Bab 24

16.2K 790 5
                                    

(Jangan lupa follow author dulu ya, Bund ❤️)

Happy Reading 💚

•••
°°°

Suasana Bandara Soekarno-Hatta sangatlah ramai pengunjung. Alisia berjalan menuju tempat duduk panjang sembari menunggu Fathan membeli air mineral. Cuaca yang panas membuat Alisia mengibaskan tangannya di depan wajahnya yang berkeringat. Tidak lama kemudian, terlihat suaminya menenteng paperbag coklat dengan gambar hijau khas kedai kopi terkenal, tidak lupa dua botol air mineral ditangan kanan Fathan.

"Pantesan lama, ternyata beli kopi," ucap Alisia merebut satu botol air mineral. Meneguknya hingga tersisa setengah botol.

"Haus, Neng?"

"Banget eh, kayak nggak minum satu tahun rasanya." Terdengar lebay mungkin ditelinga Fathan. Namun, Ia hanya mengangguk dan meneguk air di botol satunya.

"Emang pernah nggak minum selama satu tahun? Kuat bener kamu kalo pernah," tanya Fathan sambil menyodorkan satu cup kopi ke arah  Alisia.

"Tumben beliin kopi?"

"Dibeliin salah, nggak dibeliin salah. Terus yang bener gimana? Emang ya cowok serba salah."

"Nggak usah sok mellow deh, Mas. Nggak inget umur kamu?"

"Masih 30 tahun kok, belum tua." Alisia langsung mencibir dan memukul lengan suaminya.

"Udah tua kali itu mah. Aku dong masih 23." Alisia menyombongkan diri karena umurnya masih muda.

"Udah jadi ibu kan tapi?"

"Iya ya, eh ini yang jemput mana sih?" Alisia celingak-celinguk melihat sekitarnya, mencari sopir Fathan yang katanya mau menjemput mereka.

"Bentar lagi kayaknya." Fathan melirik jam tangannya, udah hampir satu jam mereka di bandara. Namun, belum ada tanda-tanda sopirnya datang.

Dengan berat hati Alisia langsung menyandarkan tubuhnya ke kursi kembali. Ia sangat khawatir setelah mendapatkan pesan dari mama mertuanya. Bahwa Alzam sedari pagi terus saja menangis mencarinya.

"Alzam nangis terus." Fathan langsung menoleh dan melihat isi pesan di ponsel Alisia.

"Itu anak emang gabisa jauh dari kamu."

"Manja banget kan, kayak yang ngomong."

"Kamu kan yang manja?" Niat hati ingin meledek suaminya, dirinya sendiri yang kena.

"Kebalik heh!" sewot Alisia tidak terima.

"Nggak dong, kamu manja banget."

"Serah deh, Pak. Aku mah apa atuh," ucap Alisia mengalah. Suatu rekor jika Alisia akan mengalah.

Alisia tidak sadar sudah menyandarkan kepalanya di bahu Fathan. Sambil menyesap kopi yang rasanya semakin membuatnya mengantuk. Padahal kopi bisa bikin orang tidak mengantuk, berbeda dengan Alisia.

•••

Di rumah, Alzam terus saja merengek bahkan menangis mencari mamanya. Anak laki-laki yang sekarang sangat manja itu tidak bisa terlalu lama berjauhan dengan Alisia. Selama papa mamanya pergi bulan madu, Alzam selalu dibujuk dengan segala rayuan oleh para nenek kakeknya, bahkan para om-omnya.

"Mama, huaaaa... Mama...!" tangis Alzam meronta-ronta dalam gendongan Anton. Hari ini Anton tidak berangkat kerja, dikarenakan Alzam yang terus-menerus merengek mencari menantunya.

"Papa ajakin Alzam beli apa gitu biar diam. Kasihan Alzam nangis terus dari tadi. Itu juga pasangan suami istri betah banget kayaknya," usul Jelita yang terus mengusap peluh sang cucu.

Alisia (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang