Bab 41

10.1K 588 19
                                    

Selamat Malam!
Happy Reading ❤️

🐊🐊🐊

•••
°°°

"Alzam!!!"

"Alzam!!!"

"Alzam!!!"

Suara teriakan di depan membuat Alisia langsung berlari menuju pintu. Meskipun dirinya tahu siapa yang datang, Alisia tidak enak dengan tetangganya. Apalagi ini masih pagi, tetapi Ellen sudah teriak-teriak di depan rumah orang. Ellen tidak memiliki rasa kapok dan takut, padahal baru kemarin dirinya dimaki-maki olehnya dan Fathan, tetapi hari ini kembali datang dan malah semakin menjadi-jadi.

Saat Alisia membuka pintu, terpampang Ellen berdiri di depannya dengan wajah angkuhnya. Tidak lupa dengan pakaian yang tidak sepantasnya dikenakan oleh perempuan, pakaian kurang bahan dengan warna yang mencolok.

"Di mana Alzam?" tanya Ellen dengan membentak Alisia.

"Nggak ada."

"Saya nanya di mana Alzam?"

"Anda sebenarnya punya sopan santun nggak sih? Datang ke rumah orang main teriak-teriak. Oh... atau mungkin anda sudah tidak punya sopan santun dan attitude baik ya!" Alisia yang geram juga langsung membentak, bahkan disertai dengan ejekan untuk Ellen.

Ellen yang merasa diejek dan tidak terima dengan ucapan Alisia langsung melayangkan tangannya untuk menampar Alisia. Namun, dengan cekatan Alisia mencekal tangan Ellen, "Anda jangan seenaknya sendiri! Dasar perempuan tidak tahu diri!" Alisia mendorong tubuh Ellen, hingga Ellen terhuyung ke belakang beberapa langkah.

"Berani kamu sama saya? Ingat Alisia, Alzam itu anak kandung saya! Jadi saya berhak untuk membawa Alzam bersama saya! Alzam akan kembali kepada saya! Camkan itu!" Ellen balik membentak Alisia dengan angkuh dan menunjuk-nunjuk wajah Alisia. Kemudian, Ellen langsung pergi.

Namun, baru beberapa langkah meninggalkan Alisia, Ellen berbalik arah, "Oh iya satu lagi, jangan kamu pikir suami kamu itu orang baik. Dia nggak sebaik yang kamu kira."

Setelah mengatakan itu, Ellen langsung melangkahkan kakinya meninggalkan rumah Alisia. Sedangkan Alisia masih berdiri terpaku di ambang pintu. Alisia menatap kepergian Ellen, serta otaknya terus memikirkan kalimat terakhir yang dikatakan oleh Ellen. Apa benar suaminya sama seperti yang dibilang oleh Ellen. Apa benar suaminya menyimpan rahasia yang tidak ia ketahui.

Alisia menutup pintu dan kembali menetralkan pikirannya. Ia tidak boleh langsung percaya dengan semua omongan Ellen. Apalagi Ellen sedang berusaha untuk mengalihkan perhatiannya dari Alzam dengan cara mengatakan yang tidak-tidak tentang suaminya. Ia harus bisa berpikir jernih dan tidak boleh goyah.

Untung saja hari ini Alzam masih belum bangun, karena suhu tubuh Alzam naik. Anak itu sedang banyak pikiran sejak kejadian kemarin. Alzam menjadi sedikit pendiam dari biasanya. Alisia mengambil bubur dan plester pereda demam untuk Alzam. Kemudian, Alisia langsung menuju kamar Alzam.

Dilihatnya Alzam yang masih bergelung selimut tebal dengan wajah yang damai. Alisia duduk di samping Alzam sesekali mengelus kepala putranya itu. Alisia menepuk pelan pipi gembul Alzam berniat membangunkan anaknya. Alisia menempelkan plester pereda demam di kening Alzam.

"Cepat sembuh sayangnya Bunda," bisik Alisia mencium kening Alzam.

"Alzam? Bangun dulu yuk, Sayang," panggil Alisia lembut.

Alzam menggeliat dan mengucek matanya, "Bunda?"

"Iya, Sayang. Bangun dulu makan habis itu minum vitamin." Alisia membantu Alzam bangun, menata bantal di belakang punggung Alzam supaya nyaman.

Alisia (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang