25 - Love Shot

5.2K 323 31
                                    


[Sebelumnya] "Tante Kasih!"

Kasih menoleh cekatan. "Hai, Cantik... ya ampun, udah lama kita gak ketemu," balasnya tak kalah antusias.

Regina makin dekat, kemudian memeluk dan dipeluk Kasih dengan suara lucu keluar dari mulut keduanya.

Kasih melepas dekapan, ia pun memperhatikan Regina yang tidak mengenakkan baju rumahan, juga sebuah tas yang Bu Sesa bawa dari kamar Regina dari tadi.

"Rere mau ke mana?" Kasih bertanya.

"Mau ke rumah Mommy, mau bobok sama Mommy," jawab Regina.

"Oh... berarti mau tunggu Daddy pulang dulu, ya, baru anterin Rere?" tanya Kasih lagi.

"Enggak, Mbak Kasih." Ini Bu Sesa yang berinisiatif menjawab pertanyaan Kasih. "Bang Dede yang antar anterin Rere, ini udah mau berangkat sama saya juga," lanjutnya.

"Oh... iya, iya." Kasih mengangguk-angguk paham.

Regina berlalu duluan, berjalan menuju teras untuk melihat Bang Dede yang sedang memanaskan mobil. Perhatian kedua wanita berbeda generasi itu pun sedikit teralihkan sebelum fokus kembali.

"Udah mau berangkat ya, Bu? Oh iya, kenapa bukan Aiden yang anter, Bu? Sebelum-sebelumnya, Aiden sendiri kan yang suka nganter?" Kasih masih penasaran.

Bu Sesa tersenyum, lalu menggelengkan kepala. "Udah lama Mas Aiden gak mau anter Rere ke rumah Mbak Sandra lagi, Mbak. Katanya Mas Aiden, gak mau ketemu Mbak Sandra lagi. Soalnya Mbak Sandra masih suka... begitu, Mbak. Seperti... masih suka ngegodain Mas Aiden, jadi Mas Aiden-nya gak suka." Bu Sesa menjelaskan dengan intonasi dan ekspresi hati-hati.

Kasih tertegun sejenak.

Bu Sesa tersenyum tidak enak. "Maaf lho, Mbak... ini saya kata Mas Aiden sendiri, bukannya saya sok tahu ngegibah," ucapnya, kemudian terkekeh.

"Gak, gak apa-apa, Bu. Eumm, sejak kapan Aiden gak ke rumah Mbak Sandra lagi kalau boleh tahu?"

"Sekitar enam bulan lalu, Mbak, kalau gak salah."

Kasih pun dapat bernapas lega. Jika dikalkulasikan, itu sebelum dirinya dan Aiden berpacaran. Hubungan mereka baru berjalan empat bulan sekarang.

Tak lama kemudian, Bu Sesa pun pamit karena sudah akan berangkat. Bang Dede dan mobil yang ia panaskan sudah siap. Maka, tersisalah Kasih dan Bi Tini di rumah lebar tak bertingkat milik Aiden.

Kasih menunggu Aiden dengan santai. Di ruang keluarga, menikmati sofa empuk dan tontonan TV, juga ditemani minuman dan camilan-camilan yang Bi Tini telah suguhkan.

....

Satu jam lebih menunggu, akhirnya yang ditunggu datang juga. Kasih hampir tertidur di sofa rasa ranjang itu bila Aiden lebih lama. Celana hitam, kemeja lengan panjang hitam, dan dasi hitam membuat Aiden yang berkulit cerah makin bersinar.

Senyuman Aiden mengembang mantap kala menatap Kasih sedang duduk manis di ruang keluarga. Menunggunya dengan cantik dan setia. Menggemaskan sekali kekasihnya.

"Hai." Aiden datang di depan Kasih, tersenyum menawan, kemudian mengecup puncak kepala Kasih sebagai penyambutan.

"Hai." Kasih membalas lembut dengan senyum.

"Sudah makan? Maaf kalau lama. Kamu tahu sendiri Jakarta." Aiden duduk nyaris tanpa jarak di samping Kasih.

"Udah makan di rumah Ivy. Makin kenyang dari tadi makan camilan. Saya juga dikasih salad buah tadi sama Bi Tini. It's fine, gak lama, kok." Kasih balas tersenyum.

DADDY ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang