Bab 8

16.9K 1K 11
                                    

Hari Minggu adalah hari di mana kebanyakan orang akan bermalas-malasan di rumah. Sama halnya dengan Alisia, dirinya sangat malas jika harus beranjak dari kasur. Rencananya kemarin yang berniat joging hari ini, lenyap seketika. Rasa malas yang mendominasi pagi ini. Alisia hanya bergelung di bawah selimut dan melanjutkan tidurnya sampai pukul 9 pagi. Hingga suara sepupunya membangunkannya.

"Dek!! Kebo banget jadi cewek!" panggil Bima sambil menggedor-gedor pintu kamarnya.

"Siapa sih, pagi-pagi berisik kayak hutan," gerundel Alisia sambil mengambil kerudung instan lalu memakainya. Berjalan menuju pintu kamar yang sedari tadi digedor-gedor oleh orang gabut.

"Kenapa sih, Bim?" tanya Alisia kepada laki-laki yang memakai kaos dan juga celana olahraga. Tampak keringat yang membasahi kaos dan juga dahinya.

"PHP banget jadi orang, Dek. Katanya mau joging bareng, eh malah ngebo," gerutu Bima sambil memasuki kamar sepupunya dan merebahkan tubuhnya di sofa.

"Ya maap. Ngantuk banget habis subuh tuh. Yaudah tidur lagi aja gue. Terus Lo joging sama siapa?"

"Sama singa ngamuk," jawab Bima enteng tanpa dosa.

"Masih marah tuh orang?" tanya Alisia was-was jika Gaffi masih marah soal masalah semalam.

"Nggak tau, diem aja dari tadi tuh. Ngomong cuma pas gue tanya aja. Udah gitu jawabnya ketus banget kek cewek lagi pms," adu Bima kepada Alisia.

"Emang tau cewek pms kayak gimana?" tanya Alisia setengah mencibir.

"Kayak Lo pas pms gitu, macam singa betina ngamuk," jawab Bima tanpa dosa.

"Bangke!"

"Mulut Lo minta diseplak?"

"Eh, astaghfirullah."

Setelah beristighfar, Alisia langsung berlari menuju kamar mandi. Menjalankan ritual mandi pagi yang akan amat singkat. Bagaimana tidak singkat, Bima sudah merecokinya untuk tidak berlama-lama di dalam kamar mandi.

"Dek! Ikut gue ke Barbershop yuk!" teriak Bima.

"Ngapain?!" tanya Alisia tidak lupa dengan teriakannya.

"Laundry!" jawab Bima malas, "Ya potong rambut lah, ngapain lagi ke Barbershop kalo bukan potong rambut," dengus Bima.

"Yailah, Bim. Yaudah wait ya!"

"Yoi, gue tunggu di bawah!"

"Sip!!"

Bima langsung keluar dari kamar Alisia dan berniat menemui Gaffi yang masih sensi kepadanya. Sebenarnya Gaffi bukan tipe pendendam, namun masih belum jinak saja kayaknya untuk pagi ini. Sebelum menemui Gaffi, Bima mengambil makanan ringan di kulkas terlebih dahulu. Mengambil minuman dan langsung bergegas ke kamar Gaffi.

"Fi?" panggil Bima saat membuka pintu kamar Gaffi.

"Hm? Jawab Gaffi hanya dengan dehaman.

"Lo masih marah sama gue?" tanya Bima sambil duduk di kursi belajar Gaffi.

"Nggak. Ngapain juga gue marah sama Lo."

"Habisnya Lo diem Mulu kek patung Pancoran," ledek Bima santai.

"Terus gue harus jingkrak-jingkrak goyang-goyang kayak orang gila gitu?" protes Gaffi.

"Ya nggak gitu konsepnya, Bambang." Bima melempar Snack ke arah Gaffi.

"Ngundang semut ya Lo," tukas Gaffi.

"Oh iya, gue mau ke Barbershop nih, ikut nggak?"

"Nggak, gue baru potong rambut kemarin," tolak Gaffi sambil merebahkan kembali tubuhnya ke kepala ranjang.

Alisia (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang