Masih di hari yang sama, tetapi sudah pukul sembilan malam. Kasih sudah memeluk lengan suaminya selama satu jam di atas tempat tidur tanpa berniat melepas. Hanya beberapa kali berganti gaya, tetapi tetap memeluk enggan membebaskan. Aiden tidak keberatan.
"Aiden... belum pegel, kan?" Kasih bertanya manja.
"Belum, kok." Padahal sudah.
Aneh sekali. Tiba-tiba Kasih berubah layaknya kutub utara magnet, sementara Aiden adalah kutub selatannya. Menempel terus tidak bisa terkupas.
"Kasih."
"Hm?"
"Jangan-jangan kamu hamil, Dear."
Kasih mengangkat kepalanya menatap Aiden. "Kata Ivy juga tadi begitu. Tapi emangnya kalau muntah udah pasti hamil? Soalnya aku juga sering muntah dan pusing kalau magku kambuh," jelasnya.
"Tidak juga, sih. Justru ada yang tidak pernah muntah sama sekali selama hamil," kata Aiden.
Kasih berpikir sejenak sebelum bertanya, "Kalau Sandra dulu gimana?"
"Nah, contohnya dia. Dia tidak pernah muntah sekalipun sampai 9 bulan."
"Terus, taunya dia hamil dari mana?"
"Tidak menstruasi 3 bulan. Dia cek ke dokter karena dia pikir hormonnya sedang bermasalah atau bagaimana. Ternyata, karena hamil," papar Aiden dengan tenang.
Kasih tersenyum kecil mendengarnya. Itu pengalaman manis dan menggemaskan menurutnya.
"Besok pagi aku belikan alat tes kehamilan, ya. Kalau negatif, berarti mungkin benar kamu cuma sakit mag. Atau kalau masih penasaran, kita langsung ke dokter." Aiden menyarankan lagi dengan tenang.
Ya begitulah Aiden, selalu tenang di segala kondisi. Tidak mudah panik, tidak mudah canggung, tidak suka pakai urat, dan tidak grasah-grusuh saat bicara dan berpikir.
"Iya, Dad."
***
Sementara di sudut lain, ada Cassandra Karenina di atas tempat tidurnya. Sudah 20 menit ia berbaring-baring mencari kantuk. Namun, si kantuk belum menunjukkan tanda-tanda untuk masuk. Masih terjebak dalam pikiran yang banyak dan berkecamuk.
Melihat foto Regina pada bingkai tergantung di dinding kamarnya, Cassandra pasti selalu teringat pada ayah sang anak, Aiden. Karena... ya begitulah.
Namun, Cassandra tak mau begini terus-terusan. Aiden pergi karena salahnya. Aiden tak pernah mau meninggalkan, tetapi ia tersakiti dan menjadi haknya untuk melindungi hatinya.
Sudah dua tahun tak lagi menjadi suami istri, nyatanya Cassandra masih mencintai Aiden hingga detik ini. Namun, pria itu bukan seseorang yang ia miliki lagi. Cassandra harus berpindah hati.
"Aku harus move on." Ia memotivasi diri sendiri.
Sempat berharap bisa kembali lagi dengan sang novelis, memulai segalanya dari awal dengan manis. Akan tetapi, takdir yang telah tergaris berkata lelaki itu harus pergi, setelah membuang cintanya yang telah mati.
Semua yang terjadi pada Cassandra kini adalah buah kebodohannya sendiri. Biarlah menjadi pelajaran berharga yang takkan pernah dilupakannya hingga hari akhir.
KAMU SEDANG MEMBACA
DADDY ✔️
RomanceAiden, duda anak satu yang perfeksionis, seksi, dan puitis. Selalu mencintai mantan istrinya, Cassandra. Namun, ia tak terima saat wanita itu menyelingkuhinya. Suatu hari, hadir seorang wanita bernama Kasih Asmaralokaㅡsama perfeksionisnya dengan Aid...