(Jangan lupa follow dan vote dulu ya)
Happy Reading 💚
.
.
.•••
°°°Sidang akhir, gerbang perjuangan akhir bagi seorang mahasiswa untuk memperoleh sebuah gelar. Setelah 4 tahun mendalami teori masa perkuliahan. Hingga menyusun karya ilmiah yang syarat dengan penelitian. Umumnya, sebagian besar mahasiswa pasti cemas menghadapi sidang skripsi ini. Apalagi terbayang-bayang rasanya harus berhadapan dengan dosen penguji yang konon siap membantai dengan pertanyaan tajam dan kritisnya.
Untuk itu, Alisia selama beberapa hari sebelum sidang sudah mempersiapkannya dengan matang. Meskipun ada saja gangguan dari Alzam maupun dari Fathan. Alisia tergolong orang yang tidak terlalu memikirkan, namun memahami. Jadi, Alisia tetap berusaha santai menghadapi sidang skripsi nanti.
Saat ini, Alisia sudah siap dengan pakaian putih hitam lengkap dengan kerudung Hitam. Alisia kembali ke kamar Alzam untuk memastikan demam Alzam sudah turun. Namun, saat membuka pintu kamar Alzam, terlihat sang pemilik kamar sedang bersiap-siap dibantu Fathan.
"Loh? Demamnya udah turun, Mas?" tanyanya Pada Fathan. Alisia langsung berjalan menuju dua laki-laki itu. Fathan kesusahan saat memakaikan celana Alzam.
"Masih anget ini, Mas. Tadi Alzam mandi?" sambungnya dengan Khawatir. Mengingat Alzam yang masih demam, tidak boleh terkena air dingin terlebih dahulu.
"Nggak kok. Tadi cuma aku lap aja Alzam." Fathan berdiri dari duduknya.
"Kenapa nggak manggil aku sih, Mas." Alisia mendelik tajam ke arah Fathan.
Fathan hanya tersenyum tipis, "Kamu kan mau sidang. Jadi bagi tugas gitu. Kamu juga udah mau berangkat kan?"
Alzam sedari tadi hanya diam menyimak kedua orangtuanya. Alzam masih terlihat pucat dan lemas. Alisia tidak tega jika Alzam harus ikut ke kampus. Mending di rumah saja, toh nanti selesai sidang ia akan langsung pulang.
"Kamu di rumah aja ya, Mas? Jagain Alzam. Kasihan Alzam kalo ikut ke kampus. Pucat banget soalnya, lemes juga. Nanti kalo Alzam kenapa-napa gimana?"
"Nggak mau! Alzam mau ikut Mama," rengek Alzam langsung memeluk erat Alisia.
"Alzam masih sakit loh, nanti kalo Alzam kenapa-napa gimana?" tanyanya sambil mengelus kepala Alzam.
"Nanti minta gendong Papa atau Om-om nakal." Alisia dan Fathan mengernyit heran, siapa yang dimaksud Alzam Om-om nakal. Alisia bertanya kepada Fathan dengan tatapan matanya.
Fathan menggeleng tidak tahu, "Nggak tau, siapa sih?"
"Iya, siapa om nakalnya?"
"Om Gaffi, Om Nadhir, sama Om Bima. Mereka kan suka gangguin Alzam," adu Alzam pada Alisia.
"Benar-bener tuh orang ya," desis Alisia kesal, "Yaudah nanti Alzam kalo ngantuk langsung bawa ke mobil aja, Mas."
Fathan mengangguk dan mengambil perlengkapan Alzam. Membawanya keluar kamar menuju kamar mereka.
"Kamu ke mobil aja dulu, aku ambil perlengkapan kamu."
"Banyak loh, Mas." Alisia tidak enak jika semua perlengkapannya harus Fathan yang bawa.
"Anak kamu aja nggak mau lepas gitu, apa iya bisa bawa sendiri?" sindir Fathan.
"Yaudah deh, dibawa yang bener ya, Pak. Jangan sampe ada yang tertinggal." Alisia langsung menggandeng Alzam menuju garasi.
"Oh iya! Kamu udah makan belum?" tanya Fathan sedikit berteriak.
"Belum. Nanti aja!" jawab Alisia juga dengan berteriak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alisia (END)
RomanceRomantis Story ‼️ NO PLAGIAT❌ HARGAI PENULIS❤️ Alisia sangat anti atau tidak pernah membicarakan tentang cowok. Bahkan teman-teman sebayanya sampai mengklaim dirinya sebagai wanita yang tidak doyan laki-laki. Jika ditanya mengenai kapan punya pacar...