(Jangan lupa Follow dulu ya Bund)
Happy Reading 💚
.
.
.Sinar matahari menerobos masuk menembus mata Alisia yang masih terpejam. Alisia menggeliat merasakan panas diwajahnya. Membuka matanya dan mengumpulkan nyawanya. Tangannya meraba samping, mencari Alzam dan Fathan yang semalam tidur dengannya. Namun hasilnya nihil, kedua laki-laki itu sudah tidak berada di tempat. Ia langsung bangun dan memakai kerudungnya. Buru-buru keluar dan turun ke bawah.
Sesampainya di meja makan, Ia mendapati semua orang yang ada di rumah ini sedang menyantap hidangan sarapan yang sudah tertata rapi di atas meja. Mendengar langkah kakinya, mereka semua menoleh ke arahnya. Alisia menatap mereka dengan cengengesan sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Sudah bangun tuan putri?" cibir Gaffi sambil menatap muka bantalnya.
"Nggak inget kalo udah nikah? Masih aja bangun siang." Kini gantian bundanya yang meledeknya.
Tidak cukup dua orang itu, ayahnya juga ikut-ikutan meledeknya, "Anaknya aja udah mandi, eh ibunya masih enak tidur."
Alisia langsung memberikan tatapan tajam ke arah mereka. Berjalan dengan malas menuju kursi yang tersisa di samping Fathan. Ia membenarkan letak kerudungnya, tanpa berniat untuk sarapan.
"Lupa kalo udah nikah." Jawaban Alisia membuat semua orang melongo mendengarnya. Bisa-bisanya lupa kalau sudah menikah. Manusia macam apa Alisia ini.
"Mama nggak makan?" tanya Alzam di depannya.
"Mandi aja belom kok makan sih, Zam. Buluk banget muka mamamu," timpal Gaffi yang terus-menerus meledek Alisia.
"Kenapa nggak bangunin aku sih, Mas?" bisik Alisia pada Fathan.
"Kamu tidurnya aja kayak orang latihan meninggal gitu. Mana tega aku bangunin."
"Seenggaknya kan biar aku nggak di nyinyirin orang banyak," kesal Alisia.
"Malah bisik-bisik. Belum puas semalem?" tanya Gaffi setengah meledek.
"Gua lempar ini pisau ke muka Lo mau?" sergah Alisia sambil mengacungkan pisau ke arah Gaffi.
"Udah! Alisia buruan makan. Jangan mainan pisau. Dilihatin Alzam ngeri, bisa ditiru nanti," ucap Danish menengahi.
Alisia langsung meletakkan kembali pisau ditangannya. Lupa jika di sini ada anak kecil. Apalagi Alzam sedang dalam masa ingin selalu mencoba apa yang dilihatnya. Bisa bahaya kalau tiba-tiba Alzam bermain pisau sendiri.
"Alzam nggak mau nambah makannya, Sayang?" tanya Alisia pada Alzam yang sudah selesai makan.
"Nggak, Ma. Alzam udah kenyang, tapi Alzam pengen es krim." Alzam menunjuk kulkas. Memang, sebelum sarapan tadi Alzam pengen makan es krim. Namun tidak diizinkan oleh Fathan. Alzam susah sekali kalau disuruh makan, pagi-pagi sudah minta es krim.
"Nanti dulu ya, Sayang. Masih pagi, sekarang Alzam minum susu dulu." Alisia ingin mengambil susu di hadapan Fathan, namun tangannya tidak sampai. Fathan yang paham langsung meletakkan sendoknya dan mendekatkan gelas pada Alisia.
"Mas, kamu pasti janjiin Alzam dengan es krim ya?" tanyanya pada Fathan.
"Iya, habisnya dia susah banget disuruh makan." Dasar bapak-bapak, jika anaknya tidak mau makan selalu dibujuk dengan es krim atau membelikannya sesuatu.
"Dasar!"
Selesai makan, Alisia membantu Alma membersihkan meja makan, dan mencuci pikir bekas mereka. Alzam sudah diajak oleh Gaffi entah ke mana. Yang pasti kalau nggak naik motor keliling kompleks, ya main PS di kamarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alisia (END)
RomanceRomantis Story ‼️ NO PLAGIAT❌ HARGAI PENULIS❤️ Alisia sangat anti atau tidak pernah membicarakan tentang cowok. Bahkan teman-teman sebayanya sampai mengklaim dirinya sebagai wanita yang tidak doyan laki-laki. Jika ditanya mengenai kapan punya pacar...