Bab 46

10.9K 579 44
                                    

Hai!!!
Selamat Malam Pren 💚
Yuhuuuuu Happy Reading ❤️

🐊🐊🐊

Buaya nggak pernah lupa pokok😆

•••

Suasana bahagia dan adem menyelimuti keluarga Fathan di pagi hari. Bagaimana tidak, Alzam yang selalu tersenyum tatkala duduk di samping Bundanya, sambil mengelus-elus perut Alisia. Alzam selalu mengajak berbicara adik yang masih di dalam kandungan Alisia dengan cerewet yang selalu menjadi cirinya. Alzam mengoceh sambil sesekali menguap karena mengantuk. Tadi malam, Alzam begadang bersama Papanya untuk menonton sepak bola.

Untung saja hari ini hari Minggu, jadi Alisia tentu mengizinkan anak gantengnya untuk menonton bola bersama suaminya. Alisia terus mengelus kepala Alzam membuat sang empu sayup-sayup tertidur pulas di pangkuannya.

"Lho, tidur lagi dia?" Suara bariton menginterupsi dari belakang.

"Iya tidur lagi, kamu sih ngajak begadang."
Fathan bergabung dan duduk di samping kiri Alisia, tangannya langsung mengelus perut buncit istrinya.

"Anak kamu nanti jadi pemain sepakbola deh, Yang." Fathan merasakan anaknya menendang-nendang saat tangannya mengelus perut istrinya.

Alisia langsung melotot tidak setuju. "Nggak, enak aja. Cewek kok jadi pemain bola."

"Nggak masalah dong, Sayang. Ini aja dia udah berbakat nendang."

"Ish! Itu dia nendang juga karena kamu elus, Mas. Jadi aja pas Alzam ngajak ngobrol juga dia nendang-nendang," rengek Alisia manja, lebih tepatnya Alisia sedang menginginkan sesuatu.

"Kamu manja bener hari ini, mau minta apa Sayang?" Good job suaminya saat ini sangat peka dengannya. Alisia langsung tersenyum manis dan menatap suaminya dengan mata yang berbinar.

"Tau aja sih, Mas." Alisia mencubit pelan hidung mancung suaminya.

"Mau apa, hm?"

"Mau dielus aja," jawab Alisia membuat Fathan salah paham.

"Apanya?"

"Dedeknya lah, kamu kira apa? Traveling banget otaknya." Alisia menggigit jari suaminya gemas.

"Aduh! Kok digigit sih." Fathan membalasnya dengan mencubit hidung Alisia yang mancungnya tidak seberapa.

"Jangan dicubit, udah nggak mancung tambah pesek nanti."

Detik berikutnya, keduanya saling memandang satu sama lain. Fathan menatap dalam netra istrinya yang sangat cantik pagi ini. Hatinya berdesir tatkala Alisia menatapnya dengan penuh cinta. Bersyukur sekali dirinya mempunyai istri secantik dan seunik Alisia. Tidak banyak gadis seumuran istrinya yang mau dijodohkan dengan laki-laki yang sudah berumur sepertinya. Perbedaan usia yang bisa dibilang jauh, tidak menghalangi mereka untuk bersatu dan saling mencintai.

Awalnya ia mengira Alisia adalah tipe orang yang sulit diatur, mengingat Alisia masih usia belia dan masih belum lulus kuliah. Namun, kenyataannya Alisia tidak sesulit itu ditaklukkan. Bahkan, Alisia bisa menerima Alzam dan menjadi ibu yang baik untuk Alzam, sekaligus menjadi istri yang baik untuknya. Seorang istri idaman yang dikirim Allah di saat dan di waktu yang sangat tepat.

Bersyukur sekali dirinya ketika Alisia tidak pernah menuntut apapun darinya. Meskipun Alisia tergolong gadis yang grasak-grusuk, tetapi Alisia juga sangat manis dan penyayang. Walaupun kadang terjadi cekcok ringan, tetapi ia bersyukur Alisia tidak pernah ada niat untuk meninggalkannya. Meskipun beberapa kali sempat ada acara kabur-kaburan seperti beberapa bulan yang lalu.

Alisia (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang