Bab 4

21.3K 1.2K 17
                                    

Assalamualaikum.wr.wb
Bunda-bunda sekalian, canda Bunda. Jangan lupa follow akun author dulu ya, Bund❤️
.
.
.
.
.

Terik matahari mulai menusuk ke dalam kulit. Matahari mulai berjalan menuju barat, tepat di atas kepala. Alisia dengan santainya mengendarai sepeda motor nya menuju minimarket di dekat perumahannya. Ia berniat membeli camilan dan juga minuman untuk teman begadangnya. Bukan begadang mengerjakan skripsi, namun begadang nonton drama Korea. Sungguh kebiasaan yang sudah mendarah daging di dalam diri Alisia. Memang Alisia adalah tipe yang bar bar dan juga petakilan. Tapi dia adalah pecinta drama Korea.

Sesampainya di depan minimarket yang ber plang nama "Indojuni", Alisia memarkirkan motor maticnya. Mengambil dompet yang berada di dalam jok motor. Berjalan menuju pintu dan mendorongnya. Mengambil keranjang berwarna biru dan berjalan menuju rak yang berisi makanan ringan. Setelah puas memilih makanan ringan, Alisia berjalan menuju rak yang berisi makanan instan. Alisia mengambil beberapa bungkus mie instan merk Korea dan juga makanan khas Korea. Setelah puas dengan makanan instan, Alisia berjalan menuju kulkas berjajar yang berada di sebelah selatan. Membuka pintu yang berisi dengan susu kotak berbagai merk dan rasa. Mengambil beberapa kotak susu rasa coklat dan juga beberapa minuman kaleng berwarna biru dan juga merah muda.

Disaat mengambil susu kotak, Alisia melirik ke samping. Terdapat seorang laki-laki memakai Kaos berwarna hitam dan jeans abu-abu gelap. Mengambil dua kaleng minuman dan juga sebotol air mineral. Alisia kembali fokus dengan susu kotak rasa coklatnya. Mengambil hampir sepuluh kotak.

"Bocah banget beli susu kotak segitu banyak, sekalian aja beli minimarket nya." suatu suara yang terdengar ditelinga Alisia, membuat dirinya menoleh karena merasa tersindir.

"Om kenapa? Keberatan kalo saya borong susu coklat ini semua? Emang minimarket ini punya Om?" tanya Alisia pada laki-laki di sampingnya.

"Maaf, anda bicara sama saya?" tanya Fathan tanpa dosa.

"Bukan, sama kulkas depan saya! Ya sama anda lah, Om," ketus Alisia.

"Saya nggak merasa tuh kamu ajak bicara," ucap Fathan langsung menutup pintu kulkas dan berjalan menuju kasir.

"Heh! Gila ya, habis ngatain gue bocah langsung pergi," geram Alisia berjalan menyusul Fathan.

Alisia terus mengejar Fathan tanpa melihat jalan. Alhasil, dirinya malah menabrak punggung keras Fathan.

"Aduh!!! Ini tembok apa beton sih?" gerundel Alisia.

"Kalo jalan pakek mata!" ketus Fathan menoleh ke belakang.

"Jalan ya pakek kaki lah, Om. Masa pakek mata, mata mah kagak bisa dipakek jalan," maki Alisia.

"Ngomong sama bocah buang-buang waktu dan tenaga," ucap Fathan langsung meletakkan belanjaannya ke meja kasir.

Alisia yang tidak terima langsung menendang tulang kering Fathan.

Argh....

"Kamu gila ya?" maki Fathan kesakitan.

"Kita gak kenal tapi Om sudah ngatain saya dua kali. Gue sumpahin deh nanti dapat istri yang masih bocah." Alisia langsung berjalan kembali menuju kulkas minuman. Karena, minuman yang satunya belum sempat ia ambil.

"Ada aja bocah kayak gitu," ucap Fathan sambil geleng-geleng kepala, "Berapa, mbak?" tanyanya ke mbak kasir.

"Tiga puluh ribu, Pak," ucap Mbak Kasir ramah.

"Nih." Fathan menyerahkan selembar uang berwarna biru.

"Ini, Pak. Kembaliannya, terimakasih atas kunjungan Anda dan selamat datang kembali," sapa Mbak Kasir dengan ramah.

Alisia (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang