendongak, memerhatikan wajah ayahnya beberapa saat. Sudah cukup berkembang akal tuk memahami sang ayah tidak baik-baik saja.
"Daddy...," gumamnya lembut sambil naik ke tempat tidur. Berdiri tepat di samping, lalu menarik ujung baju dresnya, menjadikannya sebagai pengusap mata Daddy yang basah.
Aiden terenyuh menerima perlakuan Regina.
"Daddy kenapa nangis? Rere nakal, ya?" tanyanya dengan raut sungguh sedih.
"Enggak, Sayang," Aiden menggeleng, "Rere gak nakal. Daddy gak nangis, kok," katanya dengan senyum.
"Itu matanya merah...." Regina menunjuk dengan telunjuk mungilnya.
"Oh," Aiden mengelap matanya dengan telapak tangan, "ini gara-gara Daddy habis berenang tadi, kemasukan air, jadinya merah."
"Daddy berenang gak ngajak Rere?"
Aiden tersenyum sebab Regina mudah dialihkan. Ia meraih tubuh kecil itu, kemudian memangkunya di atas paha. "Iya, tadi kan Rere bobok siang, masa Daddy bangunin?" ujarnya lembut, lalu mengecup kepala Regina yang sedikit bau keringat anak-anak.
"Rere mau berenang sekarang," ucap Regina manja.
"Sudah sore, nanti masuk angin. Besok pagi aja, ya?" tawar Daddy-nya.
Namun, Regina menunjukkan raut tak senang.
"Ya udah Rere berenang sendiri, Daddy mau ke Lotte." Aiden pura-pura mengancam.
Kelopak mata Regina melebar segera. "Mau ikut!" serunya kegirangan.
Aiden terkekeh, lalu menurunkan Regina dari pangkuannya. "Rere mandi dulu, ya. Daddy yang mandikan soalnya Bu Sesa lagi gak ada."
Anak itu mengangguk cepat, setuju saja.
Oh, kalau kalian perhatikan, Aiden bicara tidak baku dengan Regina. Ya, hanya dengan Regina.
Aiden pun membawa Regina ke kamar mandi dalam kamarnya. Memandikan sang anak dengan air hangat, menyabuninya, tidak lupa menyuruhnya menyikat gigi—yang satu ini, Regina sendiri yang melakukan.
Setelah selesai, Aiden merapikan kamar mandi. Menaruh semua alat-alat mandi dengan posisi sejajar dan begitu simetris, kemudian mengambil handuk untuk mengeringkan tubuh sang putri.
Bocah itu tersenyum. Menatapi ayahnya yang tengah menghandukinya dengan binar sayang dan kagum. Memang, seorang ayah merupakan cinta pertama anak perempuannya.
"Rere mau pakai baju yang mana?" Aiden bertanya sambil membuka lemari Regina.
Regina kelihatan berpikir sambil menyisir baju-bajunya dalam lemari. "Eumm...."
Daddy-nya berdiri di sebelahnya, setia menunggu keputusan.
"Terserah Daddy aja." Regina tersenyum lebar.
Aiden tersenyum pula. "Lama-lama mikir, akhirnya terserah Daddy," balasnya bercanda, lalu mulai memilihkan pakaian.
Dengan telaten, Aiden memakaikan lembar demi lembar pakaian untuk Regina. Tak lupa memakaikan minyak telon, bedak, dan parfum anak-anak. Menyisiri rambut yang sudah wangi sampo melon, hingga beberapa menit kemudian, rampung sudah semuanya.
![](https://img.wattpad.com/cover/259977555-288-k869888.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
DADDY ✔️
RomanceAiden, duda anak satu yang perfeksionis, seksi, dan puitis. Selalu mencintai mantan istrinya, Cassandra. Namun, ia tak terima saat wanita itu menyelingkuhinya. Suatu hari, hadir seorang wanita bernama Kasih Asmaralokaㅡsama perfeksionisnya dengan Aid...